mulai belajar

5.9K 498 77
                                    

Yuki memulai harinya dengan ngupil di sisi ranjang. Dengan rambut masih acak-acakan dan mata yang mengantuk. Jari telunjuknya tetap tak berhenti mengorek harta Karun di dalam lubang hidungnya. Sampai sang mama kembali menggedor pintu kamarnya. Dengan malas, Yuki membuka pintu kamar setelah menempelkan upil terakhirnya di kayu pintu.

"Mandi, jam berapa ini?" Tanya mama. Yuki hanya menguap dan kembali menutup pintu. Belum sempat sang mama berteriak, Yuki sudah membuka pintu dan membawa handuk keluar kamar. Mama hanya bisa menghela nafas.

"Bego!!!!! Keluar Lo monyet!!!" Mama tersentak. Ia lupa kalau di kamar mandi masih ada Yufa. Mama tepok jidat. Harus bilang papa, buat benerin kunci pintu kamar mandi. Nggak bisa begini terus. Gumam mama.

🍁🍁🍁

Di sekolah, Yuki menaruh sepedanya. Hari ini Yuki tidak terlambat sekolah. Dan ia menyesal. Karena tidak akan di hukum oleh pak guru tamvan. Besok aku telat ajalah. Batinnya.

Yuki masuk ke dalam kelas dengan santai. Ia duduk dan menaruh tasnya asal. Lalu keluar kelas. Ia duduk di pinggiran kolam ikan, karena di depan kelasnya persis. Ada kolam ikan. Dengan pedenya Yuki bermain air di sana. Menggoda ikan-ikan itu. Hingga si ikan ketakutan dan berlarian. Yuki tertawa melihat ikan-ikan yang mulai panik. Tanpa sadar, Yuki kebablasan dan malah nyemplung ke dalam kolam dan bersiap menangkap ikan.

"Yukiiii!!" Yuki tersentak dan langsung tersadar dengan perbuatannya. Waduh, kebiasaan main di Empang. Grutu Yuki.
Yuki berusaha keluar dari kolam namun karena licin, berkali-kali Yuki terpeleset dan jatuh. Membuat tubuhnya basah kuyup. Ikan-ikan mulai pusing karena air kolam yang mulai kotor. Dan ada satu ikan yang mati karena tertindih pantat Yuki.

"Keterlaluan kamu, ikut saya ke ruang BK!!" Bentak pak Reyhan. Yuki bukannya takut malah tersenyum semakin lebar. Yey...berhasil di hukum!!.
Yuki berjalan dengan pakaian yang basah kuyup. Semua murid melihat Yuki heran. Ada juga yang menertawakan. Tapi Yuki malah cengar-cengir seperti anak tidak ada dosa.

Yuki masuk ke dalam ruang BK. Dan termenung, karena di dalam ruangan bukan hanya ada pak tamvan. Tapi ada pak imut. Kenapa imut? Karena bapak ini lucu, mungil. Ia lebih pendek dari Yuki. Serius.
"Loh, pak Reyhan. Anak ini kenapa?" Tanya pak imut.
"Habis berantem."
"Hah, berantem? Berantem sama siapa sampai basah kuyup begini?" Pak imut panik.
"Sama ikan." Kini pak imut bengong.
"Ikan?" Ulangnya. Pak Reyhan mengangguk. Dan ijin keluar. Tapi di cegah oleh Yuki.
"Eh... pak tamvan mau ke mana?" Tanya Yuki.
"Ngajar." Yuki bengong.
"Ngajar? Bukannya bapak guru BK?"
"Bukan." Pak tamvan langsung keluar dari ruang BK. Meninggalkan Yuki dan pak imut berdua.

Yuki duduk tanpa di suruh. Lalu menatap pak imut di depannya. Tatapan menyelidik.
"Pak imut?"
"Hah?"
"Pak imut ini guru apa?" Tanya Yuki. Pak imut bingung.
"Siapa yang imut?" Tanya pak imut.
"Ya bapaklah masa saya?"
"Kalau saya imut, kamu apa?"
"Cantik." Pak imut hendak muntah. Sialan.
"Dengar, nama saya ini Hiburan Harita. Bukan pak Imut. Saya tersanjung kalau kamu bilang saya imut. Tapi kalau kamu manggil saya imut. Harga diri saya tercoreng. Saya ini pria sejati?"

"Bapak sudah menikah?"
"Belum."
"Dari mana sejatinya?" Pak imut hampir koit.
"Eh...kamu ngeledek saya?"
"Cuma tanya."
"Harusnya kan saya yang tanya sama kamu, kenapa malah kamu yang tanya saya?" Yuki mengendikkan bahunya tak peduli.

"Jadi, kenapa kamu bisa berantem sama ikan? Apa salah ikan itu sama kamu?"
"Salahnya adalah dia kabur saat mau saya tangkap." Pak imut berfikir. Lalu mengangguk.
"Ia, kenapa ikan selalu kabur saat kita mau tangkap ya?" Gumamnya. "Eh, lagian ngapain kamu mau nangkap ikan?" Pak imut tersadar.

"Karena ikannya imut." Tanpa sadar wajah pak imut merona. "bukan bapak. Ikan pak ikan." Pak imut menelan Salivanya.
"Nama kamu siapa?"
"Kasmiati."
"Hah?"
"Kasmiati."
"Bener itu nama kamu?"
"Tanya aja temen sekelas saya kalau enggak percaya."
"Kaya udah punya temen aja kamu?"
"Bapak nggak percaya?"
"Enggak, lah wong kamu aja main sama ikan. Gimana punya temen?"

Yuki memanyunkan bibirnya 10cm. "Nama saya Yuki Kasmiati, Pak."
"Jadi bener, nama kamu Kasmiati?"
"Salah nya di mana sih pak?"
"Ya nggak salah."
"Terus kenapa di permasalahin?"
"Iseng aja."
"Astaga!!!!!" Yuki menyerah menghadapi pak imut yang terlalu imut kaya marmut minta di kerubungi semut.

🍁🍁🍁

Yuki sudah berganti pakaian. Ia terpaksa membeli seragam baru di koperasi. Karena kalau pulang males. Jadilah dia beli dan ganti. Sekarang Yuki lagi asik di kelas. Belajar? Bukan, melainkan asik menatap pak tampan. Pak Reyhan ini adalah guru T.I.K. (teknologi ilmu komunikasi)

Dan pak Reyhan ini salah satu guru killer tertampan di muka sekolah ini. Itu membuat Yuki tidak konsen sama sekali. Penjelasan pak Reyhan sama sekali enggak masuk ke dalam telinga Yuki. Tanpa Yuki sadari. Pak Reyhan juga sedang memperhatikan Yuki.

"Yuki," panggil pak Reyhan. Yuki diam saja. Sampai salah seorang teman menyenggol bahu Yuki.
"Apaan?" Tanya Yuki ke temannya.
"Pak Reyhan manggil?"
"Masa?"
"Iya."
Yuki langsung melihat ke arah pak Reyhan yang sedang menatapnya dengan wajah datar.
"Apa, Pak? Bapak udah mulai jatuh cinta sama saya?" Tanya Yuki yang membuat seisi kelas tertawa.

Reyhan menghela nafas. Tambah sulit ke depannya.

Pak Guru, I Love You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang