Part 5.

2.4K 155 6
                                    


"Pagi, Mamiku dan Papiku...." Rizky yang terkejut mendengar suara Anneth yang tiba-tiba datang dan duduk di sampingnya langsung tersedak. Mata Anneth berbinar karena akhirnya ia bisa menikmati sarapannya yang biasanya selalu ia skip karena kebiasaanya yang selalu telat bangun.

"Buset, tumben amat bisa bangun sendiri dan udah siap jam segini." Anneth pun hanya memeletkan lidahnya ke arah kakaknya itu.

"Lagi falling in love tuh, Ky. Semalem aja gue diusir dari kamarnya pas dia nerima telepon dari siapa tuh Neth namanya? Kenalin dong sama kita." ledek Kak Nella.

"Apa sih? Bangun pagi salah, bangun telat apalagi. Jadi kalian tuh maunya gue ngapain, hah?" tanya Anneth kesal. Mami dan papinya hanya tersenyum melihat tingkah laku anak-anaknya yang susah sekali untuk akur itu.

"Emang siapa yang nelepon lo semalem, Neth?"

"Ke to the po! KEPO!!! Udah ah yuk cabut keburu siang nih, nanti lo ngomel-ngomel lagi macet di jalannya."

"Yeee! Kan elo yang biasanya bikin gue ngomel-ngomel gara-gara selalu telat bangun." seru Rizky sambil memakan potongan sandwich terakhirnya dan beranjak menuju ke garasi. Anneth mengekor di belakangnya dan segera masuk ke dalam mobilnya dengan senyum antusias. Rizky yang heran melihat tingkah laku adiknya yang berubah 180 derajat itu langsung bergidik ngeri. Dia pikir mungkin adiknya kesambet setan rajin yang mungkin bersarang di fakultas desain. Sedangkan Anneth yang duduk di sampingnya lagi-lagi tertangkap oleh Rizky sedang senyum-senyum tak jelas sambil menatap ke depan.

"Neth, ke dokter ya?"

"Kenapa? Gue kan ngga sakit, Kak."

"Badan lo emang ngga sakit, tapi otak lo tuh! Senyam-senyum sendiri, gue kan jadi parno."

"Sialan lo, Kak. Semalem Kak Nella, sekarang lo yang bilang gue gila. Lama-lama gue gila beneran baru lo semua tau rasa!" ketus Anneth sambil memanyunkan bibirnya dan menyilangkan kedua tangan di dadanya. Rizky yang melihatnya pun tertawa terbahak-bahak menertawakan kekonyolan adiknya itu.

Selama perjalanan, dua kakak beradik itu hanya diam tak saling bicara. Selain karena Anneth yang masih ngambek dibilang gila, Rizky juga tak terlalu suka diajak mengobrol saat sedang menyetir. Akhirnya mereka sampai di kampus dan Anneth langsung keluar dari mobil tanpa pamit pada Rizky.

"Yaelah, ngambek beneran dia." gumam Rizky.

Anneth yang moodnya langsung berubah buruk berjalan dengan terburu-buru sambil sesekali menggumam mengutuki kakak-kakaknya yang menyebalkan itu. Hingga lagi-lagi ia menabrak sesuatu. Lebih tepatnya seseorang.

"Aduh, sorry gue lagi buru-buru tadi ngga lihat."

"Bukannya kelas lo masih sejam lagi?" tanya orang tersebut. Anneth mendongak dan melihat sosok Deven di depannya. Wajahnya langsung kaku karena tidak menyangka orang pertama yang ia temui hari ini adalah Deven. Si manusia es super datar yang membuatnya dikira gila pagi ini.

"Eh hai, Dev." hanya itu yang keluar dari mulut Anneth. Deven pun hanya terdiam memandangi wajah Anneth dengan ekspresi datarnya. Lagi-lagi Anneth menahan nafasnya agar tak terlihat nervous di depan Deven.

"Nafas, Neth. Berapa kali harus gue ingetin?" kata Deven sambil menarik tangan Anneth dan membawanya pergi. Anneth pun sudah mulai terbiasa digiring seperti anak kucing seperti ini oleh Deven. Anneth hanya pasrah saja karena jika ia protes pun, ia yakin Deven tidak akan menggubrisnya.

Mereka berjalan menyusuri hampir separuh kampus menuju ke arah gerbang belakang dari kampus masih dengan posisi kucing dengan anaknya yang digiring. Hingga akhirnya mereka sampai di suatu danau yang luas terhampar dengan jembatan kayu mengelilingi sekitar danau tersebut. Langkah Deven pun terhenti di tengah jembatan yang ada di pinggir danau tersebut dan ia melepaskan tangannya yang sedari tadi menggenggam tangan Anneth.

It's Always Been YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang