-Pict: Zein Aldrik Wiliam's
Anissa menghampiri mereka, semua orang tetap mengeruminu mereka, "Ckck, bukannya memisahkan mereka, dasar lol,"ucap Anissa sambil berlari sekencang kencangnya, Anissa menyosor ke tengah-tengah pengerumun
"BERHENTI!!!," teriak Anissa disaat melihat Rian dan Renald dihadapannya, sambil sesekali melihat tanda memar di sekitar wajah mereka berdua
Namun Rian dan Renald tidak mendengar Anissa, mereka tetap saling bertengkar, saling memukul satu sama lain
"Berhenti gak!?," tanya Anissa dan di tengah-tengah tubuh mereka saat Rian mau menonjok wajah Renald
Bugh!
Satu pukulan keras dari Rian mengenai wajah Anissa, hingga Anissa tidak sadarkan diri, dan semua yang menonton kejadian itu langsung pergi
"An-Anissa!?," teriak Rian saat dia tidak sadar telah menyakiti orang yang sangat dia sayangi, "..Anisaa maaf, bukan maksud gua," ucap Rian meneteskan air mata dan menidurkan kepala Anissa di paha Rian
"Anissa! Rian! Renald!," teriak Fania, Clara, Zia, Zien, Vano barengan. Renald dan Rian melirik ke arah sumber suara
Fania menangis saat melihat adiknya tidak sadarkan diri, "Hiks, lo berdua apain adik gua!?," ucap Fania meneteskan air matanya dan memindahkannya di pangkuan Fania
Rian menatap Renald sinis, "Ada kesalah pahaman kak," ucap Renald pada Fania, "Halah lo, kalo lo suka sama Anissa, lo berurusannya ama gua!," ucap Rian berdiri menghadap Renald
"Rian! Sejak kapan kamu jadi gini hah? Kalo Rian bener-bener suka sama Anissa, ya seharusnya Rian bikin Anissa suka juga, bukannya malah jadi Anissa makin benci sama Rian!," teriak Vano dan menatap Rian, Rian hanya menunduk
"Cepat bawa Anissa ke rumah sakit," ucap Zien dan menelfon rumah sakit terdekat agar membawakan ambulance
Zia dan Clara tidak tau harus berbuat apa, sedari tadi mereka hanya diam dan mendengarkan saja, mereka juga mengikuti sampai waktunya pulang
"Van, udah izin belum ke guru piket?," tanya Zien saat didalam perjalanan
"Udah kok, katanya nanti Pak Hisyam juga nyusul menjenguk Anissa," jawab Vano
Vano melihat Fania yang hanya diam memandang keadaan adiknya yang tidak tega, Vano mendekatkan tubuhnya, "Vano tau Fania lagi sedih, Fania boleh kok nyender di bahu Vano," ucap Vano dan Fania menurut
"Modus Vano mah Fan," goda Renald pada Fania, dan yang lain hanya menatapnya ingin meninju
"Btw, apa yang kalian lakuin tadi? Dan apa maksud Renald 'Kesalah pahaman'?," tanya Vano menatap Renald dan Rian bergantian
Rian dan Renald saling menatap, "Jadi gini Bang, Rian tadi tuh salah paham, waktu itu Renald minta tolong Anissa untuk ngedeketin anak baru, dan menurut Rian, Anissa sama Renald itu pacaran mungkin, jadi Rian gak terima mungkin ya. Renald tadi ada di taman lagi baca-baca buku, eh Rian nyamperin langsung nonjok aja, yaudah Renald bales, jadi siapa yang salah?," ucap Renald panjang lebar
Vano menatap Rian tidak menyangka, "Rian, denger kata kakak yang tadi kan?, btw sejak kapan Renald manggil Vano Abang?," ucap Vano pada Rian dan Renald
"Iya Kak, Rian minta maaf, Rian juga gak mau nyelakain Anissa kok, kak Fania maafin Rian juga ya," ucap Rian pada Vano dan Anissa
Anissa membenarkan kepalanya, "Rian, kakak maafin kok, tapi kalo kamu bener-bener suka sama adik kakak, inget keputusannya bukan di kakak, tapi ada di Anissa," ucap Fania dan menatap Anissa sebentar
"Hehe iya maaf Bang, mulai sekarang manggilnya abang aja ah, biar rada enakan," ucap Renald pada Vano, dan semuanya tertawa kecil
"Iya kak, apa yang kakak omongin itu benar, Rian tadi gak mikirin dulu gimana kedepannya, Anissa maafin aku, aku udah nyakitin kamu," ucap Rian menangis dihadapan Anissa yang sedang terbaring tidak sadar
"Rian sih kalo apa-apa main hajar aja, gak tau masalahnya lagi," ucap Renald memukul kepala Rian
Rian meringis, dan semua tertawa bahkan Fania juga saat melihat Rian menangis. Mereka kira Rian tidak akan bisa menangis, ternyata semuanya tidak seperti yang dibayangkan
"Renald kakak mau nanya deh, tadi pas Renald nyeritain kejadian kalian bertengkar, Renald bilang minta tolong Anissa supaya ngedeketin anak baru? Maksud kamu Clara atau Zia nihh?," goda Fania dan membuat Zia dan Clara malu
"Ap-apaan sih kak Fania, nggak kok kak," ucap Renald dan memalingkan wajahnya ke luar
"Ayolahhh Renald, cerita pada kami," ucap Fania membujuk
"Baiklah, iya sebenernya Renald minta tolong sama Anissa, supaya ngedeketin anak baru dikelas, nah nanti kalo Anissa udah kenal, kenalin ke Renald," ucap Renald sedikit malu
"Di kelas kalian maksudnya? Oh ternyata kamu suka sama Claraa yaa," goda Fania lagi
"Ihh kak Fania nakal," ucap Clara menutup wajahnya dengan tangan karena malu
"Halah gak usah malu-malu, biasanya juga malu-maluin," ucap Zia pada adiknya, dan semua tertawa terbahak-bahak, tak peduli dimana tempatnya, tapi tidak terlalu tertawa
"Ah mungkin Anissa hanya pingsan saja, sebentar lagi juga sadar," ucap dokter saat Fania didalam ruangan menunggu Anissa
"Oh baiklah dok kalo begitu, apa boleh saya bertemu adik saya?," tanya Fania pada dokter cantik tersebut
"Silahkan saja," ucap dokter tersebut, "Kalo begitu saya keluar dulu ya," ucap dokter tersebut
"Anissa, cepat bangun ya, kakak rindu kamu," ucap Fania menggenggam tangan Anissa, yang lainnya menunggu diluar
Fania berjalan ke arah luar ruangan, dan menampakkan teman-temannya. "Kalian mau melihat Anissa?," tanya Fania
"Mau," jawab mereka serentak dan langsung bangun dari duduknya
"Ayo," ucap Fania dan semuanya masuk ke dalam ruangan dimana Anissa sedang terbaring saat ini
Rian maju terlebih dahulu, "Yaampun, apa pipi mu sakit Anissa? Apa aku memukul mu terlalu keras, sampai-sampai kamu gak sadar kayak gini," ucap Rian mengusap pipi Anissa yang memar
"Nghh," Anissa membuka matanya perlahan, ia merasakan pusing dan sakit dibagian pipi kanannya
"Sedang apa kalian? Dan aku dimana?," ucap Anissa melihat sekitarnya
Semuanya tersenyum saat Anissa mulak tersadar, "Syukurlah kamu sudah sadar Anissa," ucap Fania
Anissa menatap Rian sinis, "Ngapain sih kesini lo!? Gak puas udah bikin gue sakit, dan bahkan sampai pingsan gini hah!?," ucap Anissa yang hendak duduk di ranjang rumah sakit, "Pergi lo, jangan lernah nampakin lagi wajah lo dihadapan gue!!," bentak Anissa dan memukul-mukul badan Rian
Rian hanya diam diperlakukan seperti itu, "Terserah kamu mau bilang apa aja dan ngelakuin apa aja ke aku, yang jelas aku gak akan pernah ninggalin kamu dan gak akan pernah pergi dari kehidupan kamu," jawab Rian
"Gue gak mau denger lagi alesan lo! Pergi sekarang atau gue bakalan lebih benci ke lo!?," ucap Anissa menatap Rian penuh emosi
"Nisa udah Nis, Rian ngelakuin itu juga gak sengaja, dia salah faham ke kamu sama Renald. Jangan sampai kamu menyesal nantinya," ucap Fania membujuk Anissa
"Tapi kak," ucap Anissa yang matanya mulai berkaca-kaca, "Oke, demi kakak gue," ucap Anissa menatap Rian malas
Rian tersenyum senang, "Maafin aku Anissa, aku gak sengaja, aku gak ada niat untuk bikin kamu sakit, maaf," ucap Rian menunduk
"Udah Rian, masa adik kakak yang ganteng ini nangis sih, kayak perempuan aja, malu dong malu," ucap Vano menggoda Rian
"Hehe, baiklah abangku yang lebih ganteng," ucap Rian menyusut air matanya
==================
-Nadya Amalia Fitriani

KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh Jadi Cinta.
Fiksi RemajaMusuh? udah biasa, tapi ini gak biasa. -ANISSA DAVINIA TITA(tokoh utama) -FEBRIAN ADIRA PRATAMA -ZIA ANGELIA ANATASHA -ZIEN ALDRIK WILIAM'S -FANIA KALISTA AMALIA -GIOVANO ABRAHAM -CLARA AMELIA -RENALD PRASETYA