Serangan Balik!

466 16 6
                                    

Seorang anak laki-laki kurus, meringkuk di sela-sela cerukan akar pohon mati. Wajahnya yang tirus terlihat pucat dibanjiri keringat,  dan setiap tarikan nafasnya terlihat begitu pelan dan berat. Luka, besar maupun kecil, baru dan lama, menjadi ornamen  yang menghiasi setiap inci tubuh kecilnya, yang sekarang hanya ditutupi sisa-sisa pakaiannya yang berlumuran darah kering dan kotoran lainnya.

Bocah-bocah lain seumurannya mungkin memilih untuk menyerah dan mati saja dalam situasi seperti ini, tapi tidak dengan bocah ini. Matanya yang berwarna coklat terang, sayu, namun  menyiratkan hasrat perlawanan dan perjuangan. Kedua tangannya memegang erat-erat sebilah pisau kecil yang terbuat dari batu, begitu eratnya hingga jari-jarinya tergores sendiri karenanya.

“Aku tidak akan mati disini, aku tidak akan mati disini,” hanyalah kata-kata itu yang terus meluncur dari bibir mungilnya yang gemetaran.

Lama dia terdiam dalam sunyi seperti itu itu, hingga sebuah bunyi berdebam benda jatuh mengagetkannya, membuatnya tersentak. Dia menoleh ke arah sumber suara.  Tepat  di depannya, tampak seekor kadal raksasa yang berdiri dengan kedua kaki belakangnya, dengan sisik berwarna kehijauan menutupi tubuhnya.  Tingginya mungkin 3  meteran lebih, termasuk semacam sirip aneh yang tumbuh mencuat dari cuping hidung hingga dahinya. Kepalanya berbentuk oval itu, dan kedua bola mata kekuningan  besar yang terletak di sisi kepalanya. Tubuhnya sendiri seakan  terdiri dari otot-otot kekar dan menonjol dari tubuhnya yang ramping, kemudian ekornya,  yang panjang dan liat mengibas kesana-kemari  ,tak ubahnya seperti sebuah cambuk hidup . Dengan gigi-gigi yang tersusun rapi di dalam rahangnya, menambah kesan bengis dan beringas dari makhluk itu. Cakarnya sendiri melengkung membentuk sabit, panjangnya mungkin lebih dari lengan si anak kecil tadi. Tapi, apa yang telah melukai tubuhnya itu, menembus  sisik-sisik kehijauannya dan membuat darah membanjir dari sana? Dari sebuah lubang yang  ada di dadanya, dimana sebuah pasak kayu masih menancap di sana, darah kemerahan terus mengalir tanpa henti.

Kadal itu menatap sekeliling sambil menjulurkan lidahnya yang keunguan, membaui udara, lalu kepalanya perlahan-lahan menunduk, dan tertuju ke arah anak kecil itu.  Kadal itu mendesis lalu membuka mulutnya, memamerkan gigi-gigi taringnya, kemudian meraung keras hingga memekakan telinga si anak kecil. Kadal itu kemudian berlari,  menerjang ke arah si anak. Dengan kecepatan penuh. Rahang membuka, cakar siap mencabik.  Pandangan penuh dendam, terarah pada si anak kecil.

Anak kecil itu menutup matanya. Menghitung dalam hati setiap langkah si kadal, hingga matanya tiba-tiba membelalak membuka, dan dengan tenaganya yang tersisa, dia melompat ke arah si kadal.

******

Ketujuh rahang raksasa itu membuka lebar di hadapan Dann. Nyaris saja merenggut dan mencabik-cabik tubuhnya, kalau saja Dann tidak cepat melompat lalu berguling ke samping dengan sisa-sisa tenaganya, sehingga mulut-mulut lapar itu hanya menangkap udara kosong.

Gagal mendapatkan mangsanya, monster-monster seolah-olah murka dan sambil mencicit seperti tikus ,beringsut menyeret tubuhnya masuk ke air. Dann menatap permukaan air danau yang masih bergolak, lalu tubuhnya ambruk ke tanah. Tangan dan seluruh tubuhnya gemetaran, dia terlalu kelelahan,mungkin dia tidak akan bertahan jika monster itu menyerang lagi. Dia berusaha berdiri, tapi tubuhnya tidak mau menuruti perintahnya. Seolah, tubuhnya dibebani oleh pemberat yang tak terlihat dan menghimpit dadanya, membuatnya terasa begitu sesak, sehingga satu tarikan nafas begitu menyiksa bagi dirinya.

Dann mengepalkan kedua tangannya dan memukulkannya ke tanah, “Jika saja aku lebih kuat, sedikit lebih kuat,” geramnya. Satu tangannya mencengkram tanah, “Beri aku kekuatan, lebih, lebih, lebih, ” teriaknya. Namun kemudian tidak ada lagi suara yang keluar dari tenggorokannya.  Energinya benar-benar telah habis, sehingga Dann hanya bisa terkulai lemas di tanah. Karena aku terlalu lemah, kumohon, beri aku kekuatan...lagi, geram Dann dalam hati.

Heroes of GaiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang