HE'S ALWAYS STAY IN MY SIDE

11 0 0
                                    

Casandra Hendrawan? Loh kok obat penghilang sakit datang bulan! Ini bukan obatnya Bianca. Mba maaf obatnya kayaknya salah kasih"Mada langsung menanyakan kepada Petugas Loket Penebusan Obat tersebut.

"Obat yang saya berikan sudah benar pak. Mungkin obat bapak tertukar dengan orang yang sebelumnya menebus obat juga"

"Jangan-jangan tertukar dengan Perempuan yang tadi?"Seru Mada dalam hatinya

Mada berlari dan mengejar Perempuan itu, Syukurlah perempuan tersebut belum pergi.

"Mba tunggu sebentar! Maaf sepertinya obat kita tertukar"

"Tertukar?"Perempuan itu langsung mengecek obat yang dibelinya itu.

"Mada Emmanuelle - Obat penurun demam. Ya.. Ampun kayaknya obat kita beneran ketukar deh!. Sorry ya sorry banget tadi kayaknya abis terima telepon saya bur-buru mau pergi jadi saya langsung ambil aja obat yang ada di loket penebusan obat tadi jadinya saya nggak tahu hehe. Oh.. Oya ini obatnya, mas. Sekali lagi saya minta maaf banget ya mas dan makasih udah kasih tau tadi."

"Its ok kok sama-sama mba :). Untung anda belum pergi jadi masih bisa ditukar obatnya. Saya permisi ya kalo gitu"Mada langsung pergi menjauh.

Namun Perempuan itu masih saja memperhatikan Mada dari belakang. Sosok Mada mengingatkannya dengan Mantan Kekasihnya yang sudah meninggal 3 Tahun yang lalu karena Kecelakaan saat menuju Tempat Fitting baju Pengantin. Perempuan itu hampir saja menikah dengan Fandy namun impian yang dia rajut selama ini bersama Fandy telah hilang bersama dengan harapan dan impiannya yang tidak mungkin dapat ia wujudkan itu. Hampir 1 tahun, dia mencoba melupakan Fandy tapi setelah semuanya berlalu, dia masih saja teringat kembali dengan sosok Fandy di dalam diri Mada Emmanuele.

---

Di Rumah Sakit,

"Siang Tante, gimana keadaan Bianca?"

"Siang Mada! Badannya masih demam dari kemarin malam. Bianca belum sadarkan diri mungkin karena pengaruh obat dari Dokter kemarin. Yaudah tante tinggal dulu ya, Mad"

"Iya Tante"

"Kalo aja kamu punya waktu sedikit aja untuk nggak memikirkan pekerjaan kamu itu. Kamu nggak akan sakit kaya gini, Bi. Kamu nggak akan masuk Rumah Sakit lagi"Sambil mengelus rambut kekasihnya itu.

Mada menemani kekasihnya sampai malam. Dia terus menunggu Bianca sampai ia sadarkan diri dan keadaannya mulai membaik. Dan jika semuanya sudah baik - baik saja, Mada baru bisa pulang ke rumah dengan tenang.

Tidak lama berderinglah handphone Bianca, Mada mengambil handphonenya dan tertera nama Bram yang melakukan panggilan telepon kepadanya.

"Bram? Ngapain dia telepon malam-malam begini. Bianca kan lagi sakit. Aku angkat teleponnya atau nggak perlu aku angkat ya? Tapi daritadi Bram telepon terus. Sebaiknya aku angkat aja teleponnya, biar nanti aku yang jelasin ke Bianca kalo dia udah sadar"

"Halo Bianca, akhirnya kamu angkat telepon aku juga. Kemana aja sih kamu daritadi aku telepon tapi nggak diangkat-angkat. Oya malam ini kita jadi ketemuan kan? aku udah di Cafe tempat biasa nih."

"Halo, ini bukan Bianca, ini Mada, tunangannya Bianca. Sekarang Bianca nggak bisa kemana-mana. Karena dia lagi demam tinggi dan belum sadarkan diri setelah minum obat dari Dokter kemarin malam"

"Oh sorry saya nggak tau. Pantes hari ini dia nggak ada di Kantor. Yaudah maaf kalo saya malam-malam begini mengganggu. Selamat malam"

"Malam"

---

"Mada"Panggil Bianca dengan suara sangat pelan dengan kondisi yang masih lemah

"Hei sayang, kamu udah sadar?"

"Sadar?"

"Iya dari semalam kamu belum sadar setelah minum obat dari Dokter. Kamu demam tinggi setelah pulang dari Kantor kemarin. Ini mungkin karena keadaan kamu yang belum stabil waktu itu setelah pingsan di Kantor"

"Maaf ya aku selalu ngerepotin kamu"

"Nggak kok, kamu nggak boleh ngomong gitu. Aku ini Tunangan kamu dan aku memiliki tanggung jawab untuk menjaga kamu. Aku ingin membahagiakan kamu dalam bahagia, sedih, sehat atau pun sakit. Aku sayang kamu, Bianca"Mada mencium keningku lembut.

Ini bukan yang pertama dia memberikanku kenyamanan seperti ini. Dia selalu mempunyai banyak cara untuk membuatku selalu merasa nyaman dan bahagia. Dia memang selalu ada buatku kapanpun dan di saat aku membutuhkan Dia, he's always stay in my side. Nggak tau lagi gimana rasanya beruntungnya aku mempunyai calon suami sesempurna Mada. Tapi aku yang selalu nggak ada waktu buat dia. Namun Mada selalu sabar dan mengerti pekerjaanku dan kesibukanku setiap harinya. Dia memang spesial dan bahkan lebih dari itu.





-TO BE CONTINUE-

My Best Man, MadaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang