6. Terlibat

36 30 20
                                    

Akhirnya tim Alvaro yang menang, semua murid-murid juga sudah pasti tahu Alvaro tidak bisa dikalahkan, karena tidak terima karena sudah kalah akhirnya Kelvin mengambil tindakan kriminal.

Ia meninju wajah Alvaro hingga Alvaro terjatuh semua orang yang ada di lapangan histeris termasuk para cewek-cewek. Lagi dan lagi perkelahian terjadi di SMA Tunas Bangsa, seperti tidak ada habisnya mereka meributkan hal-hal yang sepeleh.

El yang melihatnya langsung bergegas melerai Alvaro dan Kelvin. Retta terkejut karena El ikut campur. Ia tidak ingin El babak belur lagi karena ikut campur yang bukan urusannya akhirnya Retta turun ke lapangan ia ingin membawa El pergi dari kerusuhan itu.

Karena badannya yang paling kecil disitu akhirnya Retta terjatuh tapi Retta berusaha berdiri lagi walaupun ia terhimpit oleh para lelaki. Andai saja ada Bella mungkin ia sudah ditahan Bella agar tidak ikut campur. Tapi mau bagaimana lagi, Retta ingin menyelamatkan El agar ia tidak terlibat dalam masalah ini.

Retta menarik baju El ia menyuruh El pergi dari sini, tapi El malah menyuruhnya menghindar, karena merasa tidak diperdulikan akhirnya Retta masuk ke tengah-tengah pertengkaran Alvaro dan Kelvin. Saat Kelvin hendak meninju Alvaro ia tidak sadar bahwa Retta tiba-tiba menghalanginya dan Kelvin malah meninju wajah Retta.

"Rettaaaaa" teriak El panik.

Retta terjatuh dan pingsan, semua lelaki yang ada disitu panik karena melihat Retta yang terbaring pingsan, termasuk El dan Alvaro. Mereka tidak menyangka dengan Retta cewek yang cuek seperti ini mau melerai pertengkaran. Lalu Alvaro langsung mengangkat tubuh Retta dan membawanya ke UKS.

Disana sudah ada Alvaro dan gengnya juga El. yang menunggu Retta siuman, mereka sangat-sangat merasa bersalah terutama El, coba saja ia tidak ikut melerai mungkin Retta tidak akan seperti ini.

"Kenapa sih Retta bisa kayak gini?" tanya Vino pada El.

"Gue gak tau, tiba-tiba aja dia narik baju gue nyuruh gue berhenti ngelerai" ujar El.

"Lagian ngapain sih lo ikut campur tadi ha?!" tanya Vino yang geram pada El.

"Gue cuma bantu ngelerai doang soalnya kan kalian kemaren ngelerai gue sama Reyhan juga" ujar El.

"Ya tapi tetep aja lo gak ada urusannya sama ini, lo tuh anak baru jadi gak tau apa-apa" bentak Vino.

"Udah woi, kalo mau berantem gak usah disini. Kalian gak kasian apa ngeliat dia ha?!" tanya Alvaro yang geram pada El dan Vino.

"Buat lo El makasih udah mau bantu ngelerai tadi" ucap Alvaro.

"Dan lo Vin, lo seharusnya beterima kasih sama dia" ujar Alvaro sambil menunjuk El.

"Ogah" ketus Vino.

Sepuluh menit kemudian akhirnya Retta sadar, matanya masih berkunang-kunang ia melihat enam orang cowok yang ada di dekatnya.
Retta bertanya-tanya kenapa dia ada di UKS dan kenapa dia belum juga pulang ke rumah.

"Lo tadi pingsan gara-gara ditonjok sama Kelvin" ujar Bastian dengan polosnya.

"Bego. Ngapain lo bilang" ujar Marvin.

"Gue kan ngasih tau apa yang gue liat tadi" ucap Bastian yang membuat temannya geram padanya.

"Ditonjok?" Retta bertanya lagi sambil mengerutkan keningnya.

Ia mengingat kembali kejadian beberapa jam yang lalu, ia menyesal karena sudah ikut campur yang bukan urusannya. Tapi Retta juga tidak tahu apa yang membuatnya bersikeras melerai perkelahian itu.

"Sebaiknya lo obatin memar di wajah lo, soalnya kalo gak cepet diobatin malah makin parah" ujar Alvaro. Ntah kenapa diantara enam lelaki ia yang paling peduli pada Retta. Hal itu membuat Bastian dan Marvin menggoda Alvaro.

"Et ciee peduli" ejek Bastian.

"Yaiyalah, lo gak liat tadi dia yang gendong Retta sampe ke uks" ujar Marvin.

"Ha? gue digendong dia?" tanya Retta, ia kaget bisa-bisanya Alvaro menggendongnya.

"Iya, emangnya kenapa? suka ya digendong Alvaro" tanya Bastian dengan senyum sambil menaikkan kedua alisnya.

"Ihhh jijik gue. Kenapa sih gak cewek aja yang bawa gue ke uks" gerutu Retta.

"Bilang makasih kek, ini malah ngomel-ngomel sendiri. Seharusnya lo bersyukur karna ada orang yang mau bantuin lo bawa ke uks" ujar Alvaro.

"Gue gak minta" ketus Retta.

"Yaudah. Dasar gak tau diri" jawab Alvaro, ia pun pergi meninggalkan Retta dan El.

"Pulang yuk" ajak El.

Mereka pun pulang, setelah sampai di rumah ternyata Retta sudah ditunggu oleh ibunya.

"Kok sore banget sih pulangnya?" tanya Rachel.

"Tadi kita nonton pertandingan basket di sekolah, maaf ya te gak bilang tante dulu" ujar El.

"Hm. Lain kali kalo mau pulang telat bilang dulu"

"Iya tante"

Rachel melihat jidat Retta yang lebam.

"Itu kenapa jidat kamu lebam?" tanya Rachel.

Retta berusaha mencari alasan agar ibunya tidak curiga.

"Oh ini... tadi kena bola basket" alibi Retta.

"Haaa?? ya ampun Rettaa kenapa bisa ampe kena bola, kamu nontonnya dekat banget apa gimana?" tanya Rachel panik.

"Gak deket juga sih ma, mereka aja yang ngelempar bolanya jauh banget sampe kena kepala Retta"

"Hm yaudah kalo gitu kamu mandi sana"

"Eee El pulang dulu ya te, udah mau maghrib soalnya" pamit El.

"Iya hati-hati ya, makasih udah repot-repot anterin Retta ke rumah"

-oOo-

Paginya. Murid-murid berkumpul di lapangan karena ada info penting yang akan disampaikan oleh kepsek yaitu Pak Abraham.

Pak Abraham memberi tahu bahwa Sabtu ini sekolah akan mengadakan event untuk merayakan ulang tahun SMA Tunas Bangsa.

Setiap kelas akan mengikuti lomba yang akan diadakan, Retta dan El ditunjuk sebagai mc acara.


"Kenapa harus gue sih yang jadi mc" ujar Retta dengan malasnya.

"Ya mau gimana lagi, emang gitu aturan dari ketua osis gue sebagai anggotanya gak bisa maksa" jelas Bella.

"Masalahnya gue kaku kalo ngomong di depan banyak orang" rengeh Retta.

Bella tersenyum.

"Lo ngapain senyum-senyum, kasi solusi kek gimana caranya biar gua gak jadi mc" gerutu Retta.

"Gue bahagia banget bisa ngeliat lo yang dulu, bawel lagi ngebacot lagi" ucap sahabatnya itu.

"Hm gak usah dibahas" ucap Retta.

Bella mengangguk.

"Semenjak ada si anak baru itu, dia sering di jodoh-jodohin sama Retta, apaan njir gak cocok. Retta itu cocoknya sama gue" gerutu Vino.

"Mungkin lo kurang ganteng" ujar Bastian.

Vino diam dan berpikir bagaimana caranya agar ia bisa disukai oleh Retta. Apa harus mengubah gayanya atau merubah sikapnya agar benar-benar cocok dimata Retta.

El mengajak Retta berlatih mc dirumah Retta sepulang sekolah nanti. Ia melatih Retta agar tidak gugup saat berekspresi nanti.

-oOo-

Diary ClarettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang