9. Magic Spell?

2.6K 339 7
                                    

Pukul enam lewat lima pagi Kay terbangun dan langsung melompat ke kamar mandi. Membuka gorden dengan gerakan kilat sebelum mendesah menyadari matahari sudah benar-benar berada di atas sana dengan cerahnya.

Akhir-akhir ini tidurnya menjadi sangat nyenyak hingga ia sukar untuk bangun. Itupun karena ia mendadak punya teman bicara yang dua puluh empat jam senantiasa di dekatnya. Siapa lagi kalau bukan si pria pucat Jaehyun.

Tapi seingatnya malam tadi ia tidak mengobrol seperti biasanya. ia hanya sedang mengerjakan tugas sekolah. Lalu... Kenapa tiba-tiba bisa ada di atas ranjang pagi ini?

Kay memikirkan hal itu sembari menuruni tangga. Kemudian matanya menemukan Jaehyun yang sedang duduk termenung di sofa ruang tengah.

"Hai" sapa Kay

Tidak repot-repot mendongak pria itu hanya melirik sekilas. Kay mendesis. Membuka lemari untuk menyiapkan makanan. Tapi sepertinya waktunya tidak akan cukup. Jadi dia hanya akan menuang sereal untuk sarapan pagi ini.

Semantara itu satu ingatan muncul. Kay ingat tadi malam ia sempat menerima telepon dari Kun. Tangannya mencoba merogoh saku dan mengambil ponsel. Benar saja— ada riwayat panggilan telepon dari kakaknya. Tapi ia sama sekali tak ingat apa yang dibicarakan malam tadi.

"Cepat atau kau akan terlambat"

Kay terkesiap. Berbalik badan mendapati Jaehyun yang entah sejak kapan ada dibelakangnya.

"Aku ketiduran ya? Kau menggunakan sihirmu memindahkanku ke kamar ya?"

"Aku tidak menggunakan sihir"

"Lalu? Kau menggendongku?"

Jaehyun mengerutkan dahi. Perempuan itu benar-benar tidak ingat. Bagus, batinnya.

"Kau bisa menghentikan waktu tidak?" Celetuk Kay.

Dia dengan segala macam pikiran konyolnya. Jaehyun mulai terbiasa. Pria itu menggeleng. "Untuk apa?"

Kay menguap, "Sebenarnya aku masih mengantuk. Jika kau bisa menghentikan waktu akan kugunakan untuk tidur"

Gagasan yang mustahil. Jam dinding terus bergerak daritadi. Dan jika Kay tidak segera berangkat sekarang, dia akan menemukan gerbang telah ditutup nantinya.

Jaehyun masih bergeming. Matanya menatap Kay. Tapi seakan-akan fokusnya sama sekali tidak ada disana. Pria itu semalaman memikirkan sesuatu. Tentang mengapa Xiaojun memilih penyamaran sebagai seorang siswa dan berbaur dengan lingkungan dimana Kay— si sumber kekuatan berada? Untuk apa?

"Bantu aku kesekolah" Kay mendesak.

Tanpa ijin dia sudah memegang tangan jaehyun dan menatapnya berbinar. "Ayo cepat ucapkan mantranya"

"Aku tidak menggunakan mantra" jawabnya datar.

Kay berdecak, "terserah. Cepat!"

Syukurlah pria itu mau dan tidak banyak mendebat. Hingga sedetik kemudian tubuhnya serasa ditarik melewati kapsul panjang dengan gerakan cepat. Ajaibnya bukan dirinya yang merasa bergerak. Tapi semua benda yang ada disekitarnya. Serasa ada yang mengendalikan membuatnya berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Dengan mata masih tertutup Kay merasakan bahwa mereka sudah melakukan pendaratan. Lewat angin yang menerbangkan anak-anak rambutnya ia tahu bahwa mereka sedang berada di atas balkon. Sensasinya sulit dijelaskan.

Tadi ia sempat was-was jika pria itu  memilih tempat pendaratan seperti yang terakhir kali. Tapi tidak.

Ia merasakan desiran angin yang membuatnya nyaman. Kalau begini terus dia bisa tertidur meski dalam keadaan berdiri. Tidak, jangan— dia harus segera ke kelas. Detik ketika Kay membuka matanya ia menemukan wajah Jaehyun yang berjarak sangat dekat. Bahkan ia bisa melihat bulu-bulu halus di wajah pria itu serta beberapa bintik kecil kecoklatan yang menyebar di area hidung dan pipinya. Rambutnya yang sedikit ikal, alis yang tebal dan bentuk bibir yang serasi dengan garis wajahnya.

Protector ; Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang