Episode 4
Selamat membaca...
.
.
.
.
.
.ENTAH ini sebuah kebetulan atau takdir, tapi aku melihat kak Zalfa ada di sini, bersama dua temannya.
Dia terlihat sedang makan siang juga, karena ia memegang sendok dan mangkuk ada di hadapannya.
Dia tersenyum dan aku tidak bisa tahan untuk tidak membalasnya.
Kami pun saling tersenyum dan aku langsung menunduk. Malu sekali aku.
"Kalian?"
"Eh, Ranti, gak ada meja lagi ya?" Tanya kak Irwan.
"Iya, kirain tadi ini kosong, ternyata udah ada penghuninya," jawab Ranti, dia memang orang yang datar.
"Ya udah, kalian makan aja bareng kita, tapi inget... jaga jarak," itu kak Kamil yang bicara.
"Iya kak, kita juga tahu kok," jawab Ranti duduk dengan jarak yang jauh dari kak Kamil.
Kak Kamil tersenyum puas, lalu mempersilahkan yang lainnya duduk.
Jadilah, kami makan siang bersama sambil mengobrol persoalan-persoalan kecil yang sedang tenar akhir-akhir ini.
Semakin seru saja.
.*.*.*.
Setelah selesai makan siang, aku dan yang lain pergi ke lapangan, aku ingim berolahraga sedikit setelah makan siang.
Energi yang sempat terkubur lelah kini kembali lagi oleh makanan yang membuat hati senang,
Jadi aku bersemangat sekali untuk bermain bola voli.
"Dimana ada gak?" Tanyaku pada Isti yang pergi mencari bola.
"Gak ada, bolanys gak ada dimana-mana."
Yah, kenapa disaat semangat begini bolanya malah pergi, menyebalkan sekali.
"Huuh, terus kita main apa? Masa balik lagi ke asrama?"
"Gak ah Na, di asrama gak ada kegiatan, bosen, main yang lain aja," aku mengangguk, membenarkan perkataan Isti.
"Gimana kalau kita main itu," aku mengikuti arah telunjuk Ranti, lalu mataku melihat dua raket yang ada di ujung lapanfan bersama kok diatasnya.
Ini akan seru, aku pernah bermain jtu bersama temanku dulu, yang sayangnya tidak terlalu aktif dalam olahraga.
"Iya, iya, main itu aja."
Kami bermain bersama, tanpa kami sadari tingkah konyol kami keluar semua.
Tawa terbahak, jeritan frustasi dan teriakan girang saat menang, membuat kami seakan lupa kami sedang ada di lapangan terbuka, yang siapapun bisa melihat kami.
"Kak!"
Tiba-tiba aku mendengar suara seorang anak lelaki berteriak.