T

134 17 0
                                    

"Tuk hari selanjutnya yang mungkin masih tersisa, aku hanya berharap kecil jika keadilan masih ada"

.
.
.
.
.
.
..
...

Mataku mengerjap pelan, aku barusan tertidur dan Jimin Hyung yang membawaku pulang.

Ya berakhir di kamar.... Aish... Harusnya aku tidak tertidur tadi.

Yah... Setidaknya aku berbicara banyak dengan Jimin Hyung. Tapi sayang berakhir dengan bentakan.

"Kau itu sakit! Cepat diam! "

Hais... Apakah ektingku tadi aneh? Jangan-jangan Jimin Hyung tau aku berbohong.

"Taehyung! Sudah bangun? "

Aku mengintip keluar dari selimut, ada papaku diluar sana. Bagaimana Papa bisa tau aku sudah bangun?

"Hei! "

"Ya Papa! Aku tidak menguncinya, "

Pintuku terbuka menampilkan wajah papa yang anehnya memiliki kantung mata. Apa Papa habis begadang?

" Kau sakit? "

Aku mengangguk.

" Jimin bilang kau mual, kau tidak makan sembarangan kan? "

"Tidak Papa, "

"Hm... Makan makananmu di meja, dan ambil obatmu sendiri. Papa tidak mau Mama marah karena melihatmu sakit! Dasar menyusahkan... "

"Ya Papa, "

Aku membuka selimutku lebar-lebar. Menggosok pelan rambutku yang diusap oleh Jimin hyung tadi. Ah... Aku benar-benar merindukannya

Kruyuk...

Ku singkap kaus seragamku. Ada lebam biru bercampur merah disana. Ini baru tanda jantan!

Kruyuk...

"Lapar... "

Aku turun dari tempat tidur dan mengambil bekal yang masih ditas. Aku memang tidak memakan bekal itu tadi siang. Aku sudah biasa dengan pulang ditemani oleh Papa dan makanan yang tidak bisa disebut makanan. Ayolah aku mengatakannya sungguh...

Jika tidak percaya aku akan memberitahumu segera.

Tiga nasi kepal telah masuk ke dalam perutku. Aku turun ke bawah untuk setidaknya absen wajah.

Nah aku benarkan? Di meja makan hanya ada beberapa sisa nasi kepal dan tulang daging lengkap dengan beberapa potong sayuran hijau dan kuah kare yang tinggal sedikit. Mungkin anak lain akan memakannya tapi tidak denganku. Yang jelas aku tidak ingin sakit perut karena memakan kuah sisa yang entah itu sudah basi atau apa.

Hei... Papaku itu pemakan segala, jika sayur itu basi ia akan tetap memakannya. Sayang katanya...

Dan perutku itu tidak ada mirip-miripnya dengan papa. Sekalipun itu basi beberapa menit,  perutku langsung bergejolak memuntahkannya.

Sungguh perbedaan kecil, tapi menurutku itu besar.

Aku sangat berbeda dengan Papa.
Kadang aku merasa kami memang dilahirkan tak berikatan.
Atau memang aku yang salah telah dilahirkan?

About meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang