//sisi lain

374 64 9
                                    

——

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

——

    Sial.

    Itu kata pertama yang ia rapalkan ketika sang mama memanggil dirinya dari lantai bawah.

    Bukan, tentu bukan panggilan itu yang membuatnya kesal setengah mati, melainkan kabar yang setelahnya ia dengar.

    "Dek, itu ojekmu udah nyampe," membuat Irel bingung disana, karena tidak ada alasan baginya untuk memesan layanan transportasi itu pada malam minggu yang damai ini.

    Sumpah, ia bahkan sudah membuat janji dengan kasur dan netflix. Haram hukumnya untuk dibatalkan.

    "Hah? Siapa yang mesen?"

    "Udah, ga usah prank kayak baim wong gitulah. Itu abangnya kasihan udah dateng jemput, mana bawa pesenan kamu." Dan lagi, Irel dibuat bingung saat mamanya mengangkat sebuah paper bag hitam.

    Dengan alis bertaut heran, Irel meraih paper bag itu dan dengan cepat melihat sesuatu yang terlipat rapi di dalam sana.

    "Jaket denim," ujar mamanya saat ikut mengintip lalu menjeda, "sejak kapan denim jadi gayamu?"

    Dan kurang dari satu detik Irel langsung mengetahui siapa dibalik semua ini.

    Ia langsung berlari ke lantai atas meninggalkan mamanya dan tanda tanya. Telapak tangan ia genggam kuat berusaha menahan kekesalan yang sudah memuncak sedari tadi.

    Sumpah, ini lewat dari batas. Cowok kurang ajar itu seenaknya melibatkan orang lain dalam kehendaknya. Berkedok latihan yang bahkan tidak terlalu Irel inginkan.

    Irel dihadapkan dua pilihan; yang pertama membakar pemberian itu dan mengucapkan maaf pada abang ojek, atau mengabaikan semua hal yang terjadi dan memilih menonton Money Heist di laptopnya.

    Toh, sia-sia. Pada akhirnya ia tidak memilih kedua opsi, karena memang gadis bernama lengkap Irel Sabella ini tidak akan mampu berbuat sedemikan kejam.

    Dimana ia malah memilih bersiap,  memakai crop tee putih polos dilapisi denim navy yang baru saja tadi ia terima. Ditambah high waist jeans hitam dan sneakers putih sebagai penutup. Oh, jangan lupakan rambutnya yang ia kuncir asal memberi kesan malas pada penampilannya malam ini.

    Sumpah mati, Irel akan memaki cowok itu seusai ia tampil.

    Tungkainya menuruni anak tangga dengan cepat. Ucapan salam kilat itu ia lontarkan yang mendapat kalimat persetujuan dari sang mama. Beruntunglah Irel memiliki orang tua yang tidak terlalu ikut campur dalam urusannya. Yang mana, jika pada situasi seperti ini ia tidak perlu menjelaskan panjang lebar.

    Saat sudah di bibir pintu keluar rumahnya, ia bisa melihat perawakan lelaki paruh baya dengan jaket hijau iconic yang melekat pada tubuhnya.

MOSARELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang