Siang hari tepatnya setelah jam makan siang adalah waktu paling menenangkan. Pasalnya, di waktu seperti ini pekerjaan Pen sudah hampir selesai sehingga ia bisa sedikit bersantai. Sejak pagi membersihkan kamar demi kamar dan seluruh pondok sudah membuat sekujur tubuhnya terasa kaku. Sudah 6 bulan rutinitas itu ia kerjakan.
Seusai makan siang ia minta izin pada si Amang untuk istirahat keluar. Si Amang adalah bos centeng di tempat ini. wajahnya bengis, tubuhnya tambun dan perutnya buncit, tapi kalau sudah urusan berkelahi, tak perlu diragukan. Dia pasti kalah. Sehari-hari hanya makan dan tidur, olahraga pun hanya di kasur ditemani wanita-wanita pekerja dapur yang kena sial.
Namun, Pen tak menunjukkan rasa jijiknya. Meski lebih mirip bangkai hidup, ia masih bosnya di sini. Lagipula ia cukup toleran pada Pen yang menurutnya penurut dan pendiam. Kombinasi yang pas agar tak perlu dikhawatirkan gerak-geriknya.
Tanpa beralas kaki Pen menyusuri tanah berumput di bukit kecil yang ada di halaman belakang rumah tempatnya bekerja. Makin jauh ia akan menjumpai hutan yang kalau dilihat dari luar seakan sangat rimbun, tapi padahal tidak.
Hanya beberapa meter berjalan lurus mengikuti jalan setapak maka ia sudah sampai di dekat sungai kecil. Lebarnya hanya 1,5 meter, tapi airnya sangat jernih dan sejuk. Sungai yang seolah menjadi pembatas antara dirinya dan dunia penuh kebebasan di seberang.
Setelah membasuh wajah dan lehernya dengan air sungai Pen mendudukkan bokongnya di bawah pohon ketapang. Perut kenyang dan bisa menikmati pemandangan indah ini sudah cukup melipur laranya. Kebanyakan orang tak mau kemari. Selain terlalu jauh, katanya di sini juga ada makam, tapi entah di bagian mana. Banyak yang bilang ada di bawah pohon ketapang ini. Bukannya merasa ngeri, ia justru cuek saja.
Pen bukan tak ingat alasannya rela dibawa paksa kemari. Ayahnya dulu mengalami hal yang sama, dibawa paksa dari rumahnya saat Pen masih berusia empat tahun. Ia terpaksa tinggal dengan Inang Maria, tetangga mereka. Seorang janda tanpa anak. Ibu kandung Pen sudah lebih dulu meninggal sebelum ayahnya pergi.
Usianya kini 16 tahun. Sudah cukup dewasa, bahkan untuk dikawinkan. Meski tumbuh besar tanpa orang tua kandung, tak membuatnya kekurangan kasih sayang. Inang Maria, meski cerewet--dan suka mengejarnya dengan membawa pelepah pisang--masih sering memasakkan makanan kesukaan Pen meski dengan segala keterbatasan ekonomi mereka. Ayam peninggalan suaminya pun ia potong demi menambah gizi saat Pen sakit.
Makanya, bukan karena tak kerasan di kampung ia setuju dibawa kemari, tapi ia ingin tahu apa yang terjadi dengan ayahnya. Wak Togar bilang ia melihat ayahnya berjalan dengan seorang wanita di kota, pakaiannya rapih dan wangi. Badannya berisi, tak kurus kerempeng seperti biasanya. Rumor tentang ayahnya nikah lagi pun beredar. Semua mengasihani Pen yang telah dibuang ayah kandungnya, kecuali Inang Maria. Ia bersikeras ayah Pen tak mungkin begitu. Dan kalau Inang saja percaya, maka pemuda itu tak punya alasan untuk tak percaya. Sejak itu ia bertekad untuk menemukan ayahnya dan melihat sendiri kebenarannya.
Keinginannya bersambut rupanya.
Menjelang subuh, lima orang pria gagah dengan golok di pinggang menjemputnya. Kejadiannya sama persis seperti saat ayahnya dijemput. Semua orang tutup pintu rapat, tak berani keluar meski Inang Maria menjerit meminta tolong. Pen di sisi lain berusaha menenangkan Inangnya itu. Diutarakannya niat hati ingin mencari ayahnya.
Inang Maria kalah melihat keteguhan di mata Pen dan melepasnya dengan 1001 doa. "Pulanglah secepatnya. Doaku mengiringi tiap langkahmu, Nak." Ucapan Inangnya itu jika diingatnya selalu membuat matanya perih.
Namun, hingga saat ini sedikit sekali informasi yang ia dapatkan dan ini membuatnya makin curiga.
Nama ayahnya Said Buya. Tiap disebut yang mendengarnya hanya memberi dua reaksi; kalau tidak melengos sambil menjawab tak tahu, yang lainnya menatap tajam setengah memelototi pemuda itu. Bahkan ia pernah disepak si Amang karena keseringan bertanya tentang Said Buya.
YOU ARE READING
Butterfly Effect
RandomKonten dewasa 21+ Mini Event Team : D Tema : Sekretaris Finalis Tema : Jugun Ianfu