Part 21.

2.1K 194 53
                                    

"Gue juga mau jujur sama kalian tentang satu hal. Gue tau mungkin ini bakal nyakitin, tapi gue ngga mau kejadian yang sama terulang lagi. Maafin gue, Cha, Den." ucap Anneth sambil masih memandang Deven.

Deven mengerutkan dahinya sambil menggelengkan kepalanya.

"Gue pacaran sama Deven."

Semua orang langsung menatap Anneth dan Deven tak percaya, kecuali Ucha. Anneth masih saja menatap Deven sambil tersenyum, sementara Deven terlihat malu-malu dan berusaha menghindari tatapan teman-temannya.

"Gue udah tau." sahut Ucha memecah keheningan.

Anneth dan Deven pun terkejut mendengar perkataan Ucha. Begitupun dengan teman-temannya yang lain.

"Gue tadi lihat kalian sebenernya, pas lagi nyariin kalian. Gue lihat kalian pelukan, tapi gue ngga denger apa yang kalian omongin." ucap Ucha sambil agak menundukkan wajahnya.

Anneth dan Deven saling bertatapan, tidak tau harus berkata apa. Sementara teman-temannya yang lain juga tampak awkward dengan situasi sekarang ini. Ucha pun kemudian pergi tanpa berkata apapun dan masuk ke dalam tendanya meninggalkan teman-temannya sambil terlihat mengusap ujung matanya. Nashwa kemudian mengejar Ucha dan menyusulnya ke dalam tenda.

"Ehm.. Well, congrats ya, Neth, Dev. Gue.. ngga tau harus bilang apa, tapi.. ya.. selamat ya." sahut William canggung.

"Congrats both of you. Gue ikut seneng." ucap Iden sambil tersenyum.

Senyum yang dipaksakan serta mata yang terlihat sedikit berkaca-kaca dan menerawang.

"Den, sorry kalau gue....."

"Don't say that, please." potong Iden.

"Yaudah sekarang mending kalian semua istirahat aja. Gue yakin pasti kalian juga udah capek banget, apalagi ada kejadian barusan. So, thanks for tonight and have a good sleep everyone. Besok pagi sampe siang acara bebas. Kita ngga jadi ke Floating Market ya, takutnya besok penuh nanti kesorean balik ke Jakarta. Abis lunch langsung ke villa gue ya beres-beres barang sebentar terus langsung balik Jakarta. Jo, kasih tau Ucha sama Uwa ya. Gue masuk tenda duluan." ucap Iden sambil berlalu menuju ke tendanya.

Anneth hendak mengejar Iden namun Joa dan Deven melarangnya. Sementara Gogo memilih untuk berjalan-jalan dulu sebelum istirahat malam itu.

"Besok aja Neth kalau mau ngomong sama Iden. Pikirannya masih kacau pasti." ucap Joa.

"Iya, Neth. Biarin si Iden ngademin dulu pikirannya. Will, Ton, mau ikut gue ngga cari angin?" tanya Gogo.

William pun mengangguk dan berdiri menghampiri Gogo.

"Gue sama Joa aja deh, Go. Kalian duluan aja." jawab Clinton.

"Yaudah kalau gitu. Kita jalan duluan ya." ucap Gogo sambil beranjak pergi bersama William.

"Yaudah, Neth. Gue tinggalin lo berdua ya. Jangan nangis lagi ya baby. Kan udah ada Deven sekarang." sahut Joa sambil mengusap pelan pundak Anneth dan tersenyum.

Anneth pun mengangguk dan tersenyum balik pada Joa. Joa dan Clinton pun pergi dan tinggallah ia dan Deven berdua.

"Neth, are you sure you're okay?" tanya Deven memastikan.

Bukannya menjawab pertanyaan Deven, Anneth malah memandangi tangan Deven.

"Ya ampun, Dev. Tangan kamu sampe memar gini pasti gara-gara mukul tadi kan? Udah aku bilang kan jangan berantem." omel Anneth sambil mengusap pelan punggung tangan Deven yang memar.

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang