Sepanjang hari ini Yuki nampak sedih. Berangkat sekolah saja ia malas. Biasanya Yuki akan sangat bersemangat karena akan bertemu dengan guru tamvannya. Yufa yang melihat sang kakak sedih menghampirinya. Yufa menyenggol lengan Yuki hingga Yuki menoleh.
"Kenapa?" Tanya Yufa. Yuki manyun dan mengikat tali sepatunya dengan malas. Yufa pun ikut mengikat tali sepatu sembari menunggu jawaban sang kakak."Yufa."
"Apa?"
"Gue jelek ya?" Yufa langsung menoleh dan memperhatikan wajah sang kakak. Sebenarnya Yuki itu manis. Tidak jelek sama sekali. Kenapa dengan kakaknya? Biasanya Yuki adalah manusia paling cuek di dunia ini. Kenapa sekarang baper begini?"Lo manis, kak. Kaya kecoa coklat gue." Yuki manyun lagi. Yufa berfikir apa karena Yuki kemarin melihat pacar pak Reyhan ya? Yufa kan tahu kalau Yuki demen sama pak Reyhan itu. Lagian udah tua juga ngapain di sukai deh. Kaya nggak ada cowok lainnya aja. Kadang yufa bingung sama kakaknya ini. Udah gila, Baperan lagi. Nasib mu kak....
"Yuki, gue kasih tau satu hal. Terkadang apa yang kita suka belum tentu baik buat kita. Gue tahu, Lo kaya gini karena pak Reyhan itu kan? Lo lihat dia pergi sama pacarnya kan? Ya kan?" Tebak Yufa. Yuki langsung menoleh dan menjitak kepala sang adik.
"Bego! Terus kalau pak tamvan pergi sama cewek, gue bakal baper gitu. Ya enggak lah. Peak!" Yufa jadi bingung.
"Terus, kenapa Lo baper barusan?"
"Kecoa albino gue...."
"Kenapa lagi?"
"Dia mati, pas gue ajak tidur di kamar semalam. Apa segitu jeleknya gue ya. Sampai kecoa albino aja nggak mau hidup sama gue. Nggak mau tinggal sekamar sama gue? Apa gue...."Yufa meninggalkan Yuki yang mulai stres berat.
🍃🍃🍃🍃
Yuki bermain basket di lapangan dengan anak-anak cowok. Jeremy pun ikut dalam lapangan. Mereka menjadi satu tim dan mereka sangat kompak. Yuki mengoper bola dan di tangkap oleh Jeremy yang langsung mendribel dan melempar bola masuk ke dalam ring.
Rasa panas yang menyengat tidak membuat mereka berhenti bermain. Keringat sudah membanjiri seragam mereka. Bahkan bh Yuki yang berwarna hitam tercetak jelas di sana. Jeremy yang memperhatikan itu langsung menghentikan pertandingan. Yuki dan yang lain kecewa.
"Kenapa sih, lagi seru juga?" Protes Yuki. Jeremy tak menjawab. Ia justru menarik lengan Yuki untuk masuk ke dalam kelasnya. Anak-anak cowok lainnya bingung melihat sikap Jeremy.
Yuki ia minta duduk dan Jeremy mengambil kaos dari dalam tasnya. Ia lemparkan itu ke wajah Yuki. Keadaan kelas memang kosong. Mereka semua memilih kantin dari pada kelas untuk nongkrong saat istirahat.
"Apaan nih? Hadiah?" Tanya Yuki sambil nyengir.
"Ganti seragam, Lo."
"Hah, kenapa?" Yuki masih bingung dengan sikap Jeremy yang aneh. Jeremy bingung mau bilangnya bagaimana. Masa ia Jeremy akan mengatakan kalau bh Yuki kelihatan. Haduh... Malu lah Jeremy.
"Udah pakai aja. Gue tunggu di luar." Jeremy langsung keluar kelas. Menunggu di depan kelas sekaligus berjaga takut ada yang masuk ke dalam kelas.Yuki memperhatikan kaos yang di berikan Jeremy untuknya. Bagus banget, halus, wangi lagi. Cocok buat tempat naro upil. Hehehe
Yuki keluar kelas begitu selesai dengan kaosnya. Ia memberikan kaos itu kembali. Jeremy melongo. Yuki emang harus di jelasin baru dia sadar.
"Heh, bego! Bh Lo keliatan. Ini baju gue kasih buat Lo pakai. Biar bh Lo nggak keliatan! Paham!" Bentak Jeremy kehabisan kesabaran. Yuki melongo. Bh? Sejak kapan Yuki pakai bh?Yuki langsung mengambil cermin milik cantik di kolong mejanya. Syukurlah ada. Yuki langsung melihat dadanya. Dan seketika Yuki tertawa terbahak-bahak. Membuat Jeremy kebingungan.
"Astaga... Jer. Gue lupa nyopot bh emak gue. Gue nyobain tadi pagi. Eh nyangkut Ampe sekarang. Wkwkwkkw. Gue copot sekarang aja apa ya?" Jeremy langsung menjitak kepala Yuki dan keluar kelas. Rasanya Jeremy selalu salah kalau mau perhatian sama Yuki. Nggak pernah tepat! Bikin malu malah iya.
🍃🍃🍃🍃
Yuki asik mendengarkan penjelasan Reyhan di depan kelas. Reyhan menjelaskan tentang fungsi word dan isinya. Di kelas Reyhan, Yuki akan berhenti mengupil sejenak. Karena akan menggangu konsentrasi nya melihat sang pujaan hati.
Reyhan yang memperhatikan Yuki hanya bisa menghela nafas. Kalau di tegur nanti malah jadi runyam. Jadi biarkan sajalah. Anggap saja Yuki tidak ada di dalam kelas. Beres.
Pelajaran Reyhan selesai dan juga berakhir nya jam pelajaran sekolah. Anak-anak bersiap pulang termasuk Yuki. Reyhan pamit keluar terlebih dahulu. Yuki yang melihat itu langsung ngacir mengejar Reyhan. Jeremy penasaran dengan sikap Yuki yang tak biasa terhadap Reyhan. Tapi Jeremy mencoba untuk tidak kepo lebih jauh.
Yuki terus membuntuti Reyhan yang mulai keluar gerbang sekolah. Tak lama, Reyhan berhenti dan seperti menuggu seseorang. Yuki juga ikut berhenti dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Tak lama mobil sedan berhenti di depan Reyhan dan kaca jendela mobil terbuka. Seorang perempuan yang kemarin datang ke kosan. Yuki berdecak sebal.Saat Reyhan hendak masuk. Yuki langsung teriak memanggil namanya.
"Pak Reyhan!!" Yuki berjalan cepat sampai ia tersandung dan jatuh. Lutut Yuki terbentur batu yang lumayan tajam. Hingga darah segar mengucur dari lutut Yuki. Reyhan yang melihat itu tentu panik. Ia langsung berlari ke arah Yuki dan membantu Yuki berdiri."Kamu gimana sih, kok bisa sampai jatuh? Sakit nggak?" Tanya Reyhan khawatir.
"Sakit...." Perempuan yang ada di dalam mobil ikut keluar.
"Reyhan, dia kenapa?" Tanyanya ikut cemas.
"Mel, bisa minta tolong antar anak ini ke klinik dulu nggak. Lukanya lumayan parah nih." Melia langsung mengangguk dan membuka pintu mobil. Sementara Yuki di bopong oleh Reyhan. Yuki menahan senyumnya karena terlalu senang berhasil membuat gurunya khawatir. Hahahah.Yuki bahkan duduk bersebelahan dengan Reyhan. Sementara sang pacar menjadi supir. Hohoho.
Tak butuh waktu lama mereka sampai di klinik. Reyhan lagi-lagi membopong Yuki dan membawanya masuk ke dalam klinik. Reyhan dan Melia menunggu di luar sementara Yuki di obati. Reyhan nampak pucat dan panik. Melia bisa melihat itu. Melia menggenggam jemari Reyhan. Mencoba menenangkan. Melia pasti berfikir Reyhan ketakutan karena Yuki adalah muridnya. Sebagai seorang guru pastilah ini berat.Tak lama Yuki keluar dengan kaki pincang. Rasa ngilu benar-benar terasa di kaki Yuki. Yuki Meringis menahan sakit. Reyhan yang melihat itu langsung melepas genggaman tangan Melia. Dan memilih membantu Yuki. Melia tersenyum karena pacarnya sangat perhatian dengan muridnya.
"Kita pulang ya." Yuki mengangguk.
"Masih sanggup jalan?" Tanya Reyhan.
"Nggak, sakit banget."
"Yaudah, bapak gendong lagi ya." Yuki langsung mengangguk. "Mel, tolong buka pintu mobil." Melia mengangguk dengan cepat dan membuka pintu mobil.Yuki mencuri kesempatan di dalam mobil. Ia bersandar di pundak Reyhan dan memeluk lengannya. Yuki menahan cengirannya dari tadi. Herannya Reyhan tidak terusik sama sekali. Ia justru mengusap lengan Yuki dengan sayang. Melia yang melihat itu lama-lama jadi keki sendiri. Baru sadar kalau dari tadi Melia hanya di jadikan supir. Mau protes udah terlanjur jadi supir.
"Dek, lain kali hati-hati ya. Kakak nggak mau nyupirin kamu lagi," ucap Melia ketus. Yuki melirik Melia dan menjulurkan lidahnya. Melia yang melihat itu langsung mengerem mendadak. Membuat Reyhan dan Yuki kaget.
"Ada apa, Mel?" Tanya Reyhan. Melia melotot ke arah Yuki. Yuki semakin erat memeluk lengan Reyhan."Lepasin tangan cowok gue, Lo barusan julurin lidah kan sama gue. Iya kan? Gue udah baik sama Lo ya. Kenapa Lo malah kecentilan?" Bentak Melia kasar. Reyhan kaget mendengar ucapan Melia.
"Melia," tegur Reyhan. Yuki semakin ketakutan di balik tubuh Reyhan. Reyhan mengusap lengan Yuki.
"Nggak apa-apa, Yuki. Kak Melia hanya emosi aja. Jangan di ambil hati ya." Melia tidak terima kalau Reyhan membela Yuki."Reyhan. Jangan bela anak itu. Dia itu bohong. Nggak sakit dia, Rey." Reyhan meminta Melia untuk turun. Dan mereka berbicara berdua di luar mobil. Nampak mereka cekcok di sana. Saat Melia melirik Yuki. Secara otomatis Yuki menjulurkan lidahnya lagi. Melia langsung berang dan hendak membuka pintu untuk menarik Yuki keluar.
Reyhan yang melihat Melia tidak bisa di kontrol. Meminta Yuki keluar dari mobil.
"Maaf, Mel. Sepertinya kamu sedang kondisi tidak stabil. Terima kasih karena sudah mau mengantar anak murid saya tadi. Permisi." Reyhan menuntun Yuki untuk pergi dari sana. Melia berteriak memanggil Reyhan. Tapi Reyhan tak peduli.Yuki tersenyum senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Guru, I Love You (Tamat)
RomanceTersedia di playstore dan KBM Yuki siswi periang yang selalu bertingkah absurd. Begitu mencintai gurunya sendiri. Sayang guru yang ia cintai adalah guru paling killer di sekolah. Mampukah Yuki menaklukan hati seorang guru killer???