"Sudah ya Hyunjin, aku gatau harus ngomong apa lagi sama kamu."
"Hina, serius aku sayangnya sama kamu bukan sama Nana,"
Hina menepis genggaman tangan Hyunjin. "Kamu pikir aku tahan liat kalian berdua? Apa bedanya kamu ke Nana, dan aku ke kamu? Sama kan?" pelupuk mata Hina sudah mulai dihiasi air mata.
"Ah aku tau bedanya, aku ke kamu, nggak se-leluasa kamu ke dia. Kita beda."
"Hina!" Hyunjin meninggikan suaranya. "Please, stop. Aku gamau kita berantem terus."
"Terus kamu maunya apa? Kita udahan?"
Hyunjin menghela nafas kasar. Bisa nggak sih Hina nggak terus-terusan minta udahan? Hyunjin itu tulus ke Hina.
"Hin, kamu tau betapa jahatnya Nancy."
Hina terdiam, memikirkan hal yang sama. "Kamu pikir aku nggak sayang kamu? Untuk apa aku sampai ngorbanin Nana kalau aku nggak sayang kamu?"
Hina sudah meneteskan air matanya. Tidak tahu kenapa rasanya sesak sekali. "Apa harus aku aja yang musnahin Nancy?"
"Aku tahu kamu bukan orang jahat."
Bukan orang jahat katanya? Terus mengorbankan Nana itu apa?
Hina semakin terisak, dia hanya menginginkan Hyunjin, tapi kenapa sulit sekali?
Mereka sama-sama mencintai, tapi kenapa tidak bisa bersatu?
Hina suka menyalahkan takdirnya sendiri. Dia tidak mau ada di posisi ini; mencintai Hwang Hyunjin, si pangeran sekolah yang hanya sepersekian persen akan mencintainya pula.
Namun setelah sepersekian persen tersebut terwujud, kembali keadaan yang tidak mengizinkan mereka.
Kenapa?
"Hyunjin.." ia melingkarkan tangannya di perut Hyunjin dan menenggelamkan kepalanya di dadanya. "Aku sayang banget sama kamu, jangan tinggalin aku ya."
Hyunjin mengecup pucuk kepala Hina. "Iya sayang, enggak akan."
Entah Hina harus percaya atau tidak, sekarang yang ia pikirkan hanya menikmati saat-saat ini bersama Hyunjin.
****
Hina mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja belajar, melamun.
Entah kenapa, semua buka fisika yang ada di depannya ini tak satupun menarik perhatiannya untuk belajar.
Karena memang dia tidak suka itu.
Ia melirik handphonenya, namun tak satupun notifikasi masuk.
Memangnya ia menginginkan pesan dari siapa? Hwang Hyunjin? Cih, mereka kan hanya berpura-pura.
Sekarang apa yang harus ia lakukan? Mendatangi Felix?
Ia berjalan ke arah jendela kamarnya dan menemukan motor vixion sedang terparkir di depan rumah Felix.
Pasti ada Jisung, pikirnya.
Ia menghela napas berat. Kenapa semenjak ada Hyunjin hidupnya malah jadi lebih ribet sih?
BRAK!
"Naaaaa beliin eskrim dong!"
"KIM JAEHWAN KETOK PINTU DULU BANGSAT!"
"Language, Nana."
Nana mendengus. "Kalo lo masuk pas gue lagi ganti baju gimana?"
"Ya rejeki gue." Jaehwan tertawa. "Eh tapi ga rejeki deng soalnya lo tepos"
"Asu."
"Ya udaaah beliin gue es krim dong di supermarket depan," pinta Jaehwan memelas. Soalnya dia tahu kalau Nana pasti gakmau dimintai tolong.
"Ga. Punga kaki tuh di pake."
"Ih ayolah Naaa,"
"Jauh anjer."
"Kembaliannya buat lo deh."
"BENERAN?"
Jaehwan mengangguk. Emang ya Nana mata cuitan banget.
"Yaudah mama uangnya?"
"Nih." Jaehwan menyerahkan uangnya. "Magnum ya."
"Ck." Nana mengambil Hoodienya dan mengantongi uangnya. "Iya, tunggu." kemudian Nana langsung pergi keluar untuk membeli es krim tersebut.
****
"Bangsat, kalau tau angsulnya cuma 5k ngapain gua pergi anjeng," gerutu Nana sambil menggenggam uang 5ribuan selembar.
Salahnya yang tidak melihat kakaknya itu menyerahkan uang, ternyata ia hanya menyerahkan uang sebesar 20 ribu rupiah saja.
"Kesel aku tu,"
Ia duduk di depan supermarket, sambil menunggu moodnya agak membaik sedikit.
"Huh, Jaehwan sial-"
Mulutnya terhenti sambil matanya menyipit, memperhatikan apa yang ada di seberangnya.
"Hyunjin?"
Lelaki itu menghentikan mobilnya dan turun dari sana masuk ke toko bunga dan setelah hampir 5 menit ia keluar.
Ia kembali masuk ke dalam mobilnya, dan ternyata,
"Hina?"
Ia memberikan bunga tersebut untuk Hina.
"Udah, jangan diliatin terus." Ia dikejutkan oleh suara bass milik laki-laki secara tiba-tiba. "Berdiri gih, ayok pulang sama gue."
Yah, Nana nurut ajalah daripada makin badmood.
****
Kalau gue double update kalian bosen ga?
KAMU SEDANG MEMBACA
(II) bego ㅁ hyunjin
Nonfiksi"Apa? Udin yang mana ya? aq lupa." "hah? saipul yang kemaren dihukum pak ucup? eh bentar aq lupa pak ucup yang mana." "hyun-oh kalo hyunjin mah aq tau, yang ngeselin sepanjang masa kan ya?" -Nana "Nana? oh, yang bego itu ya?" - Hyunjin.