chapter 8

1.8K 172 1
                                    

Kewaspadaannya melonggar, dan ia tahu benar apa penyebabnya. Ia bahkan baru menyadari CCTV yang terpasang di kereta, tepat sebelum mereka melangkah keluar tadi. Sehun merutuki sikapnya sendiri sementara matanya mencari celah agar lisa bisa pergi dari tempat ini hidup-hidup. Jika ada yang harus mati di tempat ini, maka itu sudah pasti bukan lisa. Satu hal yang tak ingin ia akui adalah, ia tak mau lisa melihatnya membunuh orang-orang.

Lisa mungkin saja licik, sombong, egois, manipulatif, dan memiliki semua sifat yang tak akan bisa membuat orang-orang menjulukinya malaikat, selain penampilannya. Tapi lisa tidak jahat. Sehun berani mempertaruhkan sisa umurnya untuk menyatakan dengan lantang bahwa ketika lisa mengancamnya dengan pisau, itu adalah kali pertama gadis itu dengan sengaja menyakiti orang secara fisik. Lisa pasti tak pernah mengetahui sisi paling kelam di dunia, mengingat gadis itu hidup dalam perlindungan selama ini.

Tatapan sehun tak pernah terlepas satu kalipun dari orang-orang yang mengelilingi mereka. Ia mengawasi mereka satu persatu; untuk kesekian kalinya menjadikan dirinya sebagai pemangsa, bukan yang akan dimangsa. Lisa masih berdiri di sebelahnya, tanpa gentar. Gadis itu jelas belum memahami betapa berbahayanya situasi mereka sekarang. Ini mengingatkan sehun tentang perbedaan besar di antara mereka. Dua kehidupan yang terpisah dan tak akan pernah bisa disatukan. Sehun sudah tenggelam begitu dalam, dan ia tak pernah memikirkannya sampai sekarang.

Kenapa harus sekarang?

Sentuhan di lengannya seiring suara yang terdengar dari sebelahnya. "Tempat ini aneh," bisik lisa. "Kenapa kelihatannya tak ada satupun orang di jendela-jendela itu?"

Mata sehun masih terfokus pada para pria berjas. Tak ada satupun dari mereka yang tampaknya akan mulai menyerang. Bukan berarti mereka tak akan melakukannya. Seringai mereka menunjukkan sebuah tujuan yang biasanya dilakukan oleh para psikopat. Mereka berusaha menyerap keberanian, dan menyebarkan teror dengan keberadaan mereka. Sepertinya mereka belum menyadari bahwa sehun tak memiliki rasa takut, dan lisa tak terlalu mengerti untuk mendapatkan rasa takut yang besar. Lagipula lisa sangat ahli mengendalikan diri. Dada sehun dipenuhi dengan kebanggaan yang mengherankan.

Tanpa kentara, sehun melirik sekitarnya, pada jendela-jendela yang setengah terbuka. Dan ia mendapati bahwa  benar. Sedetik kemudian ia menyadari bahwa mereka memang sudah dipancing, dan dimaksudkan untuk berada di sini. Betapa bodohnya. Barangkali keahliannya sudah benar-benar berkarat.

"Ah, kapan kita akan memulainya, King?" salah satu dari pengepung mereka bertanya pada pria yang memiliki bibir yang menghitam. Pria yang sama dengan yang berada di dalam kereta waktu itu.

"King, aku ingin memiliki si Cowok," ujar yang lainnya. Sehun memberikan tatapan terkejamnya pada orang yang baru saja berbicara. Ini orang yang sama yang membicarakan rencana menjijikkan waktu itu. "Tatapannya bikin tubuhku mau meledak karena gairah." Suara tawa cabul mengelilingi mereka. Sehun mendengar lisa tercekat di sebelahnya. Sudah pasti pembicaraan kotor semacam ini akan membuat orang-orang seperti lisa sangat terkejut.

"Aku tahu wajah itu." Satu lagi di antara orang-orang itu, yang berwajah paling bodoh dari semuanya, mengamati lisa dengan terang-terangan. "Tapi dimana ya?"

"Kau kepingin si Cantik untuk dirimu sendiri," sahut yang lain lagi. "Tapi dia nggak akan mau denganmu." Lagi-lagi tawa yang menjijikkan. "Cewek cantik mana mau denganmu!"

"Mereka seharusnya tak usah pakai jas," keluh lisa dalam bisikan. Perkataan gadis itu akan membuat sehun tersenyum seandainya mereka tak dalam situasi seperti ini. "Kenyataan kalau jas mereka terlihat mahal malah semakin membuatku merasa aneh. Maksudku, darimana orang-orang udik ini mendapatkan uang untuk membeli...,"

"Lisa?"

"Ya, sehun?"

"Diam."

Gadis itu bersungut-sungut. Sehun tak bisa menebak apakah lisa sedang mencoba mengalihkan ketakutannya sendiri, atau gadis itu memang benar-benar bisa setenang itu. Tapi sehun bersyukur karena lisa tak bertindak seperti perempuan kebanyakan di situasi serupa. Ia tak bisa membayangkan apabila lisa histeris dan mulai berteriak menjengkelkan. Hal seperti itu mungkin saja akan membunuh mereka berdua dalam sekejap.

Because there's a reasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang