Jeremy

5.9K 499 69
                                    

Yuki sedang asik mengupil di pojokan kelas. Tak peduli anak-anak yang melihatnya dengan jijik. Bahkan ada cewek paling cantik di kelas itu yang pengen muntah lihat tingkah Yuki. Tapi Yuki santai aja. Asal nggak muntahin Yuki, buat Yuki fine aja.

"Jeremy, akhirnya kamu dateng juga!!" Teriakan cewek cantik itu membuat Yuki terusik. Ingin Yuki marah, tapi saat melihat sosok bernama Jeremy, Yuki malah langsung bangun dan menubruk Jeremy. Membuat anak-anak bengong termasuk Jeremy.

"Lo siapa?" Tanya Jeremy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo siapa?" Tanya Jeremy. Yuki, melongo melihat ketampanan hakiki milik Jeremy. Sesuai namanya. Wajah nya sangat tampan, tinggi, wajahnya mulus tanpa jerawat. Hidungnya mancung. Dan agak jutek. Oh...Yuki suka sekali.

"Gue, Yuki!! Kita sekarang sahabat!!" Seru Yuki. Anak-anak langsung tepok jidat. Si cantik tidak terima. Ia melepas tangan Yuki agar menjauh dari Jeremy.
"No, Jeremy milik gue. Enak aja Lo mau ngaku-ngaku."
"Cantik, Jeremy pacar Lo?" Tanya Yuki. Si cantik bingung jawabnya. Kalau jawab iya, nanti Jeremy ilfil. Enggak jawab keenakan Yuki. Gimana ya?

"Jeremy, cantik cewek Lo?" Tanya Yuki. Membuat Cantik shock. Jeremy otomatis menggeleng. Yuki melihat Cantik dengan anggukan penyelesaian masalah. Yuki langsung menarik lengan Jeremy agar duduk di sampingnya.

"Jer, duduk sama gue ya."
"Kenapa?"
"Karena Lo sahabat gue sekarang. Dan tempat duduk kosong juga cuma di sini doang," jelas Yuki dengan kemenangan. Anak-anak kelas tidak ada yang berani berkomentar. Padahal ada yang kosong. Di tengah. Tapi dasar Yuki yang semaunya sendiri. Dan anak-anak malas berurusan dengan Yuki yang jorok akut. Mereka takut upil Yuki nempel di baju atau rok mereka. Iihh...ngebayanginnya aja udah jijik.

🍁🍁🍁

Istirahat pertama Yuki menarik Jeremy ke kantin. Bukan mentraktirnya. Melainkan meminta traktiran. Sebenarnya Jeremy ini risih dengan tingkah Yuki, tapi entah kenapa Jeremy sendiri tidak bisa menolak setiap paksaan dari Yuki.

"Kasihan, Jeremy." Terdengar bisik-bisik tetangga. Jeremy melihat mereka yang berbisik. Membuat anak-anak jadi salah tingkah dan akhirnya pergi setelah tersenyum miris. Jeremy semakin bingung, sebenarnya ada apa? Kenapa dengan Yuki?

"Nih, buat Lo." Yuki memberikan nasi dan soto yang masih panas. Jeremy melihat Yuki. Meniliknya. Enggak ada yang aneh? Dia manis, apa yang salah dari anak ini? Gumam Jeremy.
"Kenapa, lo?" Tanya Yuki. Jeremy langsung menggeleng.
"Eh, nama lo tadi siapa?" Tanya Jeremy.
"Yuki."
"Yuki...kenapa mendadak Lo mau jadi sahabat gue?" Tanya Jeremy. Yuki menghela nafas dan menghentikan aktifitas memakannya.
"Karena gue butuh orang yang tiap hari traktir gue makan."
Sendok yang di pegang Jeremy jatuh tanpa sadar.

"Kenapa?" Tanya Yuki datar. Jeremy menggeleng. Jadi ini keanehan Yuki?
"Berapa banyak anak yang lo, palak?" Yuki tersentak. Palak? Kapan Yuki pernah malak?
"Enggak ada."
"Jangan bohong."
"Serius."
"Serius kalau Lo bohong?"
"Kenapa Lo bilang gue bohong?"
"Karena gue nggak percaya sama Lo."
"Kenapa nggak percaya?"
"Karena kita baru kenal?"
"Semua anak di sini baru kenal. Dan nggak ada masalah? Kenapa Lo jadi masalahin hal kaya gini?" Jeremy terdiam. Yuki benar. Apa alasan Jeremy nggak percaya Yuki? Apa Jeremy kemakan omongan anak-anak tadi?

Yuki bangun dari duduknya. Jeremy memperhatikan Yuki. "Mau kemana?" Tanya Jeremy tanpa sadar.
"Gue males, duduk sama orang yang suka ngejude orang lain, gue permisi." Yuki langsung pergi begitu saja. Jeremy jadi tidak enak sendiri. Jeremy salah, dan ia harus minta maaf.

Saat Jeremy hendak pergi. Seorang ibu-ibu memanggilnya. "ada apa, bu?" Tanya Jeremy bingung.
"Bayar dulu soto nya."
"Oh iya lupa, jadi berapa?" Tanyanya.
"26.000,' "
"Satu porsi 26 ribu?"
"Satu porsi opo? Dua porsi plus dua es teh manis toh?"
"Hah?" Jeremy langsung keingat Yuki. Jadi dia pergi gitu aja tanpa bayar? Sialan.

Akhirnya Jeremy membayar dua mangkuk. Dan dua gelas teh manis.

🍁🍁🍁

Jeremy berjalan malas ke arah kelas. Ia melihat ke arah lapangan. Ia mendengus kesal, melihat Yuki asik main basket seorang diri. Tuh anak nggak ada kawan kali ya? Gumam Jeremy. Ia mendekat ke arah Yuki. Dan menangkap bola yang Yuki lempar masuk ke dalam ring.

Yuki menatap tak suka. "Ngapain lo?" Tanya Yuki. Jeremy, mendribble bola dan memasukkan nya ke dalam ring dengan sempurna. Yuki semakin bete melihat itu.
"Tanding."
"Ogah."
"Kalau gue menang, lo harus bayar utang lo, ke gue."
"Utang apaan?"
"Soto, nggak usah pura-pura bego." Yuki nyengir.
"Yaelah, soto cuma seharga 10ribu aja. Perhitungan amat sih lo."
"Ya udah sini kalau cuma 10 ribu. Berarti mampu dong lo buat bayar?" Yuki nyengir lagi.
"Besok deh, gue nggak bawa duit."
"Bohong banget lo nggak bawa duit?"
"Sumpah gue emang nggak bawa duit kok."
"Mana ada anak sekolah yang nggak bawa duit?"
"Gue." Yuki dengan tegas menunjuk dirinya sendiri. Kenyataanya emang Yuki enggak bawa uang. Dompet nya ketinggalan.

"Oke, besok gue tagih."
"Dasar rentenir."
"Apa lo bilang?"
"Rentenir."
"Lo paham nggak maksud dari kata rentenir?"
"Orang yang suka nagih hutang."
"Itu depkolektor," jelas Jeremy. Membuat Yuki semakin kesal saja. "Gitu aja nggak paham."
"Bodo amat." Yuki langsung masuk ke dalam kelas. Ia duduk di sana dengan kesal. Saat Jeremy masuk ke dalam kelas. Yuki melempar tas milik Jeremy. Membuat anak-anak bengong.

"Jer, duduk sama gue aja sini." Cantik langsung mendorong teman sebangkunya untuk pindah. Dan meminta Jeremy duduk dengannya. Tapi Jeremy menolak, ia memilih duduk di tengah. Tempat duduk yang kosong.
"Jer, sama gue aja." Cantik mendekati Jeremy.
"Disini aja." Jeremy nampak mencari posisi duduk yang nyaman. Cantik melirik Yuki yang asik ngupil.
"Lo ada masalah sama, Yuki?" Tanya cantik. Jeremy tanpa sadar melirik Yuki. Lalu menggeleng. "jujur aja kali, Jer, anak-anak juga banyak kok yang nggak suka sama dia."
"Masa sih?"
"Serius."
"Kenapa?"
"Dia itu, jorok. Seenaknya. Susah di atur. Galak." Jeremy terdiam. Jadi itu alasannya dia nggak punya temen?

Tapi saat Jeremy melihat ke arah Yuki. Yang di kasihani malah asik ngupil. Jeremy menghela nafas panjang. Nggak pantes di kasihani tuh anak.

Pak Guru, I Love You (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang