Beberapa menit sebelumnya.
Nuva melempar Neil ke luar jendela dengan bola es di tangannya, lalu bergegas mengikutinya keluar penginapan. Saat Nuva menghilang dari pandangan, Dann baru bisa menutup mulutnya yang sedari tadi menganga. “Kujamin pemilik penginapan akan mengusir kita hari ini juga,” gumamnya.
Rey hanya berdiri kaku di sampingnya. Pandangannya menyapu seisi ruangan yang hangus dan membeku di saat yang nyaris bersamaan. “Mungkin,” balasnya.
Di saat mereka berdua menatap ruangan yang hancur, seseorang berteriak dari pintu di belakang mereka,”Apa yang… Ya, Tuhan, apa yang terjadi di sini?”. Pria botak dengan badan gemuk gempal muncul dari balik pintu. Dia hanya memegang kepalanya dengan kedua tangannya saat melihat kerusakan di salah satu kamar penginapannya. “Ohh, demi ibuku di surga….”Lalu dia mulai memaki-maki dengan ucapan yang tidak jelas.
Dann membalikkan tubuhnya, matanya membelalak, sementara Rey hanya melirik sekilas dari balik bahunya. “Kau tangani ini, aku akan melerai Nuva dan Neil,” ujarnya kalem.
“Apa? Tapi inikan…”
Sebelum Dann menyelesaikan kata-katanya, terdengar bunyi ledakan keras di luar sana. Rey hanya menelengkan sedikit kepalanya ke arah luar jendela, ”Dann…” ujarnya tenang.
Dann hanya menggeram,”Baiklah, tapi cepat kembali, telingaku mungkin tidak tahan mendengar makian pak tua itu,” ujarnya sambil mengibaskan tangan.
Rey hanya mengangguk dan segera menyelinap keluar melalui jendela. Saat Dann berbalik, dia berhadapan tepat dengan pria botak itu, yang menatapnya dengan mata yang seakan ingin menelannya bulat-bulat,
“Kuharap aku tidak menyesal telah mengijinkan kalian menginap di motelku,” ujar pria itu berang. Dann hanya diam mematung.
******
Saat Rey telah keluar melalui jendela, ratusan pasak es telah mengepung Neil dan Nuva. Sial, tidak akan sempat, gumam Rey. Masih 6-7 meter lagi sebelum Rey bisa menjangkau Nuva dengan pedangnya. Terpaksa. Rey mengeluarkan pedangnya, lalu berkonsentrasi dan memusatkan tenaganya pada tangan kakan yang memegang pedang. Suatu lapisan berwarna kehijauan yang berpendar muncul dan melapisi bilah pedangnya. Lalu, ditebaskannya pedang itu ke arah Nuva dan Neil. Sebuah benda berbentuk bulan sabit meluncur keluar dari pedang Rey dan membelah celah di antara Nuva dan Neil. Nuva yang lebih dulu menyadari adanya serangan dari Rey. Dia menyentakkan pedangnya dan melompat mundur. Terkejut, namun segera tersadar, Neil juga ikut melompat mundur, membuat jarak antara dirinya dan Nuva.
Neil melompat di saat yang tepat, lambat sedikit saja, sabit itu mungkin akan membelahnya menjadi 2 bagian. Saat sabit itu menghantam dinding di seberang jalan, hanya terdengar bunyi bum pelan. Dinding itu pun berlubang. Bentuk bulan sabit tercetak jelas di dinding itu, tapi tidak ada bekas retakan sedikitpun di sekitar lubang itu. Neil memandang lubang itu dengan tatapan ngeri.
“Rey! Bilang dulu kalau kau mau melakukan itu,” teriak Neil berang.
“Ohh. Kau ingin membantunya?” Nuva menelengkan sedikit kepalanya ke arah Rey.
“Cukup! Aku malas menanggapi kalian berdua. Apa tidak ada yang lebih baik daripada meledakkan penginapan seperti itu?”
“Umm, melubangi kepalanya mungkin,” ujar Nuva sambil melirik Neil.
Alis Neil bertemu, wajahnya berubah merah,”Kau... Kali ini aku akan benar-benar menghabisimu,” geramnya. Neil kembali membidikkan senapannya.
“Cukup!”
“Tidak sebelum dia...”
“Aku bilang cukup,” potong Rey tenang. “Atau aku yang menghabisimu, di sini sekarang juga,” saat Rey mengatakannya, Neil bisa merasakan bulu-bulu di tengkuknya berdiri. Air dingin seolah disiramkan ke tubuhnya, meski tidak ada ekspresi sedikitpun di wajah Rey, tapi kekuatan-kata-kata Rey yang penuh dengan nafsu membunuh, sanggup membuat tubuhnya membeku sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroes of Gaia
FantasyKarena ini bukanlah legenda yang ditulis dengan tinta emas, melainkan dengan darah, airmata, dan cinta. Apa yang disandang oleh bahu mereka bisa membuat seluruh dunia membenci mereka. Bayangan hitam dari masa lalu yang terus menghantui bahkan dal...