Aku biasanya lanjut kalau vote udah 100++ dan komen udah 30++
Daritadi Hyunjin cuma bolak-balik di depan ruang UGD sambil gigitin kuku. Panik banget ngeliat Nana.
Udah setengah jam dia nunggu dan ruangan itu masih tetap tertutup.
"Jin!"
Hyunjin menoleh. "Lix?"
Felix dateng bareng sama Jaehwan, sedangkan mama papanya Nana masih di jalan.
"Kok bisa sih anjir. Ketabrak?"
Felix ngeliatin Kemeja biru Hyunjin yang juga udah ikut berubah warna jadi warna merah. Tangan Hyunjin gemeteran, udah mau nangis dia.
"B-bukan ketabrak, t-tapi ditusuk."
Anjing.
Jaehwan udah nangis di belakang Felix, ga kuat dengar penuturan Hyunjin.
"KOK BISA ANJING?"
"G-ga tau, pas gue mau kejar orangnya udah nggak kelihatan lagi." Jelas Hyunjin. "Pokoknya mereka goncengan,"
Felix nggak habis pikir. Kenapa Nana sih? Memang apa yang dibuat sama gadis polos itu sampai ada orang yang tega sengaja nusuk dia?
Jaehwan duduk di kursi yang ada di sebelahnya, mengusap wajahnya kasar.
Mungkin kalau papa mamanya sudah datang, dia akan dibunuh di tempat.
Tapi bukan itu yang dia pikirkan. Dia hanya merasa tidak becus jadi seorang kakak.
"Bang maafin gue—" hampir aja Hyunjin sujud di depan kaki Jaehwan kalo Jaehwan nggak langsung nyuruh berdiri.
"heh mau ngapain lu sujud di kaki gua? Orang bukan salah lu kok."
Tapi Hyunjin tetap aja merasa bersalah. Harusnya tadi Hyunjin nggak ngajak dia pergi.
Tapi nasi udah jadi bubur, walaupun bisa masak nasi lagi ya tetap aja kan nasi yang tadi udah jadi bubur.
Memangnya Nana bisa digantikan sama orang lain? Ya enggak lah.
Felix diam-diam memikirkan sesuatu. Apa ini ada hubungannya sama Nancy?
Atau,
Hina?
"Bangsat—"
"Jaehwan? Adek kamu gimana?"
Jaehwan dan Felix langsung berdiri sedangkan Hyunjin udah mau nangis aja rasanya.
"Adek ditusuk orang Ma,"
Syok banget mamanya Nana. Papanya ngelus punggung mamanya dari belakang.
"Jaehwan—"
"Saya yang salah tante maaf," Hyunjin langsung ngerjain tangan mamanya Nana dan nangis beneran. "Tadi Hyunjin ngajak nana main di taman, tapi pas mampir di minimarket ada dua orang goncengan naik motor langsung nusuk Nana gitu aja."
Mungkin kalo mamanya Nana punya riwayat penyakit jantung, udah bakalan sesak napas sekarang.
"Terus sekarang Nana gimana?"
"Dokternya belum keluar Om."
Mereka terdiam, berdoa masing-masing untuk keselamatan nana.
Felix menatap tajam ke arah Hyunjin yanh sedang cemas. Kalau memang benar ini semua ada sangkut pautnya dengan Nancy dan Hina, benar-benar langsung ia habisi Hyunjin di tempat.
Dari awal Felix sudah tahu kalau mereka memang senekat itu.
"Anak saya gimana dok?"
Jaehwan sama Felix tetap duduk, yanh datengin dokter cuma mama sama papanya Nana. nggak elit kalau mereka gerusuh datengin dokternya, ini bukan sinetron indosiar.
"Alhamdulillah, nggak ada bagian vitalnya yang rusak, tusukannya nggak terlalu dalam bu, cuma ya memang harus dijahit karena lukanya lebar."
Mamanya Nana menghela nafas lega, Alhamdulillah anaknya nggak kenapa-napa.
"Boleh masuk kan dok?"
Dokter itu mengangguk. "Silakan, tapi Nananya belum sadar, mungkin sebentar lagi."
Orang tua Nana dan Jaehwan masuk, tapi Hyunjin sama Felix masih diluar. Nggak enak ngganggu ketenangan mereka, lagipula mereka beedua nggak bisa masuk karena bakal penuh.
Padahal Hyunjin pengen banget lihat Nana.
Felix ngelirik Hyunjin. Seumur-umur temenan sama Hyunjin, dia nggak pernah liat cowok itu sepanik ini. Bahkan waktu Nancy waktu itu mau tenggelam aja, dia nggak sepanik ini—bahkan sampai nangis sekarang.
"woi ngapain lu nangis?"
Hyunjin sendiri nggak tau kenapa dia nangis, baginya ngelihat wajah kesakitan Nana kayak tadi nyakitin dirinya sendiri.
"Nggak."
Felix berdehem. "Jin, ini bukan gara-gara Nancy kan?"
Hyunjin terdiam. Nancy dari dulu memang suka melakukan hal-hal gila kayak gitu. Tapi masa sampai mau ngebunuh orang?
"Gue," ia terdiam sebentar. "Nggak tau."
"Atau malah Hina yang ngelakuin ini?"
Hyunjin terdiam lagi.
Nggak mungkin kan gadis yang selama ini dicintainya sekeji itu?
"Lo jangan sembarangan—"
"Apa? Gue salah?" bela Felix, kemudian menunjukkan senyum remehnya. "Hina nggak sebaik itu Hyunjin, gue tau."
"Gue selama ini biarin lu manfaatin Nana karena lu sahabat gue, tanpa lu tau betapa bingungnya Nana sama situasi kalian."
"Disamping bodohnya Nana, dia masih punya hati, nggak kayak lu."
"Gue biarin lu supaya akhirnya lu bisa jadian aja sama Hina tanpa libatin Nana lagi, walau gue tau Nana akhirnya bakalan sedih, setidaknya dia nggak terlibat sama lo lagi."
"Tapi gue nggak nyangka kalau bakalan sejauh ini—"
"MEMANGNYA HINA YANG LAKUIN HAH?!" Hyunjin sudah ada di ujung kesabarannya. Ucapan Felix tadi Bener-bener nggak disaring dulu. "Memangnya lu tau apa soal gue sama Hina?!"
"Semuanya. Jangan lu pikir gue goblok." Felix menyeringai lagi.
Hyunjin berpikir. Sebenarnya dia memang belum tahu siapa yang tega melakukan itu pada Nana, tapi nggak mungkin kekasihnya kan? Bisa saja itu Nancy.
"Gue bakal cari sampe dapat." Ucap Felix kemudian berdiri. "Sampe gue buktiin kalo emang yang ngelakuin Nancy atau Hina, lu yang bakal kena."
ㅆ
Ada yang nungguin ini gak hehe.
Maap ya aku lagi un loh ini gais, besok hari terakhir doain lancar ya.
Btw mampir ke work baru aku ya!!
Ceritanya tentang ldr (long distance religion) :( ayo ayo mampir, semoga kalian suka.
Btw kalian pengen work ini tamat di chapter berapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
(II) bego ㅁ hyunjin
غير روائي"Apa? Udin yang mana ya? aq lupa." "hah? saipul yang kemaren dihukum pak ucup? eh bentar aq lupa pak ucup yang mana." "hyun-oh kalo hyunjin mah aq tau, yang ngeselin sepanjang masa kan ya?" -Nana "Nana? oh, yang bego itu ya?" - Hyunjin.