1. Something Happen

8.4K 737 28
                                    


Telur orak-arik dengan tumis daging biasanya menaikkan mood Kay di pagi hari. Tapi tidak untuk kali ini.

Wajahnya lesu karena sepanjang malam terjaga. Keadaan yang memaksanya begitu. Walau usapan lembut Kun di punggungnya terasa nyaman dan menenangkan, matanya seakan menolak diajak berkompromi.

Semalaman itulah Kay banyak berpikir. Melihat situasi dengan sudut pandang Kun. Mengingat kembali saat suatu hari pria itu menyarankan agar dirinya pergi ke psikiater.

Kay sedikit tersinggung awalnya. Tidak percaya dengan kalimat yang Kun berikan meskipun dibungkus dengan sehalus mungkin dan dengan nada suara yang lembut.

"Mungkin kau agak kebanyakan pikiran, Kay."

Menurut Kun, dia sedang berhalusinasi karena kebanyakan pikiran. Tahun terakhir sekolah menengah memang kadang berdampak seperti itu untuk para murid. Tapi Kay—Ia tidak merasa seperti itu. Bahkan jika benar ia sedang stress, hal itu disebabkan karena apa yang selalu dilihatnya. Bukan karena sekolah.

Tapi setelah menyadari bahwa 'Kun selalu ingin yang terbaik untuknya', ia mulai menimbangkan hal itu.

Mungkin tidak ada salahnya mencoba.

"Tapi kak—" Kay memainkan sumpit di tangannya. Menatap ragu wajah Kun, "Bagaimana jika aku memang sedang berhalusinasi? Apa itu artinya aku gila?"

Kun tersenyum, "Psikiater tidak hanya menangani hal seperti itu, Kay. Dia akan membantumu mencari solusi atas ketertekananmu."

Kay menghela napas. Merasa gamang. Seingatnya ia biasa-biasa saja di sekolah. Kadang memang ada perasaan lelah dengan hal yang menyangkut tempat itu. Apalagi ini semester akhir. Tapi untuk kata tertekan, Sepertinya itu tidak tepat.

"Lalu, kau akan membawaku kemana?"

Kun mengulas senyum— Lagi. "kebetulan teman kakak—"

Kay terkesiap, "aku tidak mau dengan Ten!"

"Kenapa kau berpikir ini Ten?"

"Karena siapa lagi temanmu kalau bukan dia?"

Kun terlihat tersinggung. Dahinya berkerut menatap Kay.

"Ten bahkan menyelesaikan kuliahnya hanya dalam waktu singkat, Kay. Dia cerdas."

"Dan menyebalkan." imbuh Kay.

"Tenang. Dia profesional. Dia tidak akan mengganggumu selama kau berstatus pasien." Kun berbinar yakin.

Kay memberenggut. Lagi-lagi ia harus berurusan dengan pria itu. Ia tidak bisa—bahkan tidak akan pernah bisa untuk akur dengan Ten.




Pertemuan terakhirnya bulan lalu dengan pria itu masih sangat membekas di kepalanya.

Kay sedang berjalan-jalan di sekitaran kampus Kun sore itu. Mereka berencana pergi ke rumah nenek untuk menghabiskan akhir pekan disana. Jadi sepulang sekolah, tanpa mau sabar menunggu kakakanya menjemputnya ia berinisiatif menuju kampus Kun sendiri. Walau pria itu sudah memperingatkan, "Tunggu aku. Dan jangan kemana-mana."

Ini akan mempersingkat waktu perjalanan, pikir Kay.

Tahu bahwa Kun belum keluar dari ruang kelasnya, Ia memilih duduk di bagian barat kampus. Dibawah pohon rindang yang menghadap lapangan.

Tidak sadar jika seseorang sudah mengendap-endap mendekatinya dari belakang. Dan dengan hitungan detik selanjutnya ia dibuat menjerit. Berteriak histeris ketika sesuatu yang menggelikan jatuh ke atas rok nya.

Ulat!

Ten segera tertawa memegangi perutnya memandang Kay yang sibuk bergerak kesana kemari agar hewan berbulu itu jatuh dari rok-nya. Tidak menghiraukan tatapan penghuni kampus lainnya yang menilai mereka begitu kekanakan.

Protector ; Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang