Retta berjalan menuju gerbang sekolah, SMA Tunas Bangsa tempat Retta bersekolah. Ia berjalan dengan wajahnya yang datar dan dingin. Ada yang memanggilnya pun Retta tidak peduli, ia tetap berjalan hingga sampai di kelasnya.
Walaupun Retta dikenal dengan gadis yang cuek, tapi hal itu tidak membuat Bella bosan dengannya cukup setia dan percaya satu sama lain membuat mereka yakin bahwa persahabatan mereka awet hingga maut menjemput.
"Gimana libur panjangnya? ada liburan gak?" tanya Bella.
Retta hanya menggeleng, Bella sebenarnya sudah tahu bahwa Retta tidak suka melakukan hal-hal seperti itu, ia lebih memilih mengurung diri di kamar daripada harus keluar dan bertemu orang-orang yang tidak dikenalnya.
Hari ini mahasiswa dari Universitas Nasional bertugas magang di seluruh SMA yang ada di Jakarta, sepuluh mahasiswa yang magang di SMA Tunas Bangsa. Jam pertama di kelas Retta yaitu pelajaran Biologi jadi guru Biologi memperkenalkan kepada siswa mahasiswa yang akan menggantikannya selama tiga bulan.
"Selamat pagi anak-anak" ucap Maya guru Biologi.
"Pagi buu..." jawab murid serempak.
"Ibu akan memperkenalkan kalian mahasiswa UN yang akan menggantikan ibu selama tiga bulan, namanya Aldo, jadi kalian boleh manggilnya dengan sebutan bapak biar sopan ya" jelas Maya.
Setelah perkelanan, Maya keluar dan membiarkan Aldo melakukan pengenalan lebih akrab kepada murid-murid.
"Ganteng" ucap Bella.
Retta hanya diam walaupun ia mendengar ucapan Bella, tapi ia abaikan dan lanjut mencoret-coret bukunya sambil bertopang dagu.
Tanpa disadari ternyata Aldo memperhatikan Retta, selama memberi penjelasan Aldo terus melirik-lirik Retta. Tetapi Retta malah tidak mendengarkan, ia malah asyik dengan dunianya sendiri.
Ternyata malah Bella yang sadar bahwa Retta diperhatikan dari tadi oleh Aldo, jadi Bella menegur Retta agar tidak menganggu Aldo mengajar.
Bella menyikut Retta, ia tidak menghiraukan karena ia pikir Bella pasti sedang bercanda.
"Retta... lo dari tadi diperhatiin terus sama pak Aldo" bisik Bella.
Retta menatap Bella sejenak lalu ia melanjutkan mencoret-coret bukunya, hal yang sering dilakukan Retta ketika ia sedang bosan di kelas.
Gak pernah berubah lo. Batin Bella.
Bel istirahat berbunyi.
Saatnya murid-murid memenuhi kantin, terkecuali Retta yang hanya makan di kelas dengan suasana yang sepi ketika sebagian teman kelasnya keluar.
"Mau nitip gak?" tanya Bella kepada Retta.
Retta menggeleng, Bella mengerti lalu ia pergi ke kantin tanpa Retta padahal suatu hal yang paling Bella dambakan yaitu bisa berjalan di kantin bersama Retta dengan penuh canda tawa. Tapi semua itu hanyalah angan saja.
"Bella sama Retta sahabatan kan?" bisik salah seorang cewek kepada temannya.
Bella mendengar tapi ia berpura-pura tidak mendengar agar ia tahu apa saja yang akan dibicarakan lagi setelah menjelek-jelekkan Retta.
"Bella masih aja betah sama si Retta, nih ya Bella tuh udah dijadiin babu sama Retta, kasian banget"
Karena tidak terima Bella langsung melabrak cewek yang dibelakangnya.
"Makasud lo apaan ngomongin gue dibelakang ha?!" tegas Bella.
Dua orang cewek itu langsung pangling dibuat Bella, mereka kewalahan menjawab pertanyaan dari Bella sangking ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Claretta
Teen FictionBeberapa hal muncul tanpa bisa diingat awal mulanya, seperti awal ketertarikan dimana hari hanya berisi wajah dia dalam ingatan. Bagaimana mungkin seorang lelaki bisa menaklukan hati seorang perempuan yang dingin dan tertutup, akankah hubungan merek...