Pak Liem dan Bu Fai tampak pusing. Mata mereka masih terlihat bengkak setelah pemakaman Yi Fan selesai. Pikiran mereka melayang-layang, menimbang benar atau tidak perkataan Kaila. Pasalnya, mereka bukanlah orang yang percaya hal-hal mistis.
"Koh, bagaimana ... bagaimana kalau perkataan anak itu benar?" tanya Bu Fai. "Aku takut terjadi apa-apa sama kita, Koh."
Pak Liem menggeleng. "Nggak. Nggak mungkin. Aku tidak percaya hal-hal semacam itu."
"Koh, aku tidak mau mati mengenaskan karena boneka kutukan itu." Bu Fai menunjuk boneka macan dengan dagunya. "Lebih baik, kita buang saja ke laut sesuai perkatan anak itu."
"Kamu gila?"
"Koh, sepertinya perkataan anak itu memang benar. Boneka itu mengandung kutukan. Nyawa kita bisa dalam bahaya, Koh."
Pak Liem mulai berpikir. Sedikit banyak ia mulai percaya dengan apa yang dikatakan Kaila. Dia melirik boneka emas itu. Rasanya sayang jika boneka emas itu dibuang begitu saja ke laut. Terlebih, dia sudah kehilangan Yi Fan. Bagaimana mungkin ia juga kehilangan kesempatan menjadi miliarder?
"Ayo, Koh! Ayo kita buang, Koh!" desak Bu Fai.
"Kita sudah kehilangan Yi Fan karena boneka emas itu. Bukankah setidaknya kita meminta ganti rugi?"
"Ganti rugi?"
Pak Liem mengangguk. "Malam ini juga, ayo kita jual boneka itu ke toko emas di kenalanku. Setidaknya kita bisa mendapatkan uang banyak, kan?"
"Tidak bisa, Koh. Anak itu bilang—"
"Kenapa kamu percaya anak ingusan seperti dia?" potong Pak Liem. "Dia anak orang miskin. Mungkin saja dia iri melihat kita menemukan berkilo-kilo seperti sekarang."
Tanpa persetujuan Bu Fai, Pak Liem membawa boneka emas itu ke dalam mobil. Lalu mengajak Bu Fai ikut dengannya ke toko emas.
"Apa tidak apa-apa, Koh?" tanya Bu Fai memastikan.
"Tidak apa-apa. Selagi kita tidak menyimpannya di rumah," jawab Pak Liem yang tergesa-gesa menyalakan mesin mobil. Dahinya basah berkeringat.
Cahaya lampu mobil Pak Liem membelah kegelapan malam menuju sebuah toko emas. Dengan tangan gemetar, Pak Liem berusaha fokus.
"Koh, sebaiknya kita buang saja ke laut, Koh. Aku takut," kata Bu Fai was-was.
"Diam saja kamu!"
"Koh, tapi—"
"Diam!" bentak Pak Liem.
Kepulan kabut tiba-tiba datang, membuat Pak Liem kesulitan melajukan mobilnya. Namun ia sudah bertekad menjual boneka emas itu. Bagaimanapun juga ia harus sampai ke toko emas apa pun yang terjadi.
"Koh, sebaiknya kita berhenti. Mumpung kita sudah berada di dekat laut, Koh. Kita bisa menyewa perahu nelayan untuk membuang boneka ini," saran Bu Fai.
"Sudah berapa kali aku bilang ke kamu, hah? Aku akan menjual boneka emas itu. Kita tak perlu membuangnya ke laut untuk menjauhi bahaya," kilah Pak Liem.
Sosok berlendir merangkak perlahan dari jok belakang mobil mereka. Dengan desahan lirih, sosok bermulut lebar itu mendekati Pak Liem. Dari belakang, kedua tangannya menutup mata Pak Liem.
Pak Liem mendadak panik saat ia tak bisa melihat apa-apa. Ia hanya berteriak-teriak histeris, membuat Bu Fai kelabakan tak tahu harus berbuat apa.
"Koh, lihat jalannya, Koh! Kokoh!"
Mobil mereka kehilangan kendali saat Pak Liem merasakan matanya seperti dicolok oleh dua tangan yang tak kasat mata. Ia menepuk-nepuk matanya yang kesakitan. Namun ... ia tak menjumpai tangan yang ia rasakan di mukanya. Tak lama, mobil Pak Liem keluar jalur, memasuki tepi hutan, menabrak pepohonan, lalu terlihat kepulan asap.
Pengendara sebuah mobil yang kebetulan lewat berhenti saat melihat terjadi kecelakaan. Pengendara itu keluar dari mobilnya, membuka pintu mobil Pak Liem lalu bergidik ngeri saat melihat dua orang yang tak bernyawa di dalam sana. Kondisinya benar-benar mengerikan. Pak Liem dan Bu Fai meninggal dengan mata melotot, tangan membengkok, dan kepala penuh darah.
"Aku harus telepon polisi." Orang itu mengeluarkan ponsel dari dalam saku jaketnya dengan tangan gemetar takut. Tapi, dia tercekat saat menyadari ada sebuah boneka emas di dalam mobil Pak Liem.
Orang itu lantas menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mengecek keadaan dengan dipenuhi pertimbangan. Setelah dirasa aman, orang itu mengambil boneka emas tersebut dan membawanya pergi sebelum orang lain tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Tumbal
HorrorKaila hanya menginginkan ketenangan di sekolah barunya, terlepas dari takdirnya yang dapat melihat makhluk tak kasat. Namun, bagaimanapun Kaila berusaha mengabaikannya, Jean-sang cowok hits sekolah-dan nyawa-nyawa yang terancam lainnya membuat Kaila...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi