Masih Dengan Dia
Masih dengan Bali. Pagi itu begitu sejuk. Sampai matahari agak tinggi pun, suasana di hotel tempat Raina menginap masih sepi. Mungkin yang dilakukan di kamar-kamar lain tak jauh beda dengan yang terjadi di kamar Raina.
Ada yang tidur selepas sholat subuh. Ada yang sudah bergegas mandi. Ada yang menyeduh kopi maupun teh. Ada yang menyetel televisi.
Sekitar pukul setengah 7 semua murid diharapkan sudah makan dan membereskan barang-barang mereka di kamar untuk segera melanjutkan perjalanan tepat pukul 7.
Destinasi wisata yang selanjutnya dikunjungi oleh para rombongan siswa SMA Pelita Jaya kelas 12 adalah Danau Beratan, Bedugul.
Sesampainya di sana, para siswa berpencar. Raina tentu dengan Edfa, mereka memang sahabat bagai kempompong yang kemana-mana selalu bersama.
Ketika sudah turun ke area danau, disana terdapat tempat berjualan snack. Raina, Edfa, dan teman-teman yang lain pun membeli snack untuk bisa dimakan sambil duduk di pinggir danau.
Raina melihat Bella berjalan berdua dengan pacarnya, Yovi. Lelaki kurus, tinggi, dan berkulit putih itu sempat membuat Raina jatuh hati sebelum dia memutuskam untuk berpaling pada Aldo. Namun Raina sudah ikhlas, dan dia bahagia melihat Yovi sudah bersama wanita yang tepat.
"Na, ayo naik speed boat." Edfa tiba-tiba berlari ke arah Raina yang masih memilih snack.
"Eh ? Bayar berapa ?"
"Sepuluh ribu per orang."
"Oke, bentar aku bayar snack nya dulu." Setelah membayar snack, Raina langsung menuju tempat membeli karcis speed boat.
"Pak, kalau mau naik speed boat, minimal berapa orang?"
"5 orang, mbak." Edfa dan Raina saling pandang. Akhirnya mereka harus mencari 3 orang lagi untuk menemani mereka menaiki speed boat.
Edfa san Raina pun sudah menemukan 3 orang itu, salah satunya si Ayu. Namun hingga waktu sudah hampir habis, ternyata antriannya sangat panjang. Akhirnya mereka tidak sempat menaiki speed boat. Dan yang paling terlihat kecewa adalah Raina dan Edfa.
Sore hari telah tiba. Sepertinya agenda melihat sunset memang sudah direncanakan oleh sekolah. Dan kali ini, sunset akan dilihat oleh mereka di tanah lot.
Jalan menuju tanah lot, didahului oleh pasar. Namun Raina tidak berminat untuk berbelanja. Ia hanya minat pada pemandangan laut yang sangat ia suka.
Ketika ia berjalan di pasar, tiba-tiba ada yang sengaja menabrak lengannya.
"Eh sori, Na." Lelaki itu tersenyum.
"Iya, nggak papa, Do."
"Na, ikut gue yuk." Raina menoleh ke arah Edfa di sebelahnya.
"Fa, gue sama Aldo ya. Lo sama anak-anak yang lain nggak papa ?" Raina berbisik pada Edfa.
"Iya nggak papa, Na. Have fun ya." Raina hanya membalas dengan sekali anggukan. Lalu Raina pun kini berjalan berdampingan dengan Aldo. Dan lagi-lagi, dari kejauhan ada sepasang mata menatap mereka dengan muak.
Mereka pun turun ke arah pantai. Tinggal beberapa menit lagi menuju sunset. Raina dan Aldo berencana menuju pura. Jalan menuju pura harus menyentuh laut yang berjarak beberapa meter dari bibir pantai.
"Na, pegang tangan gue. Takutnya nanti lo jatuh." Aldo mengulurkan tangannya saat akan menyebrang.
"Iya, Do." Jangan ditanya apa yang Raina rasakan saat itu. Tentu saja ia sangat senang.
Di tengah perjalanan akan ke pura, terlihat Bella dan Yovi berjalan ke arah berlawanan. Sepertinya mereka sudah dari pura.
Di pura, orang-orang mencuci muka mereka dengan air yang konon katanya merupakan air suci. Selepas mencuci muka, seorang lelaki tua yang memakai blangkon khas bali memasangkan bunga kamboja di telinga sebelah kanan, serta menaruh tiga butir beras di dahi.
Selepas itu, Raina dan Aldo kembali ke pantai sambil menunggu detik-detik tenggelamnya matahari. Entah mengapa suasana mendadak canggung saat itu. Raina dan Aldo terpaku menatap ombak sambil mengikuti ritme matahari yang perlahan seperti akan tenggelam ke dalam lautan.
Sesekali Raina melirik ke arah Aldo, begitu pula sebaliknya.
"Na, lo masih suka sama Yovi ?" Aldo tiba-tiba memulai percakapan. Raina pun menoleh ke arah Aldo.
"Kenapa emang, Do ?"
"Nggak pa pa. Nanya aja." Aldo kembali menatap ke arah laut.
"Gue udah nggak ada rasa apa-apa, Do, sama Yovi."
"Lo masih sakit hati sama dia ?"
"Nggak sama sekali. Sakit hati boleh, tapi jangan lama-lama. Gue harus cepet maafin siapapun yang bikin gue sakit hati." Aldo hanya mengangguk mendengar penjelasan Raina.
"Jadi... Lo udah move on ?"
"Mungkin."
"Kok mungkin, Na ?"
"Ahahaha."
"Eh gue serius, Na. Jangan ketawa."
"Itu rahasia, Do."
Bersambung...
Huaaaaa telat update ahahah.
Maklum banyak kerjaan.Jadi di part ini gimana menurut kalian ?
Dan dari part sebelumnya ada yang udah bisa nebak sosok "dia" yang nggak suka ngeliat kedekatan Raina dan Aldo ini siapa ya ?
Penggemar rahasia Aldo ?
Teman Raina ?
Atau kalian ada kandidat lain ?Ikuti terus update nya yaaa
Meskipun mungkin bakal sering telat :"Arigatoo minna 😘
Follow :
Ig : siarefi_33
Twitter : siarefi_33
Fb : Sia Refi
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOPAT CINTA (OnGoing)
Novela JuvenilCinta memang selalu indah di awal, selalu indah ketika diperjuangkan, selalu indah ketika berjuang bersama untuk saling bertahan dan tidak saling pergi. Namun lambat laun, cinta berubah menjadi liar dan kehilangan makna. Cinta bukan sebuah alasan se...