chapter 14

1.7K 163 2
                                    

Seakan segalanya tidak cukup buruk. Lisa pikir ia akan selalu bisa menguasai keadaan di situasi apapun. Dan lihatlah sekarang, ia hanya bisa duduk di satu sudut ruangan sambil menghapus air matanya terus-menerus. Setiap detik yang ia habiskan di ruangan terkutuk ini seolah dapat membunuhnya secara perlahan. Rintihan cathlyn membuat tubuhnya semakin gemetar.

Satu jam lalu, jika ia menghitung dengan benar, ia sama sekali tidak yakin, cathlyn kembali ditarik ke luar kamar dan kembali dengan kondisi yang lebih menyedihkan. Lisa menjadi pengecut dengan menempatkan diri sejauh mungkin dari jangkauan semua orang yang masuk ke dalam kamar, menutup telinganya dengan kedua tangan, memejamkan mata, menggeleng sambil menggumamkan kalimat yang tak lagi bisa ia ingat.

Semuanya bertambah buruk, sangat buruk. Bahkan kata buruk tak lagi bisa menggambarkan situasinya. Orang-orang itu nyaris tak melakukan apapun terhadap dirinya. Namun perlakuan mereka terhadap cathlyn menjadi teror yang tak akan lisa lupakan seumur hidupnya, jika ia bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup. Berpikir bahwa hal itu akan ia alami sendiri seandainya tak ada seorang pun yang datang tepat waktu, adalah hal utama yang membuat tubuhnya gemetar saat ini.

Ada perasaan bersalah yang ia rasakan setiap kali melihat cathlyn. Lisa merasa bersalah karena dirinya tak mengalami apa yang sudah cathlyn alami, dan merasa bersyukur karenanya. Kelegaan sementara itu terasa pahit di tenggorokannya, membuatnya menghukum diri sendiri dengan tak berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri.

Namun ketika cathlyn ditarik keluar untuk ke tiga kalinya, lisa mulai menata pola pikirnya kembali. Ia tak ragu bahwa ia akan diselamatkan. Ia yakin sekali semua orang sedang dalam perjalanan untuk menyelamatkannya. Namun hanya menunggu dan tak melakukan apa-apa bukanlah sesuatu yang biasanya ia lakukan. Ia seharusnya tak berputus asa. Ia tak boleh membiarkan rasa takut menenggelamkannya, mengubahnya menjadi tipikal wanita damsel in distress seperti Bella dalam serial populer Twilight yang sangat ia benci.

Ia harus berpikir. Ia harus melakukan sesuatu. Matanya kembali mengitari sekitar, dan ia hampir saja meneriakkan rasa frustasinya keras-keras karena masih tak bisa menemukan apapun yang bisa digunakan untuk membela diri.

Sampai ia mendapat kesimpulan bahwa apa yang tak ada di ruangan itu mungkin saja bisa berguna.

Lisa sudah mengangkat kepalanya tinggi-tinggi ketika cathlyn kembali dibawa masuk. Ia menatap lurus pada dua pria yang menyeret cathlyn. Dua pria yang sama yang pertama kali menarik cathlyn ke luar kamar. Jika mereka beruntung, walau pun tak bisa benar-benar dikatakan beruntung, maka hanya ada empat orang yang ditugaskan menjaga mereka. Mengingat betapa terisolirnya tempat ini, hal itu mungkin saja terjadi.

Lisa mendekati cathlyn yang terbaring di atas tempat tidur setelah dua pria penjaga keluar. Sembari menggigit bibir bawahnya keras-keras sambil mati-matian mencoba untuk tidak menangis lagi, lisa sengaja berdiri membelakangi letak CCTV. Namun begitu ia melihat kondisi cathlyn lebih jelas dari sudut itu, ia tak bisa memaksa dirinya untuk kembali bersikap tenang. Kondisi cathlyn begitu memprihatinkan hingga lisa berpikir mungkin dirinya akan lebih memilih kematian jika mengalami setengah saja dari yang sudah dialami cathlyn.

"Cathlyn," panggil lisa dengan suara tercekat.

Lisa hampir berpikir bahwa cathlyn pingsan, jika saja dibalik ekspresi kesakitan wanita itu tak menyiratkan bahwa ia mendengar panggilan lisa.

"Cathlyn," panggil lisa lagi, tercekat lagi. "Cathlyn aku tahu kau mendengarku," desak lisa ketika cathlyn tak juga membuka matanya. Lisa tahu seseorang sedang mengawasi gerak-geriknya melalui kamera pengintai, dan itu benar-benar menjengkelkan sekaligus mengerikan. Lisa harap tak ada hal konyol lain semacam perekam suara tersembunyi di ruangan ini. Ia hanya bisa berharap.

Because there's a reasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang