Langkah pertama Taehyung untuk keluar rumah sangatlah berat, walau dirinya sudah berkali-kali dibujuk Jungkook dengan iming-iming hadiah yang berkali-kali lipat, tetap saja; keluar rumah menjadi hal yang berat baginya.
"Pokoknya, hadiahku jadi sepuluh!" bibir Taehyung memaju lucu sambil kepalanya yang sedikit menunduk. Langkahnya masih berat, Jungkook terpaksa menariknya agar tidak ketinggalan.
"Belok kanan, Hyung." Ia memang harusnya menjadi pemandu, tapi dirinya jadi yang paling belakang karena Taehyung yang selalu ketakutan dan was-was jika ada warga di depan yang tiba-tiba datang untuk memotong bagian tubuhnya.
Yoongi menoleh pada dua pria paling belakang, dan menghela nafas jengah. Mereka terlalu lamban.
Hari masih bisa dibilang gelap, perdesaan masih jarang ada manusia diluar rumah mereka, jadi sebenarnya diwaktu ini masih aman saja bagi Taehyung untuk santai.
"Taehyung, kau jangan memperlambat. Atau aku yang akan memotong tubuhmu dengan tanganku sendiri." ujar Yoongi tepat didepan wajah Taehyung dengan wajah datar berkesan seram miliknya itu.
Lantas saja Taehyung segera bersembunyi dibalik tubuh Jungkook. "Kau lihat, Tae? Yoongi hyung itu sadis jika kau tidak menjadi anak baik. Ayo! Sebelum matahari terbit kita harus ada disana." Taehyung sedikit berlari dengan kedua tangannya memegang tangan Jungkook sangat erat.
Yoongi yang kini berada dibelakang mereka, memutar matanya melihat dua pria—ralat, satu pria yang sedang jatuh hati namun tidak menyadari perasaannya sendiri. Kenapa Yoongi pikir hanya satu? Karena ia tidak tahu pasti dengan perasaan yang satu lagi.
Perjalanan sangat lancar setelahnya. Mereka akhirnya sampai dengan sangat tepat waktu.
Mereka berada diujung lapang tebing tinggi. Seakan mereka berada diatas awan, semua sangat terpesona dengan pemandangan disini. Tidak ada lagi rasa kesal pada Jungkook yang sudah membangunkan dengan cara konyolnya.
Seakan berterimakasih, Seokjin dengan perasaan senangnya, menggelar tikar dan menyiapkan makanan yang tadi ia masak sendiri, lalu menyuruh Jungkook-sebagai orang pertama yang ia panggil, untuk duduk dan makan.
"Kau tidak salah tinggal disini untuk alamnya. Tapi salah untuk pendudukny-akh! Khu-khu." Namjoon tersedak oleh makanan dimulutnya.
Seokjin memukul bahu Namjoon cukup keras, "Makan ya makan saja! Jangan bicara!"
"Jin hyung, kau tadi lembut sekali pada Jungkook. Tapi pada Namjoon hyung kenapa kau malah galak?" Jimin bertanya dulu sebelum menyuap makanannya—takut mengalami hal seperti Namjoon.
"Karena dia, pagi ini jadi sarapan terbaikku. Kapan lagi kita sarapan ditempat indah dengan ketinggian seperti ini? Aku senang dengan mataharinya, tapi tidak dengan tingginya. Jujur saja, sebenarnya aku ingin melempar Jungkook saja yang mengajakku kesini, tapi matahari nya tampak memukau. Jadi kumaafkan."
Jungkook memutar bola matanya, "Intinya saja, tidak usah panjang lebar. Kau senang atau tidak?"
"Yang jelas, sebenarnya aku membencimu." Seokjin menutup protesan dengan memasukkan banyak makanan pada setiap mulut.
Mereka menghabiskan waktu dengan makanan hangat dikala dingin pagi menyapa mereka. Matahari pun semakin naik 30 derajat dari mereka duduk sekarang ini.
Makanan ringan yang dibuka Seokjin akhirnya akan menjadi hidangan penutup.
"Tae—" Jungkook mengulurkan tangan dengan camilan di genggamannya, "Kemana dia?" tanya nya pada diri sendiri.
Matanya menangkap Taehyung yang duduk di paling ujung tebing, membuat Jungkook yang tidak sadar kapan perginya Taehyung itu jadi melotot panik.
Segera dirinya bangkit dan berlari menuju Taehyung yang sebenarnya tenang-tenang saja duduk diujung situ, bahkan kakinya diayunkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster [KookV] √
FanfictionTaehyung yang tidak bisa dibunuh, bukan berarti ia kebal. Taehyung yang tidak bisa menangis, bukan berarti ia tidak punya hati. Taehyung yang berbeda dari manusia kebanyakan, bukan berarti dirinya MONSTER. Taehyung itu MALAIKAT, begitulah yang Jungk...