Anna, Si Masa Lalu
Anna, seorang gadis cantik bertubuh tinggi dan berambut sebahu ini merupakan siswa di kelas IPA yang bersebelahan dengan kelas Raina. Gadis ini adalah gadis masa lalu Aldo sebelum Aldo jatuh cinta pada Raina.
Namun ketika dengan Raina, Aldo selalu mengatakan bahwa tak lagi suka dengan Anna, dan malas berteman dengan Anna lagi karena baginya, Anna itu tidak jelas dan munafik, meskipun bagi Raina, Anna termasuk teman yang baik dan menyenangkan.
"Males gue, Na, sama si Anna itu. Dia munafik lah pokoknya. Gue nggak bisa jelasin munafiknya kayak gimana. Pacarnya aja juga bilang kok sama gue kalo Anna itu munafik dan naif." Aldo berbicara cukup panjang ketika mereka sedang bersantai di taman kota.
"Oh, ya ? Tapi kenapa pacarnya betah sama Anna ?" Raina bertanya sambil melahap snack keripik kentangnya.
"Ya karena mereka itu sebenernya sama-sama aneh, dan pacarnya uda cinta banget sama Anna."
"Oh.." Raina hanya menjawab singkat karena sebenarnya Raina juga sudah tidak tahan ketika Aldo terus-terusan membicarakan Anna. Mungkin bisa dibilang bahwa saat ini Raina sedang cemburu.
Hari itu Aldo cukup banyak menceritakan tentang Anna. Raina sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan obrolan ini, dan hanya menjawab seperlunya saja demi menghargai Aldo yang sudah bercerita.
"Do, pulang yuk. Udah sore. Aku juga uda ngantuk." Akhirnya Raina memutuskan untuk mengakhiri hari itu agar cerita tentang Anna tidak terlalu berlarut-larut.
"Oh oke, Na." Aldo hanya membalas singkat. Aldo pun mengantarkan Raina sampai di pangkalan angkutan umum dan menunggu Raina sampai angkutan yang ditumpangi Raina melaju.
Do, lo paham nggak sih kalo gue cemburu ?
Sepanjang perjalanan pulang, Raina tidak menampakkan senyumnya sedikitpun. Dia masih kesal mengapa Aldo bisa dengan santainya membahas tentang Anna ketika mereka sedang kencan. Sedangkan jika Raina menceritakan tentang mantan, Aldo pasti juga langsung blak-blak an mengatakan bahwa dia cemburu.
Apa gue juga harus jujur kalo gue cemburu ?
Raina berusaha memantapkan hatinya untuk tidak melakukan itu, mengingat usia hubungan mereka baru saja 1,5 bulan. Raina memang lebih sering bungkam perihal perasaan sakit yang ia rasakan. Dia takut Aldo akan illfeel kepadanya dan dia akan patah hati untuk kesekian kalinya. Dia tidak mau.
***
"Na ?" Sudah dua kali memanggil Raina, namun Raina tidak menjawab dan tetap melihat ke arah buku di mejanya dengan tatapan kosong.
"Na ?!"
"Woy kaget gue !" Kali ini Raina tersadar setelah Edfa menepuk keras punggung Raina.
"Lagian lo gue panggil dari tadi no respon sih. Lo kenapa sih ?" Raina hanya menjawab dengan gelengan kepalanya yang lemah.
"Gue nggak percaya kalo lo nggak kenapa-kenapa." Perkataan Edfa membuat Raina akhirnya menatap ke arah Edfa. Terpancar pilu dari kedua mata Raina.
"Gue takut Aldo masih sayang sama Anna, Fa. Kemarin gue jalan sama dia aja yang dia omongin si Anna. Lo tau kan kalo gue udah ngomongin mantan, dia aja ngambek dan nglabrak kalo ada cowok yang genit komenin status gue di facebook. Tapi kalo dia yang ngelakuin itu, gue nggak bisa marah, Fa." Wajah Raina mulai murung. Padahal bel masuk belum berbunyi, namun semangat Raina kala itu meredup.
"Gue di samping lo, Na kalo sampe si Aldo bikin lo patah hati."
"Thanks, Fa." Senyum Raina kembali merekah. Dia memang harus menyadari karena dikala dia sedih dan terjatuh, dia selalu memiliki Edfa disisinya.
***
"Na, lo nongkrong dulu sama Aldo ?" tanya Edfa di depan kelas setelah anak-anak kelas sudah bubar untuk segera pulang.
"Iya, Fa."
"Oke, Na. Ati-ati ya lo."
"Thanks, Fa." balas Raina dengan senyuman.
Dari pintu kelas Raina, Raina sudah bisa melihat batang hidung Aldo yang sedang berdiri di depan kelasnya sembari memainkan ponsel.
"Do !" panggil Raina sambil berjalan mendekati Aldo
"Aldo langsung berhenti memainkan ponsel dan menatap Raina dengan senyuman hangat.
Mereka pun berjalan beriringan. Namun tak jauh dari tempat mereka saat ini, terlihat Anna yang berjalan mendekati mereka.
"Do !" Anna menyapa Aldo. Namun Aldo tidak merespon. Aldo terus-terusan mengajak Raina bicara padahal Raina juga tidak fokus dengan Aldo, dia fokus pada Anna. Dan seperti di sengaja, Aldo menabrakkan bahunya ke bahu Anna seperti orang yang benci setengah mati.
Anna meringis kesakitan, sedangkan Raina hanya bisa menggigit bibir bawahnya.
"Do, kamu apa-apaan sih ? Kasihan Anna."
"Alah, biarin aja lah, Na." Aldo berjalan dengan malas dan mempercepat langkahnya meninggalkan Raina. Sedangkan Raina melambatkan langkahnya dan berhenti.
Raina merasa ada yang tidak beres dengan Aldo.
Bersambung...
Haaaiiii readers
Makasih banget yang masih setia baca cerita aku yang ini :"Btw, aku uda kerja gaes. Uda gak nganggur lagi :'D
Nganggur aja suka telat update, apalagi sibuk yak wkwk
Tapi semoga kalian nggak bosen sama cerita akuKomen + like ya temen2
Follow me :
Ig : @siarefi_33
Twitter : @siarefi_33
Fb : Sia Refi
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOPAT CINTA (OnGoing)
Teen FictionCinta memang selalu indah di awal, selalu indah ketika diperjuangkan, selalu indah ketika berjuang bersama untuk saling bertahan dan tidak saling pergi. Namun lambat laun, cinta berubah menjadi liar dan kehilangan makna. Cinta bukan sebuah alasan se...