Retta dipaksa ibunya untuk ikut, akhirnya ia menuruti kemauan sang ibu. Setelah sampai di swalayan banyak orang-orang yang ada di swalayan melihat Retta. Sebagian kagum dan sebagian lagi heran karena melihat Retta menggunakan masker untuk menutupi sebagian wajahnya.
"Tuh Re banyak yang merhatiin kamu" ujar Rachel.
Retta hanya diam sambil mengikuti kemana ibunya melangkah.
"Coba kamu buka maksernya"
Retta menggeleng, ia tidak akan membuka kecuali kalau dia sudah sampai didalam mobil.
"Apa sih yang kamu maluin" ujar ibunya sambil memilih-milih barang yang akan dibelinya.
Setelah selesai membeli semua kebutuhan rumah tangga, Retta dan Rachel pergi ke kasir untuk membayar semuanya.
"Bu, anaknya atlet ya?" tanya seorang kasir perempuan.
"Nggak kok, anak saya biasa-biasa aja" jawab Rachel sambil tersenyum bangga karena anaknya dipuji.
"Oh kirain atlet soalnya badannya bagus banget cantik lagi" ujar kasir itu.
"Hehe makasih ya mbak" ucap Rachel.
Ia pun meninggalkan kasir dan bergegas pulang. Tak ada kata-kata yang keluar dari mulut Retta walaupun ia dipuji tadi.
"Kamu kok tadi diam terus sih?" tanya Rachel.
"Kalo dipuji tuh bilang makasih kek, ini malah diam kamu tuh punya mulut gunanya untuk bicara Re" timpal Rachel.
Ia sedikit kesal karena anak gadisnya tidak mau mengeluarkan suara sedikitpun. Rachel paham dengan perubahan Retta. tapi ia tidak bisa membiarkan Retta terus-terusan begini.
"Kamu mau ikut mama terapi gak?" ajak Rachel.
Tetap saja Retta menolak, mau sebanyak apapun Rachel mengajak tetap saja ditolak oleh anaknya.
"Mau sampai kapan kamu gini terus sama sikap kamu yang cuek gini, gak baik tau gak" gerutu Rachel.
"Retta capek ma" sahut Retta. Akhirnya ia menyahut omelan Rachel walaupun hanya tiga kata.
"Mama lebih capek ngadepin sikap kamu yang kayak gini" ujar ibunya.
"Kalo mama capek sama Retta, yaudah gak usah ngurus Retta lagi" timpal Retta dengan kesal.
"Nggak gitu juga Re, kamu harus ngerti dong"
"Mama yang harusnya ngertiin Retta" jawab Retta.
"Kalo bukan gara-gara kejadian waktu itu Retta gak bakalan gini kok ma" ujar Retta, karena tak kuasa menahan air matanya jatuh membasahi pipi gadis itu.
Rachel memberhentikan mobilnya dan menenangkan Retta. Ia menyesal karena telah membuat anaknya membahas masalah ini lagi. Masalah yang sudah bertahun-tahun belum bisa dilupakan Retta.
"Retta takut ma terjadi lagi" ujar Retta sambil memeluk erat ibunya.
"Iya sayang, maafin mama ya"
-oOo-
Paginya. Retta mendapati sebatang cokelat yang ada di atas mejanya, di belakang coklat itu ada sebuah tulisan kecil yang berisi.
Semoga lo suka. by Vino.
Lagi-Lagi Vino. Retta sepertinya sudah malas jika harus berurusan dengan Vino, dan ia harus memberi tahu Vino bahwa ia tidak suka kalau Vino melakukan hal ini. Karena menurutnya hal seperti ini yang akan membuat kejadian dulu terulang lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Claretta
Teen FictionBeberapa hal muncul tanpa bisa diingat awal mulanya, seperti awal ketertarikan dimana hari hanya berisi wajah dia dalam ingatan. Bagaimana mungkin seorang lelaki bisa menaklukan hati seorang perempuan yang dingin dan tertutup, akankah hubungan merek...