Pulang sekolah, aku mengunci diriku di kamar. Sendirian. Setidaknya kak Seonghwa tahu bahwa aku sedang patah hati.
tok tok tok
"Dek?" panggil kak Seonghwa dari luar.
Perasaanku campur aduk. Aku bahagia, tapi aku patah hati.
"Dek? Buka pintunya," ucap kak Seonghwa lagi.
Aku mengalah. Aku akhirnya membuka pintu kamarku dan kembali memeluk kak Seonghwa. Aku ingin hanya percaya pada kak Seonghwa saja, tapi tidak mungkin jika aku tidak percaya seluruh laki-laki di bumi ini.
"Kalo kamu nangis lagi, kakak bakal datengin rumahnya Yunho," ucap kak Seonghwa.
Aku menggeleng. "Jangan. Cukup ada kakak di sini, aku gapapa."
"Telpon Yunho. Suruh dia jelasin semuanya, suruh dia ketemu kakak,"
"Apa jaminannya kakak gak ngapa-ngapain kak Yunho? Gak sadar banget sih, kan kakak kalo marah serem," ucapku.
Bibiku muncul di lantai tiga. "Mbak, temen yang kemaren tuh,"
"Siapa bi? Jongho?" tanya kakak.
Bibi menggeleng. "Bukan mas, yang akhir-akhir ini dateng,"
Ah, ini pasti kak Yunho.
"Kamu masuk kamar, nanti kakak suruh dia nemuin kamu,"
Aku mengangguk. Tidak ada siapapun yang bisa membantah kak Seonghwa dalam kondisi marah seperti ini.
Aku tidak menutup pintu kamarku sepenuhnya dan menyembunyikan diriku di balik selimut. Hatiku ikut berdegup ketika mendengar langkah kaki kak Seonghwa yang berjalan turun menuju lantai satu. Tuhan, tolong tahan emosi kak Seonghwa.
Sepuluh menit, dua puluh menit. Kak Seonghwa maupun kak Yunho, tidak ada satupun yang tampak menghampiriku. Mereka berbicara apa, sih?
Ah tidak, suara langkah kaki mulai terdengar. Aku semakin menyembunyikan diriku. Tolong, Tuhan, aku rindu kak Yunho.
Aku mendengar deritan pintu kamarku yang terbuka.
"Jangan bikin dia nangis lagi, atau saya akan hajar kamu,"
Suara kak Seonghwa.
Berikutnya, aku mendengar suara pintu yang tertutup. Yang benar saja? Kak Yunho langsung pulang?
"Rara,"
Tidak, kak Yunho ada di sini.
"Gue minta maaf, gue udah denger semuanya. Dari Jongho, dari kakak lo. Semuanya salah paham," lanjutnya.
Aku tetap terdiam. Aku berharap kak Yunho melanjutkan kalimatnya, tetapi tidak. Sebagai gantinya, alunan gitar yang merdu tiba-tiba terdengar. Masa' gitarku? Gitarku saja ada di dalam lemari kaca.
Aku memberanikan diriku keluar dari selimutku. Kak Yunho memainkan alunan gitar yang sangat indah. Itu gitar kak Yunho, ia sampai membawa gitarnya untuk menemuiku?
"Dengerin lagu ini. Lagu ini, dari gue buat lo," ucap kak Yunho, kemudian ia lanjut memainkan gitarnya.
What do I do?
Without you, my heart has no home
I’ve kept my insides empty for you
Things might seem hard, but I’ll always be here
So don’t think too difficultly
Cause I'm your home, home, home.Sebuah lagu milik seventeen. Entah kebenaran atau sebuah kebohongan lain tercipta melalui lagu tersebut.
Kak Yunho menyingkirkan gitarnya dan menarik kepalaku untuk bersandar di bahunya. Aku tidak bisa menolaknya, dan aku menangis lagi.
"You are my home, my destiny, my treasure," ucap kak Yunho.
Aku mengubah posisiku menjadi memeluk kak Yunho. Air mataku masih keluar. Kak Yunho meraih rambutku dan membelainya dengan lembut, seperti yang biasa kak Seonghwa lakukan.
"Lo tau, Ra, Jungeun itu mantan gue. Skor basket yang kemaren, gue juga bikin buat Jungeun karena gue janji bakal bikin skor buat dia untuk terakhir kalinya, sebagai tanda kalo kita udah selesai secara baik-baik. Inget kan skor pertama yang gue dapetin? Itu buat lo," lanjut kak Yunho. "Inget kan, gue pernah bilang gue bakal tanggung jawab kalo lo baper, dan gue gak bohong. I'm not going to play you, so I beg you to stay."
Isakanku semakin keras. Aku salah paham, kekesalanku pada kak Yunho, pada kak Jungeun. Rasanya aku malu sekali.
"Gue udah gak ada hubungan apa-apa sama Jungeun. Jangan salah paham lagi, jangan nangis lagi, and don't starve yourself,"
"Tadi lama banget sama kak Seonghwa, ngapain aja? Kakak gak dimarahin kan?"
Kak Yunho menggeleng sambil tertawa kecil. "Gapapa kok, gue pantes dimarahin. Cuma cowok brengsek yang bikin cewek nangis, dan gue datang untuk minta maaf," jawab kak Yunho.
"Aku gak marah sama kakak,"
"Thanks,"
Aku terdiam, begitu pula kak Yunho. Memeluknya dari samping dan menyenderkan kepalaku pada bahu lebarnya seperti ini, rasanya nyaman sekali.
"Kak, jangan pergi," ucapku.
"I'll try,"
Kak Yunho, aku harap kita adalah rasa yang tepat, di waktu yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Kak Yunho ➖ATEEZ
FanficNamanya kak Yunho. Jika kau berkenalan dengannya, kau akan jatuh cinta. Originally written by Penguanlin, 2019.