Kaila memasuki sebuah rumah mewah bersama Bu Bita. Matanya berpedar, mengagumi desain interior rumah itu. Sofa, guci, lemari kaca, patung-patung khas Bali, pigura dan lukisan tertata dengan sangat pas. Tapi, pandangan mata Kaila terhenti pada sosok penunggu rumah yang terlihat seperti wanita cantik berambut panjang sepunggung, tengah menatap Kaila dengan tatapan tajam. Kaila bergidik, cepat-cepat mengalihkan pandangannya.
"Aku tahu kamu bisa melihatku," kata sosok itu.
Kaila dan Ibunya duduk setelah Mbak Mirna mempersilahkan. Tak lama, seorang wanita berusia 40 tahunan datang. Namanya Bu Ratna, sang pemilik rumah, seorang janda kaya raya yang hobi menghambur-hamburkan uangnya untuk berfoya-foya.
"Kamu ... pembantu baru itu, ya? " tanya Nyonya Ratna. Suaranya terkesan ketus.
"I ... iya," jawab Bu Bita gugup. Ini adalah kali pertamanya bekerja di kota.
"Jam empat pagi, kamu harus sudah bangun. Saya beri waktu 30 menit jika kamu ingin beribadah. Setelah itu, kamu harus masak untuk sarapan. Ingat, dalam satu bulan, menu sarapan harus berbeda-beda dan tentunya harus enak. Mengerti?"
"I ... iya, Nyonya."
"Setelah kamu selesai menyiapkan sarapan, kamu harus menyirami tanaman. Membersihkan rumah dan mencuci baju adalah tugas Mbak Mirna. Kamu hanya memasak, mencuci piring, dan menyiram tanaman. Ingat, masakan kamu harus enak. Itulah sebabnya saya mempekerjakan kamu."
"Tenang saja, Tante. Masakan ibu saya enak, kok," sahut Kaila bangga.
Salah satu alis Bu Ratna terangkat. "Siapa dia?" tanyanya pada Bu Bita.
"Dia ini anak saya, Nyonya. Namanya Kaila. Saya dengar ... pekerjaan ini membolehkan saya membawa—"
"Iya. Tidak apa-apa. Asalkan tidak membuat onar," potong Bu Ratna cepat.
"Tenang saja, Nyonya. Kaila anak yang baik. Dia tidak pernah membuat onar sekali pun. Dia bahkan berprestasi di sekolah. Jadi, saya jamin, dia tidak akan membuat masalah di rumah ini."
Seorang gadis bermata bulat dengan bulu mata lentik melewati ruang tamu. Gadis bertubuh seperti gitar spanyol itu terhenti.
"Siapa mereka, Ma?" tanya gadis bernama Sella itu.
"Dia pembantu baru," jawab Nyonya Ratna seraya menunjuk ke arah Bu Bita.
"Terus, yang itu?" Sella menunjuk Kaila dengan dagunya.
"Oooh dia Kaila. Anaknya pembantu baru kita. Mulai sekarang, mereka akan tinggal di sini sama kita."
"Ya udah, Ma. Aku ke kamar dulu. Mau mandi."
"Ya udah. Mandi sana! Ingat, jangan keluar rumah malam-malam begini!"
Sella memutar malas kedua bola matanya. "Iya, Ma."
Gadis itu berjalan menuju tangga lalu menaikinya. Mata Kaila masih mengikuti gerak gadis itu. Sella terlihat sangat menawan. Hidungnya mancung, bibirnya tipis merah jambu, sedangkan kulitnya putih bersih, membuat Kaila sedikit iri.
"Eh kayaknya Kaila dan Sella seumuran," kata Nyonya Ratna.
"Memangnya, kalau boleh tau, Sella kelas berapa, Tante?" tanya Kaila.
"Sella kelas tiga SMP. Kamu?"
"Saya juga, Tante."
"Oh, ya? Kebetulan sekali kalau begitu. Ngomong-ngomong ... apa kamu sudah mendaftar di SMA?"
Kaila menggeleng. "Belum, Tante. Saya masih mencari tahu tentang sekolah yang ada di daerah dekat sini. Tentunya sekolah yang murah."
"Kamu tidak perlu mencari sekolah yang murah. Kamu sekolah saja di SMA 5 Pelita bareng sama anak saya."
"Tapi—"
"Tenang saja. Semua biaya sekolah kamu akan saya bayar. Asalkan kamu mengawasi anak saya."
Kaila tertegun sejenak. Ia masih menimbang tawaran itu. Sekelebat ia merasakan firasat buruk.
"Iya," sahut Bu Bita tampak senang. "Iya. Anak saya pasti mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Tumbal
HorrorKaila hanya menginginkan ketenangan di sekolah barunya, terlepas dari takdirnya yang dapat melihat makhluk tak kasat. Namun, bagaimanapun Kaila berusaha mengabaikannya, Jean-sang cowok hits sekolah-dan nyawa-nyawa yang terancam lainnya membuat Kaila...
Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi