“Dah sono gih masuk” Yeonjun senyum ke Yuna.
Yuna ngangguk terus masuk.
Tanpa bilang makasih karena udah ditumpangi.
Biadab:)
Entah kenapa setelah nganter Yuna.
Yeonjun berencana kerumah sakit.
Periksa keadaan, soalnya takut banget sama apa yang Jungwoo katain tadi pas diruang OSIS.
“Sebelumnya sudah pernah periksa ke dokter?”
“Belum, baru sekarang...”
“Dari lama emang gak pernah periksa?” Wajah sang dokter terlihat panik.
Yeonjun ngangguk.
“Pusing, Demam mendadak, Mimisan, Mudah capek, sering jatuh? Ada gejala kayak gitu didalam kamu?”
“D-dokter t-tau darimana?” Yeonjun udah gugup.
“Kamu terkena...” Sang dokter menghembuskan nafas lalu memegang tangan Yeonjun.
“Leukimia limfositik akut...” Ucap sang dokter.
Yeonjun udah gak bisa ngomong.
“Karena kamu mendam penyakit ini lama bisa dipastikan penyakit ini gak bisa disembuhin lagi”
Yeonjun senyum.
“Gapapa dok”
“Maksud kamu gapapa?”
“Saya masih bisa sembuh kok”
“Tidak, kamu sudah divonis mengidap penyakit itu, kamu harus dirawat intensif”
“Kalau tidak, virusnya akan menyebar dan dalam waktu yang singkat ini, kamu bisa kehilangan nyawa”
“Jadi, kamu mau tidak dirawat intensif?”“Gak usah dok, kalo ini gak bisa disembuhin juga percuma saya dirawat”
“Saya cuma bisa serahin ini ke Tuhan...”“Bang! Gue pulang!”
Taehyung ngebuka pintu rumah.
“Pucat banget muka lo, abis darimana?”
“Sekolah”
“Jam segini baru balik?”
“Ada rapat OSIS”
Yeonjun harus berbohong ke saudaranya sendiri, dia gak mau sampai orang lain tau penyakitnya.
“Yaampun dek! Kok bisa pecah?!”
Jungkook natap tajam Soobin.
Serpihan beling dimana-mana, karena pecahan gelas kaca yang gak sengaja dijatuhin sama Soobin.
“KAK!” Soobin goyang-goyangin bahu kakaknya.
“Apa dek? Apa???”
“Kak Yeonjun...”
“Yeonjun kenapa?”
“Eh?”
“Kenapa dek???” Jungkook ikutan panik.
“Gak, lupain aja kak, mungkin ini cuma perasaanku aja”
“Bersihin gih serpihan belingnya”
Soobin ngangguk.
Yeonjun senyum pagi ini mendapatkan Soobin yang lagi duduk dikursi koridor sendirian.
“Hai dek!”
“Kak Yeonjun?”
Yeonjun senyum ke Soobin.
“E-eh hmm anu Kak, aku duluan kekelas ya-” Soobin cepat-cepat pergi dari hadapan Yeonjun.
Inget kejadian kemarin bikin Soobin lebih milih egonya.
Yeonjun kaget, tapi kemudian dia senyum, tulus banget.
Dengan wajah yang sudah pucat.
“Untuk pertama kalinya gue berterimakasih sama Tuhan, karena Soobin menjauh dari gue...”
Air mata perlahan mulai jatuh menyentuh pipi pucat itu.
“Halo Yeonjun!” Yuna menghampiri Yeonjun yang tengah melamun.
Yeonjun sadar lalu cepat-cepat membenahi diri.
“Kamu nangis?” Tanya Yuna.
“Enggak”
Yeonjun cepat-cepat lari ke kelas, ninggalin Yuna.
Tanpa Yeonjun sadari kertas yang dia pegang sedari tadi jatuh.
Awalnya, Yuna ingin mengembalikan kertas itu tanpa ingin tahu isinya.
Namun, Yuna terlanjur penasaran.
“Yeonjun... Leukimia?” Yuna terkejut.
Kakinya tak dapat berdiri.
Ia terduduk begitu saja dilantai.
Ia baru sadar, sebegitu beratnya kah Yeonjun menahan penyakit itu sendiri?
“Seharusnya gue gak ngelakuin ini...” Yuna udah nangis.
“Gue egois, Jun...”
“Gue ngebuat lu dan orang yang lu sayang menjauh...”
“Kenapa, kenapa gue seolah-olah seperti iblis...”
:(
Maaf kalo semisalnya gue salah dalam mengartikan Leukimia disini.