Pada mata yang tak lagi bisa memandang, dan untuk hati yang masih setia mengenang, bahwa kedatangan yang menyimpan sebuah rahasia membuktikan hati memang telah dibutakan oleh cinta.
Kita punya waktu lebih lama dari yang orang lain tahu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seperti orang gila, Inha hampir kehilangan setengah kewarasannya. Degup memukul-mukul dada dan dirinya menggenggam was-was buku jari hingga memutih. Keringat dingin, gemetar hingga ia meneteskan air mata. Begitu perih juga takut, takut akan sesuatu melebihi takutnya ketika menerima kenyataan akan kehilangan semesta dari jangkauan mata. Takut yang sebenarnya takut, seperti dunia hancur di depan matanya sementara dia tak punya kekuatan untuk lari dan bersembunyi.
Taehyung.
Hatinya bergolak. Dengan bergetar ia memejam meluruhkan bulir-buliran air mata yang segera berderai deras membahasi pipi. Dia tak bisa melakukan apapun, kegelapan pekat mengalihan segalanya pada rungu. Dia mencoba memastikan apa yang terjadi walau lagi-lagi tak bisa. Dia ingin menyaksikan apa yang dia dengar di depan sana, apa yang mereka perbuat pada Taehyung. Mereka yang panik dan suara orang-orang itu yang berupaya menyelamatkan nyawanya. Inha, hanya mampu menangis dari luar, di atas kursi roda bertemankan suster yang membawanya sesaat ketika Namjoon membawa Taehyung dengan segera.
Dia harus tetap hidup, dia tidak boleh mati! Ia ingin memilikinya lebih lama. Tuhan, berikan satu … satu saja kesempatan untuknya dapat memiliki Taehyung lebih lama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Itu terasa menyebalkan saat Inha seperti menghitung setiap detik hingga menit yang berlalu sangat lambat. Kala Namjoon akhirnya menghampirinya di luar setelah nyaris satu jam berada dalam situasi krusial, lelaki itu katakan kenyataan yang baru saja terjadi.
“Taehyung sudah aman, jangan cemaskan apapun lagi. Istirahatlah, Inha.” Sambil meneliti wajah pucat itu yang setengah melamun, Namjoon menghela napas berat. Dirinya sendiri juga kalut, begitu kacau dan Namjoon memperhatikannya selama beberapa saat. “Taehyung baik-baik saja.”
“Bisakah aku menemuinya?”
“Dia harus istirahat, kau juga. Kesehatanmu adalah yang terpenting, Taehyung akan memarahiku jika membiarkanmu begini. Kau sudah melihat seberapa inginnya dia melindungimu, kan? Seberapa banyak dia peduli dan tidak ingin membuatmu terluka. Jangan biarkan dia bersedih, Inha. Kau segalanya baginya.”