01. Storm

7.7K 568 76
                                        

Apakah kau percaya, bahwa terkadang memori indah dapat tergerus dan terganti oleh keping lain yang mengandung luka?






Apakah kau percaya, bahwa terkadang memori indah dapat tergerus dan terganti oleh keping lain yang mengandung luka?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Musim dingin menyapa seluruh tanah Korea sejak awal Desember seperti tahun-tahun sebelumnya. Musim yang membawa serta embusan udara kering tersebut, mampu mengubah hangatnya jingga kemarin menjadi hamparan putih di mana-mana. Bukan hanya jalanan di bawah sana, melainkan iris karamel milik seorang pria muda sempat mendapati bahwa benda berwarna putih sangat dingin itu berhasil menyelimuti pohon juga atap kafe di seberang bangunan terbesar di kawasan Paju Books City.

Harusnya tumpukan salju bisa membawa kembali memori semasa kecil dahulu. Namun tidak. Sebab, seperti salju mencair kemudian lenyap, seperti itulah arti keping yang hilang di dalam kepala pria itu. Bukan sengaja dihilangkan, melainkan berhasil digantikan oleh keping lain yang lebih menyakitkan.

"Pulanglah saat Natal nanti, Tae."

Suara rendah dari pria lainnya berhasil menarik fokus Taehyung yang sedari tadi berpusat pada satu titik di luar sana.

Pulang? Ke mana? Bukankah sejak lama rumah itu sudah tiada?

Seperti mengetahui isi kepala dari pria yang lebih muda, Namjoon menyela, "Jangan beralasan lagi. Aku yakin kalau Paman, juga Bibi, sangat merindukan putra mereka."

Rindu, ya? Sesuatu yang seperti itu, apa benar masih tersisa untuknya?

Terlalu lelah demi sekadar berdebat, juga mengetahui pasti berujung kalah jika lawan bicaranya adalah Namjoon, Taehyung lantas kembali menumbuk atensi kepada seorang laki-laki dewasa dengan gadis kecil di bawah sana. Keduanya tampak sangat gembira. Saling melempar benda bulat berwarna putih di jemari masing-masing. Menyebabkan hangat yang sejak dahulu hilang, merangsek lagi memenuhi hati juga isi kepala pria tersebut.

Tatkala lemparan si gadis kecil sempurna mengenai bahu si ayah (juga di dalam hati Taehyung sempat menggumam, "Yeay, kena!" ), satu keraguan berhasil ia loloskan dari bilah bibirnya, "Akhir pekan nanti, aku akan pulang, Hyung."

Nyatanya, keraguan itu tetap mengikuti. Bahkan hingga Taehyung melaju dengan kendaraan besi roda empat miliknya. Membelah udara jalanan distrik Paju yang bersuhu di angka 0,2 derajat celsius.

Apakah dirinya akan diterima? Benarkah mereka juga rindu? Seperti kata Namjoon—sepupunya, beberapa puluh jam yang lalu.

Namun seluruh pertanyaan mendadak terusik oleh satu rasa yang lain. Entah akan didefinisikan sebagai apa. Sebab pemicunya ada di sana—seorang pria tua dengan mantel juga celana lusuhnya, yang menggigil kedinginan di emperan toko.

Rasanya seperti tiba-tiba mendapat tusukan kecil di dada. Tiba-tiba merasa jadi jahat, ketika di dalam hati ia sempat berucap syukur untuk seseorang yang sekarang jauh. Sebab, setidaknya orang tersebut kini hidup dengan lebih baik daripada pria tua di sana.

THE LAST SIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang