Tujuan
Tengah malam, rombongan SMA Pelita Jaya kelas 12 sampai di Pelabuhan Ketapang. Mereka semua menaiki kapal.
Raina memilih berdiri di balkon kapal untuk melihat selat Bali yang tertutup gelap. Terlihat banyak cahaya lampu dari kejauhan.
Edfa, Bella, dan teman-teman yang lain kebanyakan memilih duduk di dalam, dan membeli mie instan pada penjual mie di dalam.
Raina memang suka dengan perairan. Itulah alasan keberadaan Raina saat ini."Eh, anak-anak yang lain pada di atas. Yuk ke atas !"
Terdengar suara lelaki pada teman-temannya yang mengatakan bahwa teman-temannya yang lain berada di atas. Raina tahu siapa mereka. Mereka teman-teman Aldo.
Raina berusaha tetap fokus pada pemandangan Selat Sunda. Setelah teman-teman Aldo sudah berlalu, dari belakang Raina memperhatikan orang-orang itu. Tidak ada Aldo di sana. Hal itu membuktikan bahwa Aldo ada di atas.
Bagus untuk Raina, karena dia tidak akan melihat sosok Aldo di kapal itu.
Satu jam berlalu, mereka melanjutkan perjalanan. Rasanya hari itu begitu panjang. Gelap tak kunjung terang. Sementara Raina tetap tidak mampu untuk terlelap.
Hatinya berdebar memikirkan Aldo. Semakin dia berusaha melupakan, semakin sia-sia karena justru semakin membuatnya teringat.
Beberapa jam kemudian, langit berangsur terang, walau belum ada cahaya matahari. Rupanya sudah Subuh.
Bus rombongan Raina berhenti di sebuah pom bensin, dan kami memutuskan untuk istirahat dan sholat. Dan lagi-lagi, Edfa memuntahkan isi perutnya. Sebenarnya, jika dihitung-hitung, ini ke-6 kalinya Edfa muntah. Dia berkali-kali muntah di bus.
Selama di pom bensin, rupanya tidak ada bus lain yang berhenti di tempat ini. Mungkin rombongan ini sudah tertinggal jauh.
Benar saja. Salah satu guru mengatakan bahwa beberapa bus lain sudah menuju Pantai Sanur untuk menikmati sunrise.
Ah, sangat disesalkan karena rombongan bus mereka melewatkan moment itu, karena matahari pun mulai meninggi. Alhasil, mereka tidak ke Pantai Sanur, dan langsung menuju tempat pemberhentian selanjutnya.
Tempat ini terlihat bangunannya sangat etnik. Isinya berupa toko yang berjualan pakaian, asesoris, sandal, ikat kepala, dan lain-lain. Lalu jika masuk, terdapat tempat untuk makan luas sekali, dan juga ada beberapa kamar mandi di sana.
Di sana masih sepi. Untungnya sudah dibuka. Rupanya rombongan bis Raina adalah yang pertama sampai di sana.
Mereka pun mulai bergantian untuk mandi karena seharian kemarin belum mandi.
Sekitar satu jam kemudian, rombongan dari bis lain mulai berdatangan. Beruntunglah Raina dan rombongannya yang datang lebih dulu, sehingga tidak merasakan antri yang panjang.
Kemudian mereka pun makan makanan yang telah disediakan. Setelah itu berkeliling untuk berbelanja atau sekedar untuk melihat-lihat.
"Na, lagi nggak sama Edfa dan Bella ?"
"Eh, Ayu. Edfa masih duduk itu di depan. Dia masih mual katanya. Kalau Bella lagi sama temen-temennya."
"Oh..." Meskipun Raina sering bersama dengan Bella, namun mereka berbeda kelas. Bella berada di kelas IPS, sementara Raina berada di kelas IPA bersama Edfa.
Akhirnya Raina memutuskan untuk berkeliling bersama Ayu, teman sekelasnya. Ayu ini meskipun tidak begitu tinggi, tapi dia sangat jago main basket. Dia juga gemar membaca komik dan novel. Mungkin itu alasan dia saat ini memakai kacamata.
Setelah kurang lebih 2 jam. Pak Andre lagi-lagi memberi perintah kepada kami untuk segera masuk ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanan ke tempat selanjutnya.
Satu hal yang saat itu membuat Raina salah tingkah. Sebelum bus melaju, bus rombongan Raina berada tepat di sebelah bus rombongan Aldo. Tentu saja Raina bisa melihat dengan jelas Aldo di sana bersama teman-temannya.
Raina memperhatikan Aldo lekat-lekat. Tiba-tiba pandangan mereka saling bertemu. Dan kali ini, Raina yang mengalihkan pandangan ke arah lain.
Tak lama kemudian, ponsel Raina bergetar, tanda ada pesan masuk.
Aldo :
Na..
Lo tau nggak kalo nanti ada jadwalnya ke pantai Kuta ?Raina :
Nggak tau, Do.
Kenapa emangnya ?Aldo :
Gue mau, di pantai Kuta nanti, lo ngeliat sunset bareng gue. Ada yang pengen gue omongin.Deg !
Kalimat itu membuat Raina kaget bukan main. Perasaannya campur aduk saat itu. Dia bingung harus bagaimana. Tak ada pilihan lain untuknya saat ini.
Raina :
Oke.Bersambung...
Waahh kira-kira si Aldo mau ngomongin apa ya ke Raina di pantai Kuta ?
Yuk simak terus kelanjutan kisahnya 😉Jangan lupa follow media sosial aku :
Ig : siarefi_33
Twitter : siarefi_33
Fb : Sia RefiArigatoo 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOPAT CINTA (OnGoing)
Teen FictionCinta memang selalu indah di awal, selalu indah ketika diperjuangkan, selalu indah ketika berjuang bersama untuk saling bertahan dan tidak saling pergi. Namun lambat laun, cinta berubah menjadi liar dan kehilangan makna. Cinta bukan sebuah alasan se...