--
Ada satu kata yang bisa mendeskripsikan keadaan di rumah gadis itu tadi pagi, kardus kosong bertebaran dimana-mana, perabotan yang belum tersusun sesuai rencana, bahkan baju-baju pun belum bersua dengan lemari pasangannya. Ya apa lagi kalo bukan, pindahan.
Iya, gadis itu— Irel sabella baru saja menginjakan kaki di rumah barunya setelah melewati perjalanan yang cukup melelahkan. Dia dan keluarga asli kota Ampera, terhitung sudah 16 tahun Irel tinggal di Palembang, namun apa boleh buat karena tuntutan pekerjaan sang papa, keluarganya pun terpaksa pindah ke Jakarta.
Kalau boleh memilih, Irel sanggup tinggal di Palembang sendirian tanpa harus ikut kedua orang tuanya. Sungguh, membayangkan tinggal di ibu kota yang terkenal dengan kemacetan dan banjirnya apa tidak pusing? Ia bahkan sudah membayangkan seberapa sumpeknya disana.
Dan benar saja hari pertamanya di Jakarta sudah sangat buruk; papanya langsung memberi mandat bahwa anak semata wayangnya itu harus berangkat ke sekolah barunya, padahal mereka bahkan belum genap sehari bermalam di sana. Belum lagi sepatu hitam dan tas sekolah Irel yang entah terselip dimana, alhasil dirinya harus bersekolah dengan kets putih yang ia pakai selama perjalanan dengan totebag berkarakter kartun powerpuff girls. Benar, tidak pantas. Penampilan Irel sekarang harusnya terbit saat classmeeting nanti.
"Woi anak baru! Pssst..! Woi!" Yang dipanggil langsung membuyarkan lamunannya dan menoleh mencari sumber panggilan, "lo pakek sepatu putih?" Tanya seorang cewek berambut panjang sambil berbisik.
"Iya, emang kenapa?"
"Anjrit, lo ga liat tu OSIS udah nyamper ke kelas kita? Hari ini ada pemeriksaan rutin. Semua siswa yang melanggar peraturan sekolah bakal langsung kena hukuman."
Sesaat selanjutnya tenggorokan Irel terasa sangat kering sangking cemasnya. Ia hanya tak habis pikir di hari pertama sekolah dirinya sudah harus mendapatkan hukuman? Ia bahkan belum mendapat satu teman pun. Adakah yang lebih buruk dari ini?
"Terus aku gimana dong eee..."
"Anggie, panggil aja enji."
"Iya, terus aku gimana dong Ji?
"Lo sekarang lari kecil aja sana ke kamar mandi, pura-pura lo kebelet ntar pas senior udah jauhan dikit gua bakal jemput lo."
Tanpa pikir panjang Irel langsung mengangguk dan bertingkah sesuai dengan apa yang sudah direncanakan. Dan betul saja para senior itu tidak menghiraukan kepergian Irel dari kelas, mereka masih sibuk menggeledah satu persatu tas anak kelas X-IPA.
Rasa cemas akan takut ketahuan pun mulai memudar. Irel terseyum kecil, entah kenapa rasanya puas sekali terbebas dari 'bencana'. Namun hal itu tidak berlangsung lama ketika Irel tidak sengaja menabrak seorang cowok yang kelihatan sedang terburu-buru juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
MOSARELLA
Teen FictionBagaimana bisa hubungan yang awalnya hanya berlandas hukuman berubah menjadi cinta tanpa paksaan? "Gila, kok, hukumannya nagih?" --- Copyright© hanadulsetdet,2020