Apa mungkin Alvaro gak akan macem-macem sama gue. Batin Retta.
Hari sudah larut malam tapi Retta belum juga menutup matanya, ia terus memikirkan Alvaro. Retta takut jika ia terlalu akrab dengan Alvaro akan membuatnya mengulang masa lalunya lagi, sorot mata Retta menatap ke arah langit-langit kamarnya.
Dan ketika matanya mulai berat Retta menutup matanya dengan perlahan.
Pagi Retta diisi dengan kegiatan rutinnya yaitu berolahraga, walaupun Retta jarang keluar ia masih bisa berolahraga didalam rumahnya karena ayah Retta sudah mempersiapkan apa yang anaknya butuhkan. Hanya itu saja yang Retta lakukan selama di rumah.
Bella datang dan mengetok pintu rumah Retta.
"Ree, ada temen mu tuh" teriak ibunya.
Retta menyuruh Bella masuk ke kamarnya, ntah ada apa Bella ke rumahnya padahal masih pagi, tapi memang Bella sering main ke rumah Retta karena ayah dan ibunya jarang di rumah.
"Lo ikut gue ya?" ajak Bella.
Retta mengerutkan dahinya, ia bingung apa yang dimaksud dengan Bella. "Kemana?"
"Lo gak tau, hari ini tim basket sekolah kita tanding" ujar Bella.
"Oh"
Memang seperti itu Retta, tidak terlau tertarik dengan dunia luar yang amat menyeramkan baginya.
"Ikut ya, temenin gue. Please" Bella terus membujuk sahabatnya itu agar ikut bersamanya.
Dengan malasnya Retta menjawab "Mager"
Karena jengkel dibuat Retta akhirnya Bella berhenti membahas hal itu, menurutnya terlalu cepat mengajak Retta. Ia akan mencoba nanti setelah mood Retta membaik.
Akhirnya Reta menuruti permintaan Bella, ia pun langsung bersiap-siap. Outfit yang dikenakan Retta hanya celana panjang santai, kaos polos putih lalu dilapisi jaket levis favoritnya tak lupa juga tas kecil yang selalu ia bawa.
Sesampainya disana, Bella yang paling heboh. Ntah apa yang membuat ia seperti itu. "Cepetan, Re!!!"
Retta hanya diam memperhatikan sahabatnya itu, ia mengikuti Bella dan memilih tempat yang lumayan jauh agar tidak kelihatan oleh Alvaro. Retta meminta karena ia takut membuat Alvaro g-r.
Ntah kenapa tiba-tiba Alvaro tidak sengaja melihat ke arah Retta dengan cepat Retta menutup wajahnya dan bersembunyi dibalik Bella.
"Lo kenapa?" tanya Bella.
"Varo ngeliat gue, njir" jawab Retta dengan panik.
Bella ngakak sejadi-jadinya membuat Retta makin panik lalu mencubit sahabatnya itu. "Sakit woiii" teriak Bella.
"Diemmm, nanti kita ketawan"
"Udah ketawan kali"
Retta langsung menatap wajah Bella dengan kaku, iris matanya membulat seketika. Retta pun bergegas keluar lalu dikejar Bella.
"Ree, mau kemana sih?" teriak Bella.
"Mau pulang"
"Belum selesai woi"
"Bego, malu gue"
"Gak ketawan, lo tenang aja"
Setelah selesai berdebat mereka berdua pun membeli minuman dan lanjut menonton pertandingan hingga selesai.
-oOo-
"Gue tau lo pasti bakal dateng"
Retta mendongakkan kepalanya menatap wajah seorang cowok yang berdiri di depannya. Wajahnya seketika memerah karena menahan malu, Retta hanya menunduk tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Claretta
JugendliteraturBeberapa hal muncul tanpa bisa diingat awal mulanya, seperti awal ketertarikan dimana hari hanya berisi wajah dia dalam ingatan. Bagaimana mungkin seorang lelaki bisa menaklukan hati seorang perempuan yang dingin dan tertutup, akankah hubungan merek...