2. She Hurts You

4.5K 644 21
                                    

Dibawah langit yang mulai gelap Kay berlari. Menghiraukan fakta bahwa sebentar lagi Kun akan menjemputnya. Pria itu pasti sudah ada di sekolah dan sedang menunggunya. Tapi Kay tidak peduli. Ia terus berlari.

Semenjak empat bulan lalu, ia sudah menyadarinya. Sesuatu yang tidak beres sedang terjadi dalam hidupnya.

Ini dimulai dari kebiasaannya yang selalu melihat bayangan orang lewat secepat kilat dihadapannya. Atau seperti ia merasa bahwa ada sesuatu yang memperhatikannya. Terlebih lagi pada malam-malam tertentu seperti yang dialaminya semalam.

Kay nyaris menangis. Tidak tahu jika hal itu semua akan membuatnya sefrustasi ini.

Seumur hidup Kay, dia dibiasakan oleh Kun untuk tidak terlalu banyak mempercayai hal-hal yang berbau takhayul. Selain hanya akan menimbulkan rasa takut yang berlebihan hal itu juga tidak ada dampak baiknya.

Berbeda dengan Seren yang menyikapi dengan sebaliknya. Kay memang sedikit-sedikit menceritakan hal itu semua kepada Seren.

Menurut wanita itu, Kay telah berubah menjadi Kay yang baru. Yang memiliki kemampuan dimana tidak semua orang memilikinya.

Sebut saja paranormal. setidaknya begitu yang diasumsikan Seren. Tapi hal itu sangat-sangat tidak masuk di akal bagi Kay.

Mungkin hampir sepuluh menit Kay berlari. Karena jarak sekolah ke rumahnya memang sejauh itu. Napasnya mulai tersengal. Dahinya dipenuhi peluh.

Tapi syukurlah ia sudah melihat gerbang rumahnya dari kejauhan.

Ia berhenti di depan gerbang. Membuka pintu dengan napas tersengal. Kakinya bahkan sudah seperti mati rasa.

Memasuki rumahnya yang gelap, ia melemparkan tas ke arah sofa. Dan segera menemukan tempat untuk bertumpu.






Tidak seperti yang diperkirakan Kay sejam yang lalu. Ketika memikirkan Kun mungkin saja akan marah atau meminta penjelasan atas kelakuannya yang tiba-tiba pulang sendiri.

Semenjak pria itu memasuki rumah lima menit yang lalu, pertanyaannya selalu sama.


"Kau tahu sesuatu tentang Seren?"

Pertanyaan dari Kun sedikit membuat Kay tersentak. Karena nada bicara dan raut wajah yang ditunjukkan Kun terkesan menuduh.

"Apa maksudmu?" Kay mulai tidak suka.

Kun tersenyum dan menggeleng, "Maksudku—" ada jeda sebentar untuknya menghela napas. "Aku sangat bingung. Begitu masuk kesana dan mendapati Mark sedang menggendong Seren yang sepertinya terluka cukup parah. Dan— aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang Mark katakan. Semua omong kosong itu." Kun mengendikkan bahu dengan wajah yang bingung.

Kay tahu ini tidak masuk akal. Tapi ia sendiri juga tidak tahu persis dengan apa yang sedang terjadi dalam hidupnya.

Berkali-kali ketika Kay mencoba menceritakan permasalahan yang dialaminya, Dimana memang porsi ini sedikit terkesan takhayul dan terdengar mengada-ada, Kun selalu saja menyangkalnya. Menyebutnya berhalusinasi.

Tapi demi tuhan, Kay benar-benar tidak peduli jika Kun akan menganggapnya seperti itu juga kali ini.




"Aku melihat Seren terlempar ke dinding" racau Kay.

Kerutan di dahi Kun adalah apa yang sudah ditebakya.

"Kay—"

"Aku tahu ini tidak masuk akal. Tapi aku melihatnya sendiri." Kay mengacak rambutnya frustasi.

Keduanya mendadak diam. Menunduk dengan pikiran masing-masing. Tapi begitu ucapan Kun yang keluar, dengan aksen yang tegas, Kay tahu tidak akan ada yang bisa dirubah ataupun disanggah.

"Kau akan bertemu Ten sepulang sekolah besok"














Jam dinding sudah menunjuk angka sebelas malam. Tapi Kay masih belum merasa mengantuk.

Ia pandangi lamat-lamat beberapa foto polaroid yang terpasang di dinding. Semua foto itu diambil ketika mereka mengadakan acara kenaikan kelas beberapa minggu lalu.

Ada potret dirinya bersama Seren, juga bersama Lucas dengan menampilkan senyum lebar. Juga beberapa teman sekelas ataupun seangkatan yang mengenalnya. Termasuk Mark.

Ini berjalan begitu cepat, pikir Kay.

Seingatnya baru sebulan lalu ia bilang pada Seren bahwa—


Kay terkesiap ketika jendela kamarnya tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Angin yang berhembus dari luar membuat gorden putih itu bergoyang. membuatnya dapat melihat apa yang sedang berdiri disana dan sedang memandanginya.

Tidak lagi, batinnya pasrah.




Pria pucat itu disana. Dan demi tuhan Kay benar-benar ingin menjerit kencang ketika makhluk dalam balutan jubah putih itu bergerak ke arahnya.

"K-kau.." Kay tercekat. Memundurkan badannya hingga menempel ke pinggiran ranjang.

"Dia bukan temanmu" ucap pria itu dingin.


Sedetik kemudian, dia sudah ada dihadapan Kay. gerakan cepat dari pria itu menciptakan sekelebat bayangan seperti asap di mata Kay, yang membuatnya menyadari bahwa hal itu sama dengan yang dilihatnya tadi sore.

Jadi apa yang kulihat benar?

Kay terkejut karena asumsinya sendiri. Pria itu yang melempar Seren ke dinding.

Berniat mengumpulkan keberanian Kay bertanya, "Kenapa kau melakukannya?"

Pria itu tadinya sudah akan melangkah pergi sebelum Kay melontarkan pertanyaan yang membuatnya berhenti.

"Kau melukai Seren." ujarnya parau.

Mungkin lima detik hingga ia melihat pria itu mau berbalik. Dengan memandangnya penuh dibawah tatapan mata yang tajam.

"Dia melukaimu"







.
tbc.

Protector ; Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang