Bagian 11

386 68 28
                                    


Masih cukup banyak waktu sebelum waktu keberangkatan tiba pagi ini. Semua mahasiswa yang akan kembali ke Bangkok tengah berpencar untuk mencari oleh-oleh terakhir di bandara Incheon yang besar, atau sekedar untuk berjalan-jalan menghabiskan waktu. Kongphob sendiri sedang asik melihat-lihat deretan buku di salah satu toko. Ia pikir membaca buku untuk menghabiskan waktu itu cukup menarik untuk dilakukan. Apalagi ia sudah kehabisan buku untuk dibaca.

Buku-buku di sana kebanyakan adalah buku impor berbahasa Inggris. Tapi ada juga beberapa buku dan majalah berbahasa Korea. Nonfiksi.. buku anak-anak.. novel romantis. Hm.. langkah Kongphob terhenti di depan novel itu. Tangannya melayang ragu-ragu hendak mengambil atau melewati buku yang biasanya ia hindari.

Dulu ia sering memandang jijik dengan orang-orang yang asik membaca novel seperti itu. Apalagi ketika temannya memuji jalan cerita yang menurut Kongphob, berlebihan. Tapi setelah bertemu Kak Arthit dan merasakan apa yang karakter di dalam novel itu rasakan, Kongphob jadi ragu.

Apa ia ada bedanya dengan karakter di novel itu?

Rasa yang ada dalam hati, yang membuat jantungnya berdebar kencang dan membuyarkan segala pikiran jernihnya. Cuma karena Kak Arthit. Ia tidak pernah seperti ini bahkan ketika ia berpacaran waktu SMA dulu. Semuanya terpikirkan dengan matang, kapan waktu untuk jalan, makan, dan memberi hadiah. Tapi untuk Kak Arthit..

Kongphob menghela napas panjang. Rasanya tidak menyenangkan berada dalam cerita romantis ini, yang mana ketika mereka bisa menjalin kasih, semua orang bisa saja menatap jijik dan bahkan berusaha memisahkan mereka. Abnormal.

Ia gelengkan kepala untuk mengenyahkan pikiran jahat itu. Matanya melirik ke samping, melewati novel menyebalkan yang membawa pikiran negatif kembali ke pikirannya. Lebih baik baca majalah National Geographic saja kalau begini. Biar kepalanya hanya diisi oleh fakta dan realita tentang dunia, dan pikiran negatif itu terusir sempurna.

Oh. Pikiran negatif itu muncul lagi. Bukan, bukan pemikiran yang itu. Tapi ada rasa kecewa yang mengikuti, karena ia teringat kata-kata Kak Arthit; Kak Arthit tidak bisa datang menjemput. Kongphob membiarkan mulutnya mengerucut, duduk di tengah-tengah bangku tunggu yang sudah disediakan dimana tidak ada seorang pun yang mengenalnya. Yah.. bukannya ia ingin memaksa, atau sangat berharap Kak Arthit bisa datang, tapi ucapan Kak Arthit yang dengan lugas memberitahunya itu yang membuatnya sedikit sakit hati.

"Aku sibuk." Begitu kata Kak Arthit, di telepon terakhir mereka kemarin. Sangat jauh berbeda dengan waktu Kongphob akan pergi ke Korea. Kongphob memang sudah terbiasa dengan karakter Kak Arthit yang kadang-kadang terlalu straight-to-the point dan polos seakan tidak ada salah seperti ini, tapi kan, Kongphob boleh dong mengharapkan Kak Arthit melunak. Paling tidak, seharusnya Kak Arthit memberikan pesan 'safe trip, ya' atau semacamnya.

Ugh.. lagi-lagi Kongphob heran kenapa ia bisa merasa Kak Arthit itu orang spesial baginya. Kenapa sih ia tidak jatuh hati saja ke orang seperti Bommie? Semuanya kan, akan jadi lebih simple.

Pikirannya terbuyarkan saat ia mendengar pemberitahuan bahwa pesawatnya sudah tiba dan siap boarding. Sambil menghela nafas, Kongphob menarik tas ranselnya dan berdiri, pergi untuk ikut mengantri masuk ke pesawat.

Mama dan Rin sudah pulang duluan, sekitar dua minggu yang lalu. Kongphob memandang awan putih di langit biru yang cerah. Sinarnya cukup menyilaukan, tapi tidak cukup untuk mengenyahkan pikirannya yang beralih pada orang-orang di rumah.

Kak Suda dan Kak Ohm, mereka sepakat untuk ikut konseling pernikahan. Kabar itu mereka terima sehari setelah mereka pergi ke akuarium. Mama berjanji akan pulang saat konselor mereka mengatakan bahwa mereka ada kemajuan. Tidak seperti penyakit di badan, ketika ada permasalahan hubungan antar manusia seperti ini, kemajuannya terlalu lambat. Apalagi Kak Suda yang memang keras kepala. Kak Rose sempat memberitahunya kalau butuh waktu yang lama sampai Kak Suda benar-benar mau kooperatif. Kongphob sama sekali tidak heran.

[BAHASA] Bukan Logika - FanfiksiWhere stories live. Discover now