"Hi Mad, kamu lagi sibuk?"
"Eh hi San, masuk. Aku lagi gak sibuk kok. Kebetulan lagi break shooting. Ada apa?"
"Apa kamu sudah mencoba bicara dengan Bianca?"
"Buat apa? sepertinya sudah tidak perlu lagi"
"Kamu yakin? apa tidak ada yang ingin kalian sampaikan satu sama lain. Setidaknya kalian mencoba untuk bicara berdua?"
"Apa dia masih mau mendengarkan aku sebagai Tunangannya. Apa ada niatan dari dia untuk menghubungi aku dan meminta maaf, nggak ada San. Aku capek harus terus-terusan mencoba mengerti keadaan dia dan memberikan semua perhatian aku selama ini. Hingga aku sudah lelah untuk melakukan semua itu, karena tak ada satu pun usaha dan perjuanganku yang dilihatnya atau pun dihargainya selama ini."
"Tapi mad, apa kamu tahu apa yang selama ini Bianca rasakan? paling tidak apa kamu tahu Bianca saat ini sedang menunggu kamu menemuinya atau menghubunginya, tidak juga kan?. Jangan sampai kamu menyesal seperti aku yang harus kehilangan orang yang sangat aku cintai untuk selamanya. Setahun yang lalu aku harus rela untuk merelakan Fandy, calon suami aku, sebulan sebelum kami menikah. Dan sampai saat ini tidak akan ada yang pernah bisa menggantikan Fandy di hati aku. Walau aku tau ada sosok Fandy yang hampir mirip di dalam diri kamu, mad."
"Maaf.. maaf jika aku memanfaatkan kesempatan aku selama ini hanya untuk bisa dekat dengan kamu, mada. Jujur pertama kali aku melihat kamu di Rumah Sakit waktu itu. Aku sudah mulai kagum dan menyukai kamu. Tapi lama-kelamaan aku sadar, kamu itu bukan Fandy yang aku cintai. Tapi hanya orang yang hampir mirip dengannya. Karena aku tahu aku tidak akan bisa mencintai kamu yang sudah mempunyai Bianca. Aku juga perempuan sama seperti Bianca, mad. Aku juga bisa merasakan bagaimana rasanya harus menunggu lama sesuatu yang belum jelas aku lakukan sampai kapan itu, karena kami juga butuh kepastian. Dan saat ini Bianca memerlukan itu dari kamu, mada.
Sekarang kamu kejar kebahagiaan kamu. Hanya Bianca yang bisa melakukan semua itu. Bukan Perempuan lain apalagi aku. Ayooo kamu temui Dia sekarang dan bicara sama dia, selagi kamu masih bisa menyelesaikan masalah kalian berdua dan tetap mempertahankan hubungan kalian tanpa ada yang perlu tersakiti. Jika memang benar kamu mencintai dia, mad. Sebaiknya kamu hilangkan ego kamu dan cobalah untuk berkata jujur jika perkataan kamu kemarin ke dia itu tidak bermaksud kamu lakukan padanya dan satu lagi jangan buat dia salah paham atas sikap kamu kepada aku kemarin. Aku nggak mau buat dia menangis dan kecewa hanya karena hal yang masih bisa kalian pertahankan dari sekarang."
Mada langsung mengambil kunci mobilnya dan mulai mencari Bianca ke Kantornya, namun sayang dia tak ada di sana. Di rumahnya pun sama. Karena dari pagi hingga sore hari Bianca belum pulang juga. Gamal yang baru menemuinya tadi saja tak tahu dimana keberadaan Bianca. Mada terus mencari Bianca kemana pun. Ke tempat-tempat yang pernah ia kunjungi selama ini bersama Bianca.
---
"Aku tahu, aku memang orang yang paling egois di dunia ini. Dan aku tau, Aku pernah salah dan pernah mengecewakannya dulu. Tapi apa aku terlambat untuk merubah semuanya hanya untuk membuatnya tetap bahagia bersamaku"Ucapnya penuh harap sambil meneteskan air matanya perlahan.
"Aku pernah berfikir, jika suatu saat nanti kita harus melihat orang yang kita cintai lebih bahagia dengan orang yang baru dia kenali dibanding dengan orang yang selalu ada buat dia selama bertahun-tahun, Apa kita bisa merelakan dia bila suatu saat dia lebih memilih hidup bersama dengan orang itu dibanding bersama diriku"
Tak lama datanglah Mada dari belakang, Mada pun menyusul Bianca ke Taman Pelangi, tempat dimana Mada melamar Bianca dan mengucapkan janji sucinya itu. Mada tak tega melihat Bianca yang menangis dan duduk menyendiri di bangku Taman persis setahun yang lalu Mada melamarnya di sini.
"Apa masih ada kesempatan kedua untuk aku, Bianca. Agar aku bisa memperbaiki semuanya?"Seru Mada dari belakang.
"Suara itu?"Perlahan Bianca membalikan badannya dan apa yang dia lihat tepat di depannya itu
"Mada"Serunya pelan
"Kamu ngapain ada di sini?"Bianca mulai menghapus air matanya itu
"Kenapa dihapus air matanya, kamu gengsi dan nggak mau aku tau kalo kamu merindukan aku dan masih mencintai aku?"
"Kalau pun aku menangis, apa urusannya dengan kamu? kamu bukan siapa-siapa aku lagi"Bianca langsung pergi meninggalkan Mada dan pergi menuju mobilnya
Mada langsung mengejar Bianca ke parkiran, saat Bianca ingin membuka mobilnya. Mada langsung menutup pintu mobil itu kembali. Bianca menoleh ke arah Mada dan Mada menatap Bianca perlahan.
"Kamu mau pergi begitu aja tanpa mau menyelesaikan semuanya. Sekarang aku di sini, dan mau jujur sama kamu. Aku akuin aku yang sudah keterlaluan sama kamu. Aku sudah mengatakan hal yang seharusnya tidak aku katakan ke kamu. Jujur aku sudah tidak tahu harus berbuat apa lagi untuk menghadapi sikap kamu yang terlalu sibuk dengan semua pekerjaan kamu itu. Sampai perlahan aku berfikir, pernah gak sih aku itu ada di pikiran kamu. Apa hanya semua pekerjaan kantor kamu itu yang paling penting, sampai kamu tidak mempunyai sedikit saja waktu yang kamu luangkan untuk aku. Kamu pernah gak mikirin orang-orang di sekitar kamu yang sangat memperjuangkan segalanya untuk kamu. Tapi sementara kamu terlalu egois dan memikirkan semua ambisi dan keinginan kamu itu. Apa itu bukan yang namanya egois, haaahh?"
"Cukup Mad, aku mau pulang. Aku perlu waktu untuk semua ini, permisi"Bianca mendorong Mada dan mulai masuk ke dalam mobilnya itu.
Mada mencoba mengetuk kaca mobil tersebut dan membujuk Bianca untuk tidak pergi meninggalkannya. Namun sayang dia langsung membawa mobilnya itu pergi menjauh meninggalkan Mada sendirian.
"Bi.. Bi.. Bianca tunggu.. Bianca"Teriak Mada yang masih memperhatikan Mobil Bianca yang mulai tak terlihat itu
---
Di Rumah Keluarga Mada,
"Pantes aja Bianca ninggalin lo, kalo lo ngomongnya seperti itu tadi ke dia. Bukannya coba jelasin ke dia malah buat dia tersinggung lagi"Mikha
"Ya terus gue harus berbuat apa sekarang? Bianca sepertinya udah marah banget sama gue"
"Lu coba jelasin ke dia, ngomong baik-baik sama dia tanpa membuatnya tersinggung lagi seperti hari ini"Reuben
"Nah gue sangat setuju sama Reuben"Mikha
"Tumben lu pinter, ben"Celetuk Mada
"Hahaha jelas Reuben"Mereka pun tertawa bersama
"Tapi memang bagaimana pun, Bianca sendiri yang meminta waktu untuk semua ini. Sepertinya aku harus kasih dia waktu dulu setelah itu bila waktunya sudah tepat aku akan mencoba berbicara dengannya lagi"Seru Mada dalam hatinya
-TO BE CONTINUE-
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Man, Mada
Fanfiction"Aku pernah berfikir, jika suatu saat nanti kita harus melihat orang yang kita cintai lebih bahagia dengan orang yang baru dia kenali dibanding dengan orang yang selalu ada buat dia selama bertahun - tahun. Apa kita bisa merelakannya pergi bila sua...