Masa Lalu Raina
Suasana pantai Tanah Lot masih begitu membekas di hati siswa siswi kelas 12 SMA Pelita Jaya. Namun mereka harus menelan kekecewaan karena malam itu mereka harus kembali pulang ke Jawa.
Perjalanan ke pelabuhan dimulai selepas Isya, dan tiba di pelabuhan sekitar pukul 11 malam. Para rombonganpun sudah menaiki kapal untuk menyeberang. Seperti biasa, Raina selalu memilih di balkon kapal agar bisa melihat perairan walaupun itu di malam hari.
"Na ?" Tiba-tiba lamunan Raina dikagetkan oleh laki-laki yang tiba-tiba menepuk pundaknya.
"Eh iya, Do ?"
"Ikut gue." Tanpa menunggu jawaban Raina, Aldo langsung meraih tangan Raina dan mengajaknya ke sisi kapal yang lebih sepi dari lalu lalang orang.
"Kita duduk di sini aja ya, Na." Raina pun mengangguk. Mereka duduk lesehan. Di sebelah kanan Raina terdapat dua orang laki-laki yang sedang merokok. Raina pun menutup hidungnya.
"Kenapa, Na ?"
"Gue nggak suka sama orang yang ngerokok. Ganggu banget, bikin sesek aja." Aldo pun berpindah tempat duduk dan sekarang berada di kanan Raina.
"Gue tutupin lo dari mereka." Senyum Raina mengembang mendengarnya. Sungguh, hari-hari di Bali merupakan hari paling bahagia menurutnya, karena di sanalah dia dan Aldo mengalami fase pendekatan, dan Aldo benar-benar terlihat perhatian kepadanya.
Tiba-tiba sesosok lelaki yang juga merupakan siswa SMA Pelita Jaya lewat di depan mereka berdua.
"Do, lo tau Aska ? Cowok yang barusan lewat."
"Oh iya tau. Kenapa emang, Na ?"
"Dia mantan gue." Aldo membelalakkan matanya, namun ekspresinya terlihat antusias.
"Serius, Na ? Kapan lo pacaran sama dia ? Terus kapan dan kenapa putusnya ?"
"Haha, satu-satu dong, Do, kalo nanya, dah kayak Dora aja kebanyakan nanya." Raina terbahak-bahak denhan tingkah Aldo.
"Ya kan gue kepo."
"Haha oke oke. Gue jadian sama Aska dulu waktu kelas 10 di bulan Agustus, dan putus di September. Total cuman jadian 5 minggu."
"Eh ? Bentar banget."
"Iya, waktu itu gue sama dia itu sama-sama pertama kalinya pacaran. Dan kita jadi canggung banget setelah jadian. Ketemu cuman senyum-senyum doang. Jarang ngobrol, tapi sering banget sms an. Di kelas juga cuman liat-liatan. Bener-bener kayak masih bocah. Dan dia berharap kita itu bisa lebih dari itu. Mangkannya dia bosen, akhirnya atas keputusan bersama, kita putus deh."
"Cuman alasan bosen, Na ? Duh gak banget sumpah."
"Ya mau gimana lagi, kenyataannya gitu."
"Terus lo masih ada hati sama dia ?"
"Enggak. Sejak gue suka sama Yovi, perasaan gue ke Aska udah 100% ilang, Do."
"Hmmm..." Aldo pun mengangguk paham.
"Kalo Adit anak IPS 3 lo tau ?"
"Adit ? Kayaknya gue nggak pernah tau. Kenapa ? Mantan lo juga ?"
"Bukan. Dia pacarnya temen gue, Chaca. Setelah putus dari Aska, entah gimana gue bisa sahabatan sama Adit sampai pada suatu hari gue baper dan gue jatuh cinta sama dia. Gue emang salah karena jatuh cinta sama pacar temen gue sendiri. Tapi namanya perasaan kan nggak bisa dipaksa.
Terus tiba-tiba kita berantem, sampai akhirnya kita nggak bisa sahabatan lagi. Kita berteman biasa, nggak sedekat dulu. Tapi meskipun gue suka sama Yovi, gue masih aja suka nyari-nyari Adit, entah di kantin, di mana pun. Gue selalu celingukan nyari Adit."
"Sampai sekarang ?" Aldo langsung memotong pembicaraan Raina.
"Maybe."
"Lo masih suka sama Adit ?" Raina menoleh ke arah Aldo. Cukup lama mereka saling bertatapan sampai akhirnya Raina angkat suara sambil kembali menatap ke depan.
"Entahlah. Kayaknya masih, Do."
"Apa yang bikin lo suka sama Adit ?"
"Dia beda dari cowok lain. Dia juga cowok pertama yang berani ngajak gue main kemana-mana. Dia juga sahabat cowok pertama gue. Ya gue nyaman, dan waktu berantem gue bener-bener kehilangan sosok dia."
Sesekali Raina melirik ke arah Aldo. Sepertinya Aldo terlihat tidak tertarik dengan percakapan ini. Raina memang sengaja menceritakan hal ini, ingin melihat bagaimana reaksi Aldo, meskipun semua cerita yang dikatakan Raina itu jujur.
Raina tak lagi melanjutkan ceritanya. Merekapun terdiam cukup lama, dan menikmati semilir angin di malam itu hingga kapal telah sampai di pelabuhan Ketapang.
Raina dan Aldo pun keluar dari kapal dan berjalan menuju bisa masing-masing diikuti rombongan teman-teman mereka. Namun sebelum ke arah bus, Aldo memanggil Raina.
"Na ?"
"Iya, Do ?"
"Entar sms an ya ?"
Bersambung...
Hai hai hai
Dah lama gak nglanjutin ini wkwkwLagi ngerjain cerita lain dan iseng nulis puisi juga :')
Tapi kalian tetep setia kan buat terus ngikutin cerita Raina dan Aldo ?
Karna sampai di chapter ini masih belum kelihatan di mana letak 'Psikopat' seperti yang tertulis di judul.So pantengin terus ceritanya
Dan jangan lupa follow sosmed aku
Ig : @siarefi_33
Twitter : @siarefi_33
Fb : Sia RefiArigatoo ^_^
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOPAT CINTA (OnGoing)
Teen FictionCinta memang selalu indah di awal, selalu indah ketika diperjuangkan, selalu indah ketika berjuang bersama untuk saling bertahan dan tidak saling pergi. Namun lambat laun, cinta berubah menjadi liar dan kehilangan makna. Cinta bukan sebuah alasan se...