Namanya Kafka

105 21 5
                                    

"dia itu kan laki-laki tadi pagi siapa namanya yah kaffa,kaffi ,,eh"ucapku berbisik kepada angin,tidak ada yang mendengar suaraku saat ini. Aku terus memandanginya saat dia mulai memperkenalkan diri.

"perkenalkan nama saya kafka yunanda,itu saja dari saya,mohon bantuannya teman-teman,sekian terima kasih"kami semua hanya diam mematung mendengarkan perkenalan dari murid baru yang berada didepan kelas,erutama teman-teman perempuanku mereka diam karena terpana melihat keindahan wajah yang tersuguhkan dihadapan mereka.

"kamu boleh duduk kafka,emm,kamu duduk dengan angga yah"kafka mengangguk,aku memandanginya dan berfikir "pasti dia tidak tahu siapa angga"aku melihat kafka melangkahkan kaki kebangku yang ditawarkan bu remi,ah aku tahu angga kan duduk sendirian dkelas ini,yang lain sudah penuh,siapapun pasti tau jika seperti itu.

"asik nih,kafka duduk dibelakang kita,jadi gue bisa kenalan"ucap oca sendiri tapi aku masih bisa mendengarnya walaupun suaranya terdengar pelan,bagaimana tidak oca saja duduk sebangku denganku.

Kursi digeret dengan pelan,kafka sudah menduduki bangkunya,dari sudut mataku kulihat kafka mengulurkan tangannya berkenalan dengan angga "salam kenal gue kafka"angga menerima uluran tangan kafka "salam kenal gue angga,denegr-denger lo pindahan dari London yah"kata angga,oca yang sudah tiak tahan ingin berkenalan lalu memegang tangan kafka pun membalikan tubuhnya menghadap kebelakang,ke meja angga

"haii,,kafka gue oca"sapa oca mengulurrkan sebelah tangan kanannya sambil senyum-senyum sendiri,kafka menatapnya aneh tapi dengan sopan dia tersenyum dan menerima perkenalan dari oca.

"haii juga oca"jawab kafka akhirnya,suaranya terdengar sedikit kaku,mungkin baru kenal dan belum akrab kali yah.

            Perkenalan telah usai,mereka duduk tenang,rasa ingin tahu mereka terhadap kafka diurungkan pasalnya guru paling killer akan segera datang,bisa-bisa mereka dihukum kalau rubung-rubung seperti membeli sesuatu dipasar. Pak suryo menyembul dari balik pintu,langkahnya tegap menuju kursi kebesarannya,kacamata tebal bertengger dihidung mancungnya.

"assalamualaikum anak-anak"salam pak suryo penuh suara ketegasan membuat bulu kuduk mereka meremang seketika

"waalaikumsalam pak"jawab mereka serempak.

               Aura negative muncul begitu pak suryo mengeluarkan lembar kertas yang bertumpuk dibalik map yang dibawanya,wajah mereka yang tadinya ayem tentrem refleks berubah tegang penuh kegelisahan. Isel hanya santai melihat pak suryo seperti itu,sudah biasa baginya menghadapi situasi sperti ini sementara kafka hanya diam memandangi guru berperut buncit yang duduk didepan kelas,kafka pun sebenarnya ikut merasakan aura ketegangn tapi dia tidak tau apa yang biasannya terjadi setelah ini.

"resta pramesti"panggil pak suryo,resa yang meras dipanggil,bengit melangkah dengan muka takut,saat emenrima kertas yang diulurkan pak suryo dia hanya diam,bungkam tanpa kata.

"resta kamu belajar lagi jangan hanya berdandan taunya"kalimat yang dilontarkan pak suryo cukup menohok hati resta,resta hanya mengangguk,menunduk lalu berbalik hendak menempati tempat duduknya.

"isel maharani"sekarang giliran aku yang dipanggil,aku berdiri maju kedepan tanpa rasa takut sedikitpun,kulihat ada secercah kebanggan yang terbit diwajah pak suryo.

"dilanjutkan belajarnya isel"aku mengangguk

 "iya pak"jawabku pendek

"contoh isel,nilainya selalu tertinggi dalam pelajaran apapun"ucap pak suryo melebih-lebihkan tapi itulah kenyataannya,aku jadi tidak enak ke temen-temenku.

aku begini juga karena semangat dari mereka. Saat aku mebalikan badanku,tak sengaja mataku bertemu dengan tatapan milik kafka,dia terlihat kaget tapi dia bisa mengendalikan keterjutannya menjadi wajah biasa kembali.ku pikir dia mengingatku,karena tai pagi kami sempat bertemu dijalan. Kulangkahna kaki dengan cepat menuju bangku,aku diam tanpa mengarahkan pandanganku kekafka yang sedari tadi memenadangiku tanpa henti.

"sel kapan-kapan aku mau dong belajar sama kamu biar aku ketularan pinter,boleh kan?"cerca oca saat aku baru saja duduk,aku tersenyum,rasa bosanku sudah sedikit hilang jadi aku bisa tersenyum dengan tulus tanpa paksaan.

"boleh,kapan-kapan kamu kerumah aku aja"jawaku,oca memeluku dengan erat,bagiku oca dan nara sahabat terbaik yang pernah aku miliki,walaupun kadang-kadang bikin aku kesal,marah tapi bahagianya yang lebih sering sih.

Seseorang dari belakang menepuk pundakku. Baru saja aku ingin menoleh ke belakang tapi dengan gerakan cepat orang itu sudah beralih duduk disampingku,tepatnya sih dibangku milik oca.

"hai"sapanya,sontak aku kaget saat aku menatapnya,ternyata dia kafka,teman baru yang duduk dibelakang kursiku.

Aku tersenyum kaku memandangnya "e,,haii juga"kafka tersenyum maklum,badannya sudah berbalik mengahdapku 90 derajat

"kamu perempuan tadi pagi yang boncengin nara kan"aku mengangguk,setelahnya hening yang terjadi. Aku sama sekali tak ingin membuka suara apapun sebelum dia bertanya.

            Aku membuka novel yang tergeletak diatas meja untuk mengalihkan objek,tpatnya aku tidak suka terjebak dalam kecanggungan yng tercipta,entah kenapa saat beradapan dengannya mendadak lidahku kelu,bergerak sedikitpun rasanya tidak enak.

"kenal nara dari kapan?"tanya kafka berusaha mencairkan suasana,aku mendongak dan menatap iris matanya. Mataku berbinar senang begitu mengetahui iris matanya berwarna kebiruan agak abu.

Tanpa sadar aku mengucapkan "iris mata kamu bagus,aku suka"ucapku tanpa mengalihkan tatapan mataku.



Jangan bosen baca ceritaku,oke

Jumpa lagi di part selanjutnya

LOVE IN SILENCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang