Perjalanan
Aroma-aroma rekreasi mulai terendus oleh pikiran. Rasanya mulai terbayang pemandangan pantai beserta hembusan angin dan suara desiran ombak.Hari itu, siswa kelas 12 SMA Pelita Jaya akan mengadakan rekreasi satu angkatan sebelum kembali fokus untuk try out, ujian sekolah, dan UNAS. Tempat yang akan mereka tuju untuk memanjakan diri adalah 'Pulau Dewata'.
Hari itu pula tepat dua minggu sejak Aldo mengabaikan Raina. Raina pun sempat mengirim pesan via facebook pada Aldo berupa permintaan maaf, namun sia-sia saja. Pesan itu hanya dibaca tanpa ada balasan sampai detik ini.
Tapi Raina tak ingin memikirkan itu berlarut-larut, khusus untuk hari ini. Karena rekreasi adalah kesempatan untuknya melupakan segala keluh kesah baik perkara sekolah maupun perkara Aldo.
Raina ingin hari ini dan beberapa hari ke depan di Bali akan menjadi hari yang baik untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya.
"Na, gimana nih ? Gue takut entar mabuk di bus."
"Nyokap gue juga mabuk perjalanan sama kayak lo. Nyokap gue nyaranin lo beli kerupuk, Fa. Katanya sih ngurangin kemualan. Tapi nggak tau lagi sih."
"Ya udah, anterin gue ke kantin, Na." Raina mengantarkan Edfa membeli kerupuk. Gadis yang satu ini memang mabuk perjalanan. Ketika kelas 11 pun, saat acara study tour ke peternakan sapi dan kambing, di perjalanan naik bus pun dia sempat muntah 2 kali. Sampai ketika study tour diakhiri dengan wisata ke tempat bermain pun, tak ada satu pun wahana yang dia naiki karena masih mual.
Saat ini mereka sudah di atas bus. Terlihat jelas Edfa mulai panik dan memucat. Padahal bus belum jalan, tapi dia sudah berhalusinasi yang aneh-aneh.
Saat bus mulai melaju, Edfa mulai memakan kerupuk yang di belinya lumayan banyak. Dia makan terus menerus dengan harapan bisa membuang rasa mualnya. Namun useless jika dia tetap memikirkan yang aneh-aneh.
"Lo jangan berusaha memikirkan 'gue gak boleh muntah, gue gak boleh muntah', karena itu justru bikin lo makin kepikiran dan makin mual. Lo liat jalan kek, mikirin yang baik-baik, yang indah-indah, mikirin pantai-pantai di Bali. Kita harus have fun, Fa."
"Iya, Na, gue tau. Enak jadi lo, nggak mabuk perjalanan. Jadi gue ini berat banget, Na. Perjalanan jauh dikit gue udah parno setengah mati."
"Lo pasti kuat, Fa."
"Iya, Na." Meskipun Raina mencoba menghibur Edfa, namun sepertinya tetap tidak bisa mempengaruhi pikiran negatifnya. Raina yang tidak mabuk perjalanan, ingin sekali bisa mengobrol dengan Edfa sepanjang perjalanan. Namun Edfa memilih tidur agar dia tidak muntah.
Malamnya selepas Isya, rombongan SMA Pelita Jaya kelas 12 berhenti di sebuah kota yang sudah di booking oleh sekolah sebagai tempat pemberhentian pertama kami. Di tempat itu mereka sempatkan istirahat sejenak, melakukan sholat, makan-makan, dan berbincang-bincang satu sama lain.
Dan akhirnya yang ditakutkan Edfa pun terjadi. Dia tidak menghabiskan makanannya dan langsung berlari menuju kamar mandi. Dia mengeluarkan isi perutnya yang sedari tadi dia tahan.
"Kasihan Edfa, Na."
"Iya, Bel. Mau gimana lagi kalo emang udah bawaannya mabukan ya gitu deh." Tak lama kemudian, Edfa pun kembali.
"Ini, Fa. Gue ambilin teh anget tadi."
"Thanks, Bel."
Beberapa menit kemudian, Pak Andre memberitahukan bahwa mereka harus segera masuk kembali ke bus untuk melanjutkan perjalanan.
Ketika berjalan menuju bus, secara tiba-tiba tubuh Raina terdorong ke belakang karena ditabrak seseorang.
Raina hanya memperhatikan lelaki yang menabraknya itu, lalu segera berlalu pergi. Lelaki itu seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi Raina tak ingin tau.
Lelaki itu berdiri mematung sambil memandang Raina dari jauh.
"Maafin gue, Na." Ucap lelaki itu pelan dan lirih. Hanya dia dan Tuhan yang bisa mendengarnya.
Raina langsung duduk di bangkunya sambil membuang nafas gusar.
"Lo kenapa, Na ?" Edfa bertanya dengan wajahnya yang masih pucat pasi itu.
"Tuh, si Aldo. Nabrak gue terus diem aja. Nggak bilang maaf kek, apa kek. Sakit kali tuh anak." Terlihat wajah Raina merah padam, karena dia masih teringat kejadian dua minggu silam.
Malam semakin larut, dan semua teman-teman Raina beserta guru yang bertugas mengawasi sudah terlelap dalam tidur. Hanya Raina dan supir bus yang masih terjaga.
Raina tidak bisa melupakan Aldo. Pikirannya masih saja tertuju pada Aldo.
Gue pengen ngelupain lo bentar aja, Do. Tapi kayaknya bakal sia-sia karena faktanya kita semua liburan bersama. Dan sosok lo selalu muncul di depan gue tanpa gue minta.
Raina menghembuskan nafas pasrah sambil tetap terpaku pada jalanan gelap yang hanya terlihat barisan pohon-pohon dan bayangan bus nya yang melaju.
***
Bersambung...
Chapter 1 langsung aku publish hari ini hehe.
Kira-kira gimana ya kelanjutan kisah Raina dan Aldo ?
Apakah mereka akan baikan ?
Atau mereka akan terus menerus sembunyi oleh perasaan masing-masing ?Update terus cerita aku, dan jangan lupa follow akun aku :
Ig : @siarefi_33
Twitter : @siarefi_33
Fb : Sia RefiArigatoo 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
PSIKOPAT CINTA (OnGoing)
أدب المراهقينCinta memang selalu indah di awal, selalu indah ketika diperjuangkan, selalu indah ketika berjuang bersama untuk saling bertahan dan tidak saling pergi. Namun lambat laun, cinta berubah menjadi liar dan kehilangan makna. Cinta bukan sebuah alasan se...