6. Dihukum Berdua

38 11 0
                                    

Saat Ark sampai di kelas, pak Harun sudah memulai pelajaran. Ark tahu kalau pak Harun sangat disiplin, dan dia pasti akan marah kepada Ark karena sudah terlambat masuk kelas.

"Dari mana kamu, Ark?" tatapan mengintimidasi tertuju pada Ark.

"Saya dari perpustakaan, pak," sepertinya Ark sudah terbiasa dengan tatapan seperti itu, jadi dia tidak gugup sama sekali.

"Tapi kamu tahu kapan harus masuk kelas, 'kan?!" pak Harun membentak.

"Maafkan saya, pak," meskipun tidak gemetar, Ark menundukan kepalanya, demi menghormati pak Harun selaku seorang guru.

"Kamu tahu kalau saya sangat menghargai waktu, dan tidak akan memaafkan orang yang terlambat..."

"Permisi, pak," belum selesai pak Harun bicara, Aita masuk kelas dengan tergesa.

"Kamu juga terlambat?" Aita ikut mendapat bagian dari kemarahan pak Harun.

"Ma-maaf, pak" Aita gugup sekali.

"Bagus, dihari keempat saya mengajar saya di kelas ini, dua murid terlambat masuk. Saya bukan bu Widia yang akan memaafkan kalian, karena itu kalian saya hukum. Bersihkan perpustakaan nomor 3, cepat!"

"Baik, pak," Ark langsung pergi.

"Ba-baik, pak," Aita mengikuti langkah Ark.

Varel dan Thalia jadi khawatir. Mereka tahu kalau perpustakaan nomor 3 itu jarang dibuka dan dikunjungi. Apalagi tempat itu sangat kotor dan berantakan, pasti akan lama membersihkannya. Pak Harun memang tak mau mentolerir adanya keterlambatan, dia dikenal sebagai guru dengan hukuman paling kejam.

Setelah dibuka oleh penjaga sekolah, Ark dan segera masuk dan mulai membereskan buku-buku yang berantakan. Pintu dibiarkan terbuka sedikit agar mudah membuang sampah dari dalam.

Tanpa saling bicara, mereka membereskan perpustakaan dengan cepat. Tapi saat mereka sibuk mengatur buku-buku, tiba-tiba pintu perpustakaan tertutup, dan keadaan jadi gelap.

"Aaa!..." Aita yang takut gelap langsung menjerit.

"Hoiy!" Ark membentaknya.

Ark menggenggam tangan Aita supaya dia tidak takut, dan mencoba membuka pintunya. Pintu itu terkunci. Ark menyalakan lampu, tapi lampunya kemudian mati. Aita menangis dan refleks memeluk Ark karena sangat ketakutan. Ark jadi marah.

"Lepasin gue!" dia membentak Aita lagi, "Diem lo!"

Ark membuka jendela. Setelah jendelanya terbuka ruangan itu jadi terang. Tapi saat itu juga Ark melihat rak buku di samping Aita mau jatuh.

"A-..." dia tidak sempat bahkan untuk memperingatkan Aita.

Ark segera melindungi Aita, dan alhasil rak buku itu menimpanya sampai dia pingsan.

Aita berusaha, dan akhirnya bisa terlepas dari tubuh Ark dan rak buku yang menindihnya. Tapi dia bingung bagaimana menolong Ark.

"Ark? Ark, bangun!" Aita menepuk-nepuk pipi Ark.

Ark tidak kunjung bangun. Rak buku yang berada diatas punggungnya terlalu berat untuk Aita angkat.

Sementara itu, Varel dan Thalia segera pergi ke perpustakaan nomor 3 setelah jam pelajaran selesai. Mereka terkejut karena pintunya terkunci, dan mereka mendengar Aita yang ada di dalam berteriak minta tolong.

"Aita, lo di dalem?!" Varel bicara dari luar pintu.

"Iya, Rel. Tolong aku, bukain pintunya, please!" Aita sangat panik.

"Ok-ok, lo tenang aja ya?"

"Iya, Ta. Lo tenang aja, kita bakal bantuin lo kok," Thalia ikut menenangkan Aita.

Varel segera mencari penjaga sekolah untuk membantu membuka pintu perpustakaan itu.

Varel bertemu dengan penjaga sekolah di toilet. Dia mengajaknya ke perpustakaan nomor 3 secepatnya.

Saat pintunya terbuka, semua terkejut melihat keadaan Ark. Segera saja mereka menolong Ark dan membawanya ke UKS.

Setelah diperiksa, ternyata Ark baik-baik saja. Aita, Varel, dan Thalia menunggu di sampingnya.Tidak terlalu lama, akhirnya Ark sadar juga.

"Ark," Aita yang pertama kali menyadarinya.

"Akhirnya lo sadar, Ark," Varel tersenyum.

"Lo baik-baik aja, 'kan?" Thalia terlihat khawatir.

Ark tidak menjawab. Dia masih berusaha mengingat-ngingat apa yang terjadi tadi.

"Kenapa lo nolong gue?" Aita menatap Ark penuh pertanyaan.

"Jadi lo nggak suka gue nolong lo? Ok, anggep aja gue nggak nolong lo," Ark langsung naik darah.

"Bukan gitu, gue cuma nggak nyangka kalo lo bakal nolong gue."

"Karena gue nolong lo, jangan pikir gue udah maafin lo."

"Ark, mending lo istirahat dulu," Varel harus menyela agar Ark dan Aita tidak adu mulut.

"Iya, lagian pak Harun juga ngebolehin kok",Thalia mengacungkan jempol.

"Makasih. Tapi gue nggak pa-pa,gue mau ikut pelajaran," Ark bangun dari tempat tidur.

"Ya udah, kita ke kelas bareng aja yuk," ajak Varel.

"Lo duluan aja, Rel. Nanti gue nyusul," Ark sama sekali tidak mau menatap Aita.

"Ok deh," Varel pergi dengan Aita dan Thalia.

Aita jadi sedih, hatinya sakit karena Ark. Varel yang sangat memperhatikan dan menyayanginya tentu tidak tega melihatnya begitu. Dia ingin mengembalikan senyum di wajah Aita bagaimanapun caranya.

Ark & Aita [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang