"Ania!" panggil Arfa dengan cemas, tapi tidak ada jawaban, setelah beberapa kali mengetuk, tidak terdengar jawaban, Arfa mengeram jengkel
Arfa segera mengambil kunci cadangan seluruh ruangan dari saku celananya, Arfa memang selalu membawa kunci cadangan itu kemana-mana, kunci pun terbuka, Arfa pun membuka pintu kamar Ania lebar-lebar, tapi tidak terlihat keberadaan Ania di kamar itu
"Ania!" panggil Arfa makin cemas, pintu kamar mandi terbuka, Ania keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk, Ania tersentak kaget melihat kemunculan Arfa di kamarnya
"Ap..apa yang kamu lakukan disini?" tanya Ania gugup, Arfa yang tadinya sangat cemas, menghela nafas lega
"Syukurlah kamu tidak apa-apa" ujar Arfa lega, Arfa menoleh ke arah makanan yang masih utuh terletak di meja kamar Ania
"Makanan itu jangan di makan" pinta Arfa tegas, Ania mengangguk gugup
Ania mulai merasakan takut akibat kemunculan Arfa yang mendadak di kamarnya, Ania ngeri jika kejadian pemerkosaan terulang lagi, tapi meskipun begitu Ania yakin Arfa tidak akan berbuat aneh-aneh padanya, Arfa mengamati penampilan Ania yang hanya berbalut handuk membuat Arfa tersadar
"Aku permisi dulu" pamit Arfa cepat, Arfa segera keluar dari kamar Ania
ekspresi ketakutan dari mata Ania membuat Arfa tersadar kalau Arfa sudah masuk ke kamar itu pada waktu yang tidak tepat
Arfa juga menutup pintu kamar Ania, kejadian itu membuat Arfa kembali teringat pada Disty, respon Ania dan Disty sangat berbeda ketika Arfa masuk ke kamar mereka tiba-tiba
jika Disty, Disty akan langsung menggodanya dengan tatapan-tatapan yang nakal, sementara Ania, ekspresi ketakutan nampak jelas di wajah Ania, Arfa sadar kenapa Ania breaksi seperti itu, Arfa yakin rasa trauma Ania akibat pemerkosaan itu masih selalu teringat dalam pikiran Ania
"Ada apa Arfa?" tanya Hani heran melihat putranya berdiri di kamar Ania, Hani memang bermaksud untuk bertemu Ania, tapi ternyata putranya sudah berdiri di depan kamar Ania, Arfa menatap ibunya
"Di mana asisten pribadi mama sekarang?" tanya Arfa penuh selidik
"Mama sedang memintanya untuk mengurus proyek di bali" jelas Hani bingung, karena tiba-tiba putranya bertanya tentang keberadaan asisten pribadi kepercayaannya
"Mama tau kalau asisten pribadi mama itu adalah Helmi wanita simpanan ayah?" tanya Arfa membuat Hani kaget
"Apa?" tanya Hani tidak percaya
"Dia memalsukan kematiannya dan mengoperasi semua wajahnya untuk mengelabui kita" jelas Arfa membuat Hani kehilangan kata-kata, tidak menyangka kalau selama ini dia sudah ditipu
Tanpa sepengatuhan mereka, Helmi mendengarnya, Helmi bergegas meninggalkan rumah itu sebelum Arfa menangkapnya, Helmi buru-buru menelpon putranya
"Penyamaran mama sudah terbongkar, sekarang percepat rencana kita untuk membunuh si tua bangka itu" pinta Helmi sambil tersenyum sinis
***
Disty terdiam terpaku, masih tidak percaya bahwa saat ini dirinya sudah resmi menjadi istri dari seorang Rein Hanafi, atau lebih tepatnya Rein Mahesa, saudara kembar Arfa Mahesa.
Tadi pagi para pelayan Rein mendandani Disty, awalnya Disty pikir Rein akan mengajaknya ke sebuah pesta, jadi Disty tidak menolak saat didandani, karena dengan begitu Disty punya kesempatan untuk kabur.
Tapi saat Disty keluar dari kamar dan sampai di ruang utama, Disty hanya bisa ternganga kaget saat melihat Rein sudah duduk manis di hadapan penghulu dan ayahnya Roman
Rein menatapnya dengan tatapan mata tajam yang berkilat-kilat akan kebahagiaan, di samping mereka juga duduk Mike dan Arfa yang menatapnya sendu, serta para pengawal dan pelayan.
Hani menghampiri Disty sambil tersenyum haru dengan mata yang berkaca-kaca.
"Selamat sayang, kamu sudah sah menjadi istri putra mama, Rein" ujar Hani sukses membuat mulut Disty ternganga lebar
"Apa?!" teriak Disty tidak percaya
Disty mendengus jengkel mengingat kejadian itu
proses akad nikah yang berlangsung tanpa kehadiran dirinya.
Rein mengucapkan ijab qabul saat Disty baru selesai di dandani, dan setelah para saksi menyatakan sah, barulah pelayan membawa Disty keluar dari kamar
"Melihat wajahmu seperti itu membuatku tidak sabar ingin menerkammu sayang" bisik Rein membuat Disty merasakan bulu kuduknya meremang, berada di sisi Rein membuat Disty mampu merasakan 2 hal, ketakutan dan amarah
Roman menghampiri putrinya
"Jadilah istri yang berbakti sayang" ujar Roman sambil menatap ayahnya penuh kasih sayang, Disty langsung memeluk ayahnya erat
"Ayah, bisakah ayah membantu ku lepas dari pria ini?" tanya Disty sambil berbisik pelan
Roman tersenyum pelan sambil menatap Rein, Rein balas menatap tatapan mertuanya
"Saya akan menjaga putri paman dengan sangat baik, saya janji" ujar Rein seolah mengerti arti tatapan yang di berikan Roman.
Mendengar jawaban mantap dan tegas yang di berikan menantunya membuat Roman tersenyum lega.
Roman melepaskan putrinya dan menatap putrinya sendu
"Jika itu Arfa, ayah mungkin akan ragu untuk melepaskan kamu, tapi karena ini Rein, ayah yakin mulai sekarang ada yang bisa mengendalikan kamu lebih baik dari ayah, ayah sadar, sekarang tugas ayah sebagai orang tua sudah selesai, semoga kamu bahagia nak" ujar Roman sambil mengecup kening putrinya lembut.
Perlakuan Roman kali ini membuat Disty tertegun
"Ayah" ujar Disty menatap ayahnya, mencari tau apa yang tengah di rasakan ayahnya
"Ayah harus segera kembali" ujar Roman membuat Disty kaget
"Tapi ayah" ujar Disty tidak rela ayahnya pergi secepat itu
"Tenanglah, ada Mike bersama ayah" ujar Roman meyakinkan putrinya
Mike yang merasa namanya di sebut langsung menghampiri mereka
"Ck! Gadis ini membuatku begitu iri, haruskah aku operasi plastik untuk semirip mungkin dengan dirimu agar bisa diperebutkan pria-pria tampan seperti mereka?" tanya Mike sambil menatap Rien dan Arfa secara bergantian
"Aku akan langsung membunuhmu jika kamu mengoperasi wajahmu sehingga menyerupai istriku" ujar Rein menatap Mike dengan tatapan tajam
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Blood In Love (My Psychopat)
RomanceBagaimana jadinya jika keselamatan seorang pria yang penuh rahasia harus dilindungi seorang wanita "Arfa, kemarilah sayang" pinta Hanah riang, Arfa kemudian duduk di samping ibunya, berhadapan langsung dengan Disty "Arfa, ini pak Roman, sahabat baik...