Sekretaris 5

1.3K 15 9
                                    

"Namanya Gagah, Put. Dia datang ke sini buat penelitian tentang angkot di Medan. Selama dia ada di sini, kamu bisa, 'kan, bantu dia? Katanya, dia ingin langsung uji lapangan jadi sopir. Yaa, setidaknya kamu bisa jadi kernetnya."

" ... "

"Gimana, Put?"

Itulah salah satu pertanyaan yang membuat hidup Putra berubah seratus delapan puluh derajat. Putra yang hanya sebagai seorang sopir angkot dengan ibu yang bekerja sebagai penjual kue mengiyakan permintaan laki-laki tua yang berasal dari Tanah Jawa itu.

Bukan. Bukan karena pekerjaannya yang tergeser hingga kehidupannya berubah melainkan ....

"Hmmm ... hmmm ...."

Mata Putra tertutup rapat ketika Gagah menggerakkan mulutnya makin cepat. Pipi pemuda itu mengembung akibat ketebalan kejantanan Putra. Melihat ekspresi nikmat pemuda tersebut, Putra semakin bernafsu. Ia menjambak rambut pemuda tersebut kemudian meracau, "Kau hebat, Dek. Telan penis Abang semuanya." Secara tidak sabaran Putra memasukkan penisnya, utuh, ke dalam mulut Gagah.

Bukannya menurut, Gagah yang binal malah melepas penis Putra dan membuat si pemuda kecewa.

"Sial!" maki Putra. Ia mengerang kesal.

Gagah terkekeh dengan umpatan Putra. Dengan tidak sabaran Gagah pun menaiki paha Putra yang sedang duduk di atas kasur indekos yang Gagah sewa selagi berada di tempat ini. Berbeda dengan KKN, di saat Kerja Praktik, mahasiswa bisa mencari tempat penelitian sendiri atau tidak berkelompok.

Gagah memasukkan penis Putra ke dalam anusnya dengan cukup lancar, terlihat terbiasa dengan apa yang dia lakukan. Ia kemudian mulai menaik-turunkan tubuhnya. "Ahnnn, nikmat. Aku pasti akan selalu merindukan hal ini."

Putra memejamkan mata saat rasa nikmat itu menyerang seluruh batang penisnya. Sedikit heran dengan ucapan Gagah. "Apa maksudnya merindukan?"

Gagah tidak langsung menjawab, melainkan simbuk meracau tidak jelas dengan kepala terdongak. Air liur mengalir di sudut bibirnya.

"Jawab abang, De!" Gagah menusuk lubang Gagah dengan keras membuat Gagah terkejut.

"Ma-Maaf ... Bang ...." Napas Gagah terputus-putus.

"Maaf?" Putra heran karena tidak biasanya bocah egois yang selalu membanding-bandingkan suasana Bandung dengan Medan ini meminta maaf.

"Maaf, Bang. Gagah harus kembali ke Bandung."

" ... "

"Penelitian Gagah sudah selesai."

Percaya atau tidak, mendengar ucapan Gagah, di saat itulah Putra langsung klimaks dan mempermalukan dirinya sendiri. Namun, siapa peduli? Gagah pun tidak pernah menganggap dirinya penting. Sedikit pun.

Hubungan mereka yang diawali secara profesional secara perlahan berubah menjadi hal mengerikan saat Gagah tidak sepolos yang terlihat.

Pemuda yang berasal dari salah satu kota termaju di bidang teknologinya ini kerap menggoda Putra. Di mulai dari menyentuh jari-jari Putra hingga di suatu malam, pada saat Gagah berkunjung ke rumah Putra yang hanya berjarak beberapa rumah dari tempat indekosnya, pemuda itu berani menurunkan celana Putra kemudian memasukkan kejantanan Putra ke dalam mulut dan di saat itulah, Putra yang baru tahu dirinya bisa terangsang oleh laki-laki mulai melakukan hubungan terlarang dengan Gagah.

Benar. Hubungan terlarang inilah yang mengubah hidup Putra.

Dari seorang sopir angkot yang hidupnya serba pas-pasan, Putra jatuh ke hubungan nista sesama jenis. Sesuatu yang sama sekali tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

Butterfly Effect Where stories live. Discover now