chapter 5

2.4K 182 5
                                    

Happy reading guys😘
Warning!!!!!! Typo.....








"Wow, jadi akhirnya kau membawaku ke tempat seperti ini." lisa mengitari pandangannya ke sekeliling ruangan, dan mengernyit. Tempat baru ini terlihat muram dan murahan. Kecil hingga hanya bisa menampung satu tempat tidur ukuran sedang dan satu lemari dorong yang terlihat akan hancur sewaktu-waktu. Temboknya berwarna hijau kusam dengan bilur-bilur kecokelatan di bagian bawah yang menunjukan kelembaban ruangan. Plafon yang kemungkinan besar tadinya berwarna putih, terlihat kekuningan dan mengalami kerusakan di beberapa tempat yang ditutupi, memberikan pemandangan yang menyedihkan dari usaha perbaikan tanpa modal.

Tak ada jendela di ruangan itu, hingga udara yang tak sehat dan bau menyengat aneh berputar-putar dan tak berubah. Bau itu mengingatkan lisa akan susu yang gagal difermentasi. Ia mengigit bibirnya, berhati-hati untuk tak berdiri terlalu dekat dengan tembok. Perasaannya memang sudah tak enak ketika sehun tak memaksanya menutup mata selama perjalanan tadi. Perjalanan menunggu malam datang, kata sehun tadi.

Perasaannya semakin tak enak saat mobil pria itu berhenti di depan sebuah bangunan dua tingkat yang serupa tempat pelacuran. Bukan berarti ia pernah mengunjungi tempat pelacuran. Tapi hanya itu yang bisa ia pikirkan ketika melihat beberapa pasang tamu berpenampilan norak dan setengah mabuk di lobi, memberikan tontonan erotis menjijikan dengan tangan yang terus bergerak di tubuh pasangannya.

Lisa tak menyangka akan mendapati dan berada langsung di tempat yang tak pernah ia bayangkan ada di Seoul. Dan sekarang ia bahkan berada di dalam salah satu kamar bangunan itu, bersama pria yang baru dua hari ia kenal. Bahkan resepsionis –jika masih bisa disebut resepsionis, mengingat wanita berambut pelangi itu menghabiskan lebih banyak waktu mengerling dan menggerak-gerakan payudara besarnya yang hanya di tutupi tanktop tanpa bra. Wanita itu terlihat sekali berusaha keras untuk menggoda sehun yang balas bergeming, lalu perhatiannya beralih pada lisa yang juga bergeming dengan wajah dan kepala yang hampir tertutupi sepenuhnya.

"Mata yang indah," komentar wanita itu tadi. "Coklat hazel yang bulat dan besar."

Lisa menggeleng dan mengabaikan perasaan terhina saat wanita itu lagi-lagi mengerling pada sehun, memberikan makna tersirat yang tak mungkin disalah artikan oleh siapapun.

"Dia menganggapku sama seperti wanita lain yang dibawa pria-pria di lobi tadi," kata lisa tak terima. Ia sudah cukup lelah berdiri, tapi tak bisa memaksa dirinya untuk menduduki tempat tidur berseprai kusam dan penuh dengan bercak-bercak yang tak ingin ia ketahui berasal dari apa. Jadi ia hanya meletakkan tas karton berisi barang belanjaannya di sebelah lemari. Ia bersyukur karena telah memutuskan untuk berganti pakaian di toilet umum pusat perbelanjaan saat makan malam sebelumnya.

Sehun yang masih berdiri di dekat pintu yang tertutup menggeleng sekali. "Sebaliknya, kurasa ia kira kau hanyalah anak orang kaya yang suka bermain-main, dan ia memang benar."

Lisa tersenyum miring. "Penjelasanmu tak membuat perasaanku lebih baik," ujarnya dengan nada ringan.

"Aku memang tak berencana menghiburmu," balas sehun. "tidak dengan kata-kata."

Lisa mundur satu langkah. Tatapan sehun terlihat biasa saja. Tapi lisa tahu makna yang terkandung di dalamnya lebih dari itu. Dan sehun sudah menunjukkan awalnya tadi. Pria itu bisa menjadi tanpa segan dan bertindak seenak hatinya, tanpa kenal tempat. Bagaimanapun, lisa perlu menyadarkan pria itu agar tak sembarangan memperlakukannya.

"Sekali lagi kau menyentuhku, sir, kau akan mendapati aku yang lebih menyulitkan dari sekarang," ancam lisa.

Tubuh lisa bergetar ketika tatapan sehun turun ke bibirnya. "Tak ada ancaman lalice," kata sehun. Pria itu kembali menatap lurus ke matanya. "Kau tak ingin tahu apa yang terjadi dengan orang-orang yang pernah mencoba mengancamku."

Because there's a reasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang