tak pernah ku ragu, dan selalu ku ingat
kerlingan matamu, dan sentuhan hangat---
"Jeongin nurut, dong, sayang..." Bujuk Hyunjin untuk yang kesekian kalinya. Pria itu mengulas senyum lembut, berusaha memberi pengertian kepada Jeongin agar ia mau berhenti merajuk dan mau memahami bahwa Hyunjin tidak mungkin membawa bocah itu masuk kedalam hutan di padang gelap malam seperti ini.
Rencananya, ia hendak pergi ke kediaman keluarga besarnya seorang diri, karena Hyunjin ingin mereka semua tahu terlebih dahulu Jeongin-nya seperti apa. Apa yang ia suka dan tidak sukai agar dia merasa betah untuk tetap tinggal disana. Sementara Jeongin ia pasrahkan ke Yeji dan Lia selama satu malam supaya bisa menyusul di pagi hari.
"Kenapa to... kok Jeongin ndak boleh ikut? Jeongin kan sudah besar..." Rengek bocah itu sambil menangis tersedu-sedu.
Mendengar keluhan tersebut, Hyunjin malah terkekeh geli, membiarkan kesayangannya tersengguk-sengguk sebelum ia melanjutkan, "Mas Hyunjin jahat... Mas Hyunjin ndak sayang lagi...."
"Mas sayang sekali sama dik Jeongin, mas tidak mau adik masuk hutan malam-malam, sebab bahaya sekali, sayangku..."
Meski kaum manusia serigala terlah menyebar ke seluruh penjuru dan menjamin keamanan daerahnya, hutan masih tetaplah hutan. Tidak ada yang tahu pasti makhluk apa saja yang melintas didalam sana.
"Mas keloni dulu, yuk? Matanya sudah bengkak itu nangis terus. Adik rewel sejak pagi, tidak capek?"
Jeongin menggeleng tidak terima, "Endak....." tangisnya semakin berhamburan dan bergerak memeluk Hyunjin seakan mereka akan terpisah bertahun-tahun,
"Besok kan ketemu lagi, sayang.."
"Kalau mau ikut, Dik Jeongin-nya di gendong saja, Kak." Intrupsi Lia dengan logat khas bule yang masih belum hilang dari lidahnya. "Toh di perjalanan dia pasti ketiduran, kan?"
Seluruh penghuni hutan memiliki perjanjian bahwa tidak ada yang boleh melintas dengan cara melesat cepat kecuali terjadi sesuatu yang darurat. Mereka diwajibkan berjalan layaknya manusia biasa agar semua orang bisa memantau siapa saja lalu lalang di dalam sana.
"Ya, sudah..." Hyunjin akhirnya memutuskan untuk setuju setelah berperang batin dengan saudara-saudaranya tersebut, "Tapi janji adik langsung bobo, tidak boleh minta jalan sendiri."
Jeongin menyeka air matanya dan mulai membibit senyum kecil, "Janji!" Jawab bocah itu sembari menawarkan jari kelingkingnya. Yang lebih tua ikut tersenyum kecil, kemudian mengaitkan kedua kelingking mereka sambil membuka mulut berpura-pura hendak menggigiti jemari Jeongin sampai ia tergelak kegirangan.
"Tidak boleh rewel lagi, ya?"
Jeongin mengangguk semangat. Merasa sangat gembira mengetahui mereka tidak akan terpisah malam ini. Anak itu hanya menurut saat Yeji memakaikan dirinya jaket tebal meski badannya terasa gerah karena Hyunjin baru saja melumuri seluruh tubuhnya dengan minyak telon dan krim anti nyamuk sebelum itu.
Kemudian setelah Hyunjin merasa Jeonginnya sudah siap, mereka-pun memulai perjalanan keluar pondok, melewati ribuan pepohonan, menuju bagian terdalam hutan pringwulung yang masih sangat mistis dan primitif karena tidak ada satu manusia-pun yang berani memasukinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Waja Getih
Fanfiction[COMPLETED ON OCTOBER 2019] Kisah penculikan seorang anak, dan hubungannya dengan legenda turun temurun yang terlanjur mengakar dalam stigma penduduk Werewolves and Vampires Alternative Universe a hyunjeong story written in bahasa indonesia