Kau dan Pantai Kuta
Bus rombongan SMA Pelita Jaya kelas 12 kini tengah melaju menuju Saraswati temple.
Sesampainya di sana, para rombongan pun masuk, dan alangkah terkejutnya karena mereka semua disuguhi pertunjukkan tarian selamat datang untuk menyambut mereka.
Di saat semua murid maupun guru menikmati pertunjukkan, lain halnya dengan Raina. Sepasang mata belo nya mencari-cari sosok Aldo.
Kini pandangan Raina telah terkunci pada lelaki itu yang tengah duduk di sebelah seorang perempuan. Perempuan itu telah memiliki pacar, dan pacarnya duduk di sebelahnya. Dan Aldo benar-benar seperti nyamuk di sana.
Tanpa Raina sadari, wajahnya kini telah melukiskan semburat senyuman.
"Ngeliatin siapa, Na ?"
"Eh, Fa. E... enggak. Nggak ngeliatin siapa-siapa." Padahal sedari tadi Edfa mengikuti ke arah mana mata Raina tertuju. Edfa paham betul bahwa teman sebangku semenjak kelas 11 ini sedang dimabuk asmara.
Setelah kurang lebih 2 jam di sana, mereka semua pun kembali melanjutkan perjalanan.
Sebenarnya, durasi mereka di tempat-tempat pemberhentian cukup singkat. Yang lama adalah ketika perjalanan di bus.
Tujuan selanjutnya adalah pusat perbelanjaan oleh-oleh. Di tempat ini semua murid mulai berpencar memburu barang yang akan mereka beli, termasuk Raina yang kini tengah berkeliling sendiri.
Pada akhirnya, tak ads satupun yang barang yang menarik perhatian Raina. Ia pun membeli gelang yang bertuliskan nama yang berada di depan toko. Dia meminta gelang itu dituliskan nama "ARa", yang merupakan gabungan dari nama dia dan Aldo.
Sepanjang perjalanan Raina memegangi gelangnya itu, seperti ia memegangi hati dan perasaannya.
Hari mulai beranjak sore. Mereka pun berhenti di Tanjung Benoa untuk istirahat, makan-makan, sholat, dan berwisata ke pulau kura-kura.
Sejujurnya, Raina, Edfa, dan Ayu ingin sekali menyebrang ke pulau kura-kura. Namun karena perahu hanya boleh mengantar jika penumpang sudah 10 orang, dan mereka hanya bertiga, maka gagal lah rencana itu. Mereka pun memutuskan hanya bermain-main air di bibir tanjung.
Langit mulai agak gelap, tanda bahwa mereka harus meneruskan perjalanan menuju Kuta sebelum matahari terbenam. Hal itu juga membuat Raina semakin gugup, mengingat Aldo ingin mengatakan sesuatu padanya.
Sekitar pukul 17.00, mereka sudah sampai di parkiran bus yang masih berjarak beberapa kilo dari Pantai Kuta. Dari parkiran menuju pantai, mereka harus berjalan kaki atau naik angkot. Raina bersama teman-teman yang lain memutuskan untuk berjalan naik angkot.
Sesampainya di pantai, mereka mulai berpencar. Raina, Edfa, Ayu, dan teman-teman yang lain pun mendekati bibir pantai dan berfoto ria. Bahkan kami juga mengajak para guru untuk berfoto bersama.
Raina bosan berfoto-foto banyak sekali. Ia pun melepaskan diri dari kelompok itu. Ia berjalan sendiri dan bermain dengan ombak-ombak kecil yang menggelitik telapak kakinya.
"Sendirian aja, Na?" Suara itu membuat Raina menoleh ke arah si pembicara. Jantungnya pun berdegup sangat kencang.
"Aldo..." Aldo pun mendekat, dan kini tengah berdiri di samping Raina.
Raina yang terperangah dengan kehadiran Aldo, kembali menatap laut. Tak lama kemudian, cipratan air asin mendarat tepat di wajahnya.
"Aldo ! Ah rese deh, basah kan jadinya muka gue !"
"Haha, mangkannya jangan serius-serius amat, Na." Raina pun membalas perbuatan Aldo, dan kini mereka saling memain-mainkan air laut dan menyiram kan kepada lawan main.
"Na..."
"Apa, Do?" Kini pandangan mereka saling bertemu, dan nafas Raina mulai tidak beraturan.
"Gimana ? Sekarang udah nggak flat kan?"
Deg !
"Kamu baca statusku, Do?"
"Iya lah. Setiap hari aku baca statusmu." Wajah Raina pun memerah karena malu dan Raina tak berani menatap Aldo kali ini.
"Maafin gue ya, Na. Kejadian di kantin itu membuat gue berpikir, lo nggak mau deket-deket sama gue. Mangkannya gue cuekin lo. Tapi status lo buat gue sadar, lo malu waktu di kantin sama gue, iya kan?" Aldo menatap Raina dengan senyuman jahilnya.
"Apaan sih, Do. Lo tuh GR tingkat dewa tau. Itu bukan buat lo." Raina mengalihkan pandangannya.
"Ah masak ?"
"Tau ah, Do."
"Hahaha." Mendengar suara tawa Aldo, membuat Raina bahagia, karena akhirnya mereka bisa mengobrol lagi seperti biasa, meskipun kali ini terselimuti perasaan yang berbeda.
Langitpun mulai terlukis garis-garis orange dan matahari mulai terbenam. Ini pertama kalinya bagi Raina melihat sunset secara langsung, dengan berada di samping orang yang dia suka.
"Bagus ya, Na sunsetnya."
"Iya, Do."
"Perasaan manusia itu kayak mentari. Ada saat dia terbenam. Orang menganggap perasaan itu hilang, padahal tidak. Dia masih ada. Hanya saja sedang menunggu waktu yang tepat untuk terbit kembali." Raina menoleh ke arah Aldo yang sedang fokus menikmati detik-detik tenggelamnya matahari hingga terbenam sempurna.
"Na, gue balik ke temen-temen ya?"
"Iya, Do."
"Sampai ketemu besok. Have a nice dream tonight." Aldo tersenyum dengan indahnya hari itu, lalu pergi bersama rombongan kelasnya.
Raina berdiri mematung sambil terus menatap Aldo dari kejauhan. Raina tak sadar ada seorang perempuan yang menatapnya tidak enak. Perempuan itu berada di antara rombongan yang tepat di belakang Raina.
"Temen-temen, yuk balik." Raina mengajak teman-temannya, dan dibalas dengan anggukan dari teman-temannya.
"Ciieee, kayaknya habis ini bakal ada yang jadian nih."
"Apaan sih, Sa." Wajah Raina memerah setelah disindir halus oleh Tisa, teman sekelasnya itu yang disusul dengan sorakan teman-teman yang lain, tapi tidak untuk perempuan 'itu'.
Langit mulai gelap. Rombonganpun memutuskan mengakhiri perjalanan hari itu dengan menginap di sebuah hotel.
Sesudah mandi, makan, beberapa dari mereka ada yang masih mengobrol, foto-foto. Namun Raina memilih untuk tidur cepat karena seharian dia tidak tidur.
Have a nice dream too, Do..
Bersambung...
Maaf banget telat update heheh, lagi banyak kerjaan. Tapi aku bakal tetep sempetin buat update.
Di chapter kali ini lebih banyak seperti penggambaran latar dan kejadian ya dibanding percakapannya.
Mungkin dari kalian bisa lah memberi saran untuk chapter selanjutnya diharapkan seperti apa.
Daaaan, apakah menurut kalian Raina dan Aldo akan jadian ?
Ikutin terus yak cerita nya ;)Arigatoo, minna ! 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOPAT CINTA (OnGoing)
Novela JuvenilCinta memang selalu indah di awal, selalu indah ketika diperjuangkan, selalu indah ketika berjuang bersama untuk saling bertahan dan tidak saling pergi. Namun lambat laun, cinta berubah menjadi liar dan kehilangan makna. Cinta bukan sebuah alasan se...