——
"Siapa?"
Pertanyaan yang terlontar dari cowok itu tentu saja membuat Irel kesal. Bagaimana tidak? Kemarin adam di depannya ini dengan santainya memberikan nomor ponsel miliknya seolah itu sebuah ajakan pertemanan tetapi tidak lebih dari 24 jam setelahnya, ia malah berlagak lupa? Baiklah anggap saja Irel terlalu berbesar diri. "Ga penting."
"Ga penting kok manggil?" Jawab Bimo cepat. Kali ini dirinya merubah posisi, yang semula di samping Irel menjadi di depan gadis itu seolah menghadang.
Tubuhnya ia sandarkan ke tiang bangunan perpustakaan, tangan sebelah kirinya ia masukan ke dalam saku sedang yang sebelah lagi tetap menggengam erat kabel putih itu. Belum lagi tatapan angkuh yang ia berikan. Sungguh, sama sekali bukan tipe orang yang akan disukai Irel.
"Lo pura-pura lupa atau emang punya Alzheimer?"
"Lupa? Emang kita pernah kenal?" Demi apapun, bagaimana ceritanya manusia bisa semenyebalkan ini.
"Gue yang lo kasih nomor pas ekskul kemaren." Jawab Irel berusaha sabar.
"Bisa lebih spesifik ga? Soalnya gua sering ngasih nomor ke banyak cewek."
"Haaaah, balikin aja deh earphone gue." Kata Irel sambil berusaha meraih kabel earphonenya yang tentu saja gagal direbut karena perbedaan tinggi keduanya yang cukup signifikan.
"Jawab dulu.""Tsk, gue Irel Sabella yang kemarin neriakin lo gara-gara lo mau mencet jerawat, udah pikunnya?" Lagi, Irel menjawab sambil berusaha agar tidak terlalu terbawa emosi yang bisa saja membuat dia ketahuan membolos oleh guru.
Bimo terkekeh sekilas sambil mengangguk seolah ingatannya benar-benar baru kembali. "Ohh, inget-inget. Jadi kenapa manggil, mau ngasih edukasi tentang jerawat?" Kalimat terakhir darinya benar-benar menguras habis kesabaran Irel. Irel langsung melepas sebelah earphone yang masih menyumpal telinganya dan kabel utama yang masih tersambung dengan ponselnya lalu ia lempar ke arah cowok itu.
"Ambil aja, gue ga minat berurusan sama lo." Cepat saja Irel melangkah panjang melewati Bimo, tetapi lagi-lagi sialnya Bimo dengan cekatan menarik lengan Irel.
"Bentar, lu mau nanya soal latihan 'kan? Gua sempet baca pesan lu tapi lupa gua bales." Ujar Bimo dengan nada bicara yang berubah, lebih rendah seolah sedang meminta maaf.
Irel sedikit terkejut melihat Bimo yang mengetahui maksudnya, namun tetap saja rasa kesalnya tidak mereda. Irel kembali menghadap Bimo tanpa berniat berbicara sedikit pun.
"Tonton gua besok."
"Hah?"
"Iya, tonton. Abis gua manggung buat pembukaan konser HIVI lu tunggu di backstage nanti kita diskusiin."
KAMU SEDANG MEMBACA
MOSARELLA
Teen FictionBagaimana bisa hubungan yang awalnya hanya berlandas hukuman berubah menjadi cinta tanpa paksaan? "Gila, kok, hukumannya nagih?" --- Copyright© hanadulsetdet,2020