8. Terima Kasih Tuhan

33 28 18
                                    

Beberapa hari sebelum acara akan diadakan, anak osis pun mengundang seluruh ekskul yang ada untuk ikut berpartisipasi meramaikan acara tersebut. Undangan pun telah di bagikan, dan banyak ekskul yang ikut berpartisipasi dalam rangka merayakan ulang tahun SMA.

Terkecuali Alvaro dan bandnya yang anggotanya adalah Geng Alvaro sendiri. Tetapi vino ingin menunjukan keahliannya di depan Retta, maka dari itu Vino memaksa Alvaro agar ikut berpatisipasi.

"Ayolah Al ikut" rengek Vino.

"Males gue" jawab Alvaro sambil mengulum permen tangkai kesukaanya.

"Kita udah lama gak nge band jadi kayak aneh aja gitu kalo kita ikut" sambung Marvin.

"Lo harus dengerin omongan gue Al, kita ikut ya? masa sih kita geng terpopuler di SMA kaga ada ikut apa-apa cuma planga-plongo ngeliatin orang" gerutu Vino.

"Lagi gak mood Vin kenapa sih lo" ujar Alvaro yang geram pada Vino.

"Yaudah tunggu lo mood aja" jawab Vino.

"Gak bakalan" ucap Alvaro.

"Mending kita ikut aja Al" ujar Bastian. Kali ini ia sependapat dengan Vino.

"Nah Babas aja setuju masa lo nggak" ujar Vino.

"Gue sama Marvin gak setuju, kenapa lo ha?!" ujar Alvaro dengan wajah songongnya.

Tapi Vino tetap berusaha membujuk Alvaro agar ikut, Bukan Vino namanya tidak akan menyerah sebelum keinginannya belum tercapai. Karena risih mendengar rengekan Vino akhirnya Alvaro ikut.

Alvaro menulis nama anggota band nya lalu ia berikan kepada seksi acara karena Alvaro mengumpulkannya terakhir jadi ia mendapat urutan terakhir saat tampil nanti.

Alvaro mengambil gitarnya dan memainkannya di loteng sekolahnya. Bahkan setelah pulang sekolah pun Alvaro masih berada di sana, sedangkan para anggota osis menyiapkan dan menyeting tempat untuk acara tersebut, acaranya di lakukan di lantai dua yaitu di ruangan olahraga karena ruangannya yang begitu besar sehingga ruangan itulah yang di pilih oleh anggota osis.

Retta pun ingin berlatih untuk yang terakhir kalinya karena ia ingin memastikan bahwa ia sudah siap dan tidak nerveous lagi. Namun ada Alvaro yang sedang tertidur di loteng.
Karena tidak ingin membuat Alvaro terbangun ia hanya berlatih tanpa mengeluarkan suara melainkan memperagakan gerak-gerak ketika mc nanti.

Retta mengira Alvaro akan bangun, ternyata cowok itu masih saja tidur mungkin karena ia kelelahan. Hari semakin sore sambil menunggu El yang sedang membantu anak osis mendekor jadi Retta masih tetap berlatih. Ia pun berniat membangunkan Alvaro yang masih tidur.

Karena tidak ingin menyentuh Alvaro, Retta pun mendapat ide yaitu menyiram Alvaro dengan air. Untung saja air minum Retta belum habis jadi ia menyimburkan sedikit air menggunakan tangannya ke wajah Alvaro.

Alvaro bangun dan mengelap wajahnya yang basah itu. Ia melihat ternyata Retta yang melakukannya.

"Woi gilak lu ya" gerutu Alvaro.

Retta hanya diam, ia memasang wajahnya yang polosnya itu seperti orang yang tak berdosa.

"Ganggu aja lo orang lagi tidur" ujar Alvaro.

"Lo tidur dari tadi" jawab Retta.

"Ya trus kenapa? masalah?" tanya Alvaro yang geram melihat tingkah Retta yang kepolosan itu.

"Ini udah sore, lo gak ingat pulang?" tanya Retta.

"Oh iya dah sore" Alvaro melihat jam-nya lalu ia bergegas mengambil tas-nya dan pulang meninggalkan Retta yang masih berada di loteng menatap setiap langkah Alvaro.

Diary ClarettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang