3. Her Fault

4.1K 610 19
                                    

Di ruangan berukuran 4x4 meter dengan dominasi nuansa putih Kay duduk. Aroma lemon dari pengharum ruangan yang menyembur lima menit sekali seakan mencekiknya. Kay tidak suka lemon.

Dia pikir Ten yang akan memeriksanya. Hal itu yang membuatnya ragu untuk berangkat tadi pagi. Tapi bagaimanapun Kun pasti akan tetap membawanya kesini. Dan ia lega karena mendapati pria lain duduk di depannya.

Setidaknya dia tidak memiliki wajah semenyebalkan Ten.

Memfokuskan pikiran Kay berusaha tenang. Berusaha untuk menjaga gerak agar tidak terkesan terlalu gelisah. Tapi astaga, ruangan ini dingin sekali.

"Jangan tegang."


Kay tersentak. Setengah hati tersenyum. Sementara pria di depannya bergerak. Mengeluarkan sebuah pena dan mulai mengamati Kay.

"Jadi, apa keluhannya?" tanya pria itu dengan suara rendah.

"Aku... Kurang bisa fokus. Sulit untuk mendapat konsentrasi" dusta Kay.

Pria itu mengulas senyum penuh arti. Memandangnya seakan meminta kepercayaan. Meminta Kay untuk bisa mengutarakan apa saja yang ada di kepalanya.

"Kau terlihat biasa saja untuk dikatakan seperti orang yang sedang stres." ujar pria itu dengan gestur ramah. Sesuatu di wajahnya berusaha membuat Kay merasa nyaman.

"Aku dengar kau mengalami halusinasi" lanjutnya.

Mata Kay bergerak malas. Ingin sekali menyangkalnya.




Sebelumnya ia tidak seyakin ini. Tidak semenjak objek yang mengganggunya telah muncul dan berhadapan langsung dengannya— ia merasa ini nyata. Dan ia menolak untuk disebut berhalusinasi. Aku tidak sekacau itu, pikirnya.

Kay masih ingat saat kemarin malam ketika pria pucat itu bersiap pergi. Entah kenapa ada dorongan untuk menahannya.

Dilihat dari jarak yang dekat. Pria pucat itu tidak semengerikan apa yang dibayangkannya selama ini. Alih-alih menyeramkan, ia terlihat sama saja seperti manusia pada umumnya. Walaupun Kay sendiri tahu dia seratus persen pasti bukan manusia.

Padahal Kay sudah menduga-duga jika suatu saat taring ataupun telinga runcing bisa keluar dari diri pria itu. Tapi tidak ada. Terdengar konyol memang. Bawaan karena ia sering membaca buku fiksi semacam itu.

"Siapa kau?" tanya Kay menuntaskan rasa penasarannya malam itu.

Jika wajah dengan raut tajam tadi yang selalu dilihat Kay, ia merasa bingung ketika wajah itu menampilkan kelembutan dengan mata yang sayu.

Kakinya bergerak. Dan Kay tidak menemukan alasan apapun untuk menghindar.

"Aku penjagamu. Kau tidak perlu mencemaskan hal-hal yang tidak perlu. Maaf jika selama ini aku membuatmu terganggu."

Setelah mengucapkan itu dia beranjak keluar jendela. Menatap Kay sekilas sebelum menghilang menjadi deburan abu di kegelapan malam.

Suasana magis yang menakjubkan, pikir Kay. Ia baru saja melihat kekuatan invisibility langsung melalui matanya sendiri.




Kembali ke masa ini, Di depan Psikolog setelah mengatakan ia tidak apa-apa dan beberapa percakapan lainnya ia keluar. Meski tak banyak cerita, entah mengapa hal itu bisa memakan waktu hingga empat puluh lima menit.

Keluar dari ruangan, Kun sebagai wali Kay bergantian masuk. sayup-sayup ia mendengar obrolan dari kedua pria itu. Ketika Psikolog menyarankan bahwa ia hanya perlu istirahat dan tidak harus diberi obat. Jaga-jaga agar tidak ketergantungan. Tidak baik juga untuknya karena masih dalam usia pertumbuhan.

Protector ; Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang