dan aku mulai takut terbawa cinta, menghirup rindu yang sesakkan dada
---
Di pagi buta, Jeongin terbangun dari tidurnya yang pulas luar biasa.
Kedua iris matanya mengerjap, memandangi suasana asing di sekelilingnya yang remang-remang.
Bocah polos itu tidak mengerti bagaimana ia bisa sampai ke tempat ini, satu satunya yang ia ingat, tadi malam seorang pria dewasa menghampiri dan mengajaknya pergi dari rumah.
Kemudian Jeongin menangis, tiba-tiba ia merasa ketakutan.
Ibunya sering mengisahkannya kasus kasus penculikan anak-anak; dan bagaimana mereka di siksa dan di bunuh. Karna sebab itulah beliau melarang keras Jeongin berbicara atau berinteraksi dengan orang asing. Tapi nyatanya, Jeongin malah melanggar larangan itu. Dia lalai dan malah dibawa kesini; ke tempat antah berantah yang sama sekali tidak ia kenali.
Dada bocah itu bergetar, tangisnya pecah setelah mengingat sang ibu.
".. bu'e........" rengeknya seraya memeluk diri sendiri.
Jeongin mencoba bangkit dari alas rotan tempatnya berbaring, berjalan pelan dengan kaki kaki telanjangnya menuju pintu kayu di ujung ruangan, kemudian membukanya secara perlahan. Pintu usang itu berderit, membuat jantung Jeongin serasa berhenti sejenak karna takut akan membuat seseorang diluar sana mendengarnya.
Jeongin hanya tahu bahwa yang harusnya ia lakukan adalah mencoba kabur dari tempat ini.
"Jeongin sudah bangun?"
Langkah Jeongin terhenti setelah sebuah suara mengintrupsinya, pemuda itu menelan ludah pias, air matanya yang tadinya mengering mulai kembali menggenang, ia melengok untuk bertemu pandang dengan sosok tinggi besar yang sedang berjalan kearahnya tersebut dengan tatapan memelas.
"M-mas Hyunjin?"
Hyunjin tersenyum, tidak menyadari aura ketakutan dari bocah kecil dihadapannya.
"Saya baru saja berniat membangunkan kamu. Kamu pasti lapar, ayo makan.."
Jeongin menggeleng pelan, "Jeongin pingin ketemu bu'e..." jawabnya dengan nada mengiba. Dadanya kembali sesak bersamaan dengan air mata yang mulai mengalir dipipinya.
Pemandangan menyedihkan itu membuat Hyunjin yang tadinya tenang menjadi panik. "Jangan menangis," Ujarnya gelagapan, "Saya tidak akan menyakiti kamu."
Hyunjin berusaha memeluk tubuh kecil itu, namun ditepis sepihak karena rasa takut Jeongin padanya.
"Kenapa Jeongin dibawa kesini?" tanya bocah polos itu sembari menyeka ingusnya.
"Kamu milik saya."
Jawaban yang sama seperti malam kemarin.
Jeongin berusaha berhenti menangis dan mengatur napasnya. "Jeongin mau diapakan?" Tanyanya pelan, meski ia tidak cukup berani untuk mendengar jawaban Hyunjin.
Semua perkataan sang ibu tentang penculikan kembali terekam kedalam ingatan, membuat napasnya tertarik pendek dan melayu bersama angin subuh yang dingin.
"Saya janji.." Hyunjin berucap cepat, menatap Jeongin kedalam kedua manik matanya yang jernih berkilauan, "Saya tidak akan pernah menyakiti kamu, Jeongin."
"Kamu mungkin belum mengerti, tapi saya akan melakukan apapun untuk kamu. karena kamu adalah hidup saya."
Mendengar itu, Jeongin hanya bisa terdiam, mencerna apa maksud perkataan Hyunjin dengan akal pikirnya yang masih terbatas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Waja Getih
Fanfiction[COMPLETED ON OCTOBER 2019] Kisah penculikan seorang anak, dan hubungannya dengan legenda turun temurun yang terlanjur mengakar dalam stigma penduduk Werewolves and Vampires Alternative Universe a hyunjeong story written in bahasa indonesia